Seorang gadis bernama Sheritta yang bekerja di sebuah toko pastrynya bersama dengan kedua orang temannya yaitu Ethelia dan Vienna yang juga membantunya untuk membuka toko itu sampai akhirnya sekarang dapat berjalan dengan beberapa karyawan lainnya.
Ia menyadari pria yang lebih tua darinya 2 tahun yang merupakan langganan toko pastrynya itu ternyata adalah orang yang sama yang dulu pernah menyelamatkannya dari sebuah musibah.
Pria itu bekerja di perusahaan kosmetik yang di mana terdapat suatu rahasia yang selalu ditutup oleh perusahaan kosmetik yaitu portal yang berada di sebuah ruangan diskusi dipercaya pada zaman dulu portal itu selalu terbuka lebar dan tidak pernah tertutup.
Apakah isi dari portal itu? Bagaimana bisa terdapat portal rahasia di sana? Dan apakah kehidupannya Sheritta berubah total setelah kejadian aneh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carmellia Amoreia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 14 - FAIRY SOUL
Setelah Karline melihat flashback yang mendadak itu, ia merasakan ada sesuatu yang menusuk di dadanya, rasa nyeri di perut yang mendalam sangat membuatnya menderita. Tiba-tiba Karline memegang erat perutnya dengan kedua tangannya dan perlahan air matanya keluar dari kedua matanya karena menahan rasa sakit yang tidak tertahankan itu. Tak lama setelahnya, ia pun mendorong mangkuk bubur ayam yang sedang dipegang oleh ibunya itu ke lantai. Mangkuk itu pun pecah berkeping-keping di lantai itu.
Beberapa saat kemudian, Karline pun memuntahkan kembali bubur itu dan darah yang berjumlah lumayan banyak dari dalam mulutnya, lalu ia pun mulai kehilangan kesadarannya secara perlahan selain itu detak jantung dan pernapasannya menjadi tidak teratur dan langsung menurun drastis.
Ibunya Karline yang merasa kaget pun melihat ke arah Karline dengan ekspresi muka yang sedih dan terlihat sangat panik, namun perasaannya sungguh bahagia mengetahui sebentar lagi ia tidak harus mengurusi anak yang penuh beban ini. Ia menunggu sampai akhirnya pernapasan dan detak jantung Karline mulai hilang atau tidak ada terlebih dulu, lalu setelah itu baru ia pun bertingkah seperti orang yang sangat kehilangan seseorang yang dicintainya seperti menangis tersedu-sedu.
Tak lama kemudian saat ibunya ingin berjalan untuk memanggil dokter, tiba-tiba seorang dokter dan perawat dengan cepat berlari masuk ke ruangan itu dan tak lama kemudian, mereka pun sampai dan melihat kondisi ibunya yang hendak memanggil mereka dengan perasaan yang sedih dan panik.
Mereka pun langsung mengurusi kondisi Karline dengan cepat dan mengabaikan ibunya yang terlihat sangat sedih juga panik saat itu.
Beberapa saat setelah mereka melakukan berbagai tindakan yang sesuai dengan prosedur kesehatan untuk menyelamatkan nyawanya, akhirnya perawat itu menghampiri ibu Karline yang sedang duduk di kursi dekat ranjang itu sambil menunggu dengan perasaan yang sangat sedih dan juga menangis sejak mereka masuk.
Perawat itu pun menepuk pundak ibu Karline dengan lembut dan menenangkannya dengan berkata, “Sudah ya ibu, jangan menangis lagi”
Ibu Karline pun menoleh ke arah perawat itu dengan ekspresi muka yang cukup gelisah dan bertanya kepadanya, “Apakah aku sudah boleh melihatnya?”
Seorang dokter yang baru saja selesai mengurusi kondisi Karline, akhirnya menoleh ke arah ibunya Karline dan datang mendekatinya lalu mengatakan kepadanya dengan penuh penyesalan bahwa anaknya sudah tidak bisa diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia.
...***...
Pada jam 10.00 pagi, tetap masih di RS itu juga. Sheritta sedang berada di ruangannya bersama dengan Elio yang baru saja sampai ke ruangannya kembali dan menemui Sheritta setelah sebelumnya telah mengantarkan Ethelia pulang. Saat ini, terlihat mereka sedang mengobrol bersama tentang sesuatu yang terjadi di masa kecilnya Elio dan juga Sheritta.
“Oh iya, nanti habis kita jenguk Miyura, kita sudah boleh pulang ya” kata Elio kepadaku dengan perasaan sangat bahagia karena akhirnya kami dapat pulang juga.
“Iyaa benar, aku senang banget, terus tadi yang kamu bicarain si tetangga kamu pas masih kecil itu namanya siapa?” tanyaku dengan perasaan yang sangat penasaran karena dari tadi aku hanya menunggu saat yang tepat untuk menanyakan hal ini kepada Elio sambil menengok ke arahnya.
Elio yang sedang duduk di samping kiriku itu pun menatapku dengan dalam lalu berkata dengan sedih, “Namanya Karline, dia anaknya baik banget tapi sayang banget pas dia masih kecil, orang tua sama teman dekatnya dia mendoakannya untuk mati”
“Hahh??” Jawabku dengan perasaan tidak percaya, warna suara Elio yang tadinya saat masih cerita berwarna kuning, sekarang berubah menjadi warna biru tua yang di mana ini berarti dia yang awalnya senang tiba-tiba menjadi sedih ketika memikirkan si Karline itu.
“Ya sudahlah, ayo sekarang kita jenguk Miyura” jawab Elio mengalihkan topik dan pergi beranjak dari kasurku.
Tiba-tiba aku pun teringat akan teman satu les denganku yang sudah lama tidak bertemu lalu aku langsung bertanya kepadanya untuk memastikan, “Ehh sebentar, kamu tahukah nama teman dekatnya siapa? Soalnya aku punya seorang teman dan dia pernah bercerita kalau saat dia masih kecil dia pernah mendoakan teman dekatnya untuk kritis pada saat teman dekatnya sedang sakit”
“Namanya Nemilia” jawabnya dengan tenang, namun aku tahu bahwa perasaannya sangat kesal dan marah ketika harus mengungkit kembali tentang nama anak itu. Karena warna suaranya berubah kembali menjadi warna merah meskipun ia menjawabnya dengan lembut.
Lalu Elio pun langsung beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu ruangan ini dan berkata, "Ayo Rit, tunggu apalagi"
Aku yang masih merasa kaget sejak ia menyebutkan nama teman ballerinaku yaitu Nemilia akhirnya menoleh ke arahnya dengan tatapan yang tidak percaya dan sejak itu aku sudah tidak menanyakan apa-apa lagi kepadanya. Ternyata teman yang kukira baik kepadaku itu, dia bisa sangat jahat kepada orang lain di belakangku.
Aku pun langsung beranjak dari kasurku dan menghampiri Elio yang telah menungguku di depan pintu. Elio pun langsung berjalan keluar ruangan ini dengan menggandeng tanganku untuk ikut bersama dengannya.
Saat di ruangan di mana Miyura dirawat, tiba-tiba setelah beberapa saat kami masuk terdapat angin berwarna violet sedang bertiup agak pelan ke ruangan itu lalu memasuki tubuhnya Miyura yang sedang terbaring di atas kasur RS itu.
Aku pun menoleh ke arah Elio untuk memastikan apakah dia juga melihat angin violet itu dan ternyata Elio juga menatap balik ke arahku. Ia pun langsung bertanya dengan ekspresi muka yang terlihat kebingungan kepadaku, “Ini serius kan rit, angin violet masuk ke tubuhnya temanmu itu?”
Aku pun menjawabnya dengan yakin sambil berjalan mendekati kasur Miyura itu, “Iyaa itu memang angin violetnya”
Aku tak sengaja melihat ke tangan kanannya karena tiba-tiba terdapat simbol kupu-kupu yang muncul di sana setelah angin violet itu memasuki tubuhnya. Karena penasaran, aku menyentuh tangan kanannya.
Tak lama kemudian, yang tadinya hanya terdapat jendela besar dan gorden tepat di depanku sekarang aku melihat sebuah portal di depan jendela besar itu serta seorang jiwa peri keluar dari portal itu dengan membawa sebuah pedang dari dunianya.
Jiwa peri itu pun berjalan ke arah Miyura, namun tiba-tiba jiwa peri itu merasakan adanya sesuatu yang aneh, lalu ia berhenti dan menatapku dengan penuh kecurigaan dan rasa marah. Ia pun bertanya kepadaku dengan muka yang penuh kebingungan, “Kenapa kamu bisa melihatku? Hanya orang yang memiliki simbol kupu-kupu saja yang bisa melihatku”
Aku tidak bisa langsung menjawabnya karena gerakan tubuhku terhenti, aku tidak bisa menggerakkan apa-apa kecuali gerakan kepala dan mataku. Jiwa peri itu pun selanjutnya mendekatiku satu langkah dan tiba-tiba mengenaliku karena raut wajahku yang mirip dengan seseorang lalu ia pun berkata padaku sambil mengelus mukaku, “Owalah, kamu mirip sekali dengan Armelyn, anak gadis magang di perusahaan kosmetik haha. Apakah kamu kembarannya yang hilang?”
Tak lama kemudian, Elio merasakan adanya sesuatu yang aneh dari belakang. Ia pun berusaha untuk memanggilku walaupun aku tidak bisa mendengar suara darinya sama sekali dan bahkan aku tidak bisa melihat warna suara dari jiwa peri itu.
“Heii, kenapa kamu sangat takut padaku? Apakah kamu juga seorang peri? Jika iya maka kamu harus ikut denganku ke duniaku setelah ini haha” kata jiwa peri itu dengan sangat ceria dan penuh kebebasan sambil menatap ke arahku lalu menatap kembali ke arah Miyura.
Setelah jiwa peri itu berkata demikian, ia pun mengangkat pedangnya dan dengan cepat ia menusuk dadanya Miyura menggunakan pedang itu. Aku pun memejamkan mataku dan berdoa untuk meminta pertolongan kepada Tuhan, tak lama kemudian jiwa peri itu pun mengangkat pedangnya kembali sambil tertawa kecil.
yuk mampir kenovel aku