❗️Kisah hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama atau tempat itu ketidaksengajaan
Nesya, seorang gadis sederhana, bekerja paruh waktu di sebuah restoran mewah, untuk memenuhi kebutuhannya sebagai mahasiswa di Korea. Namun takdir membawanya menikah dengan laki-laki tampan dan kaya di korea.
Hari itu, suasana restoran terasa lebih sibuk dari biasanya. Sebuah reservasi khusus telah dipesan oleh Jae Hyun, seorang pengusaha muda terkenal yang rencananya akan melamar kekasihnya, Hye Jin, dengan cara yang romantis. Ia memesan cake istimewa di mana sebuah cincin berlian akan diselipkan di dalamnya. Saat Nesya membantu chef mempersiapkan cake tersebut, rasa penasaran menyelimutinya. Cincin berlian yang indah diletakkan di atas meja sebelum dimasukkan ke dalam cake.
Tanpa berpikir panjang, ia mencoba cincin itu di jarinya, hanya untuk melihat bagaimana rasanya memakai perhiasan mewah seperti itu. Namun, malapetaka terjadi. Cincin itu ternyata terlalu pas dan tak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amelia's Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Yang Membuat orang Bingung
Di ruang perjamuan yang telah disiapkan dengan mewah, suasana terasa begitu formal. Hidangan khas Korea tersaji di atas meja panjang, dan para staf wanita yang berpenampilan anggun siap menyambut para tamu penting. Namun, di antara keramaian itu, tatapan Jae Hyun hanya tertuju pada satu orang—Nesya.
Nesya, yang mengenakan blazer sederhana dan hijab yang rapi, berdiri di sudut ruangan bersama beberapa karyawan lainnya. Ia berusaha menghindari tatapan Jae Hyun, namun tetap bisa merasakan sorotan pria itu padanya. Tatapan yang tajam, penuh arti, namun sulit diterjemahkan.
Seorang staf wanita dengan gaun elegan knmpi Jae Hyun, menyuguhkan minuman dengan senyum manis. “CEO Kang, silakan,” ucapnya dengan suara lembut.
Jae Hyun menerima minuman itu tanpa melihat wanita tersebut sedikit pun. Pikirannya terlalu sibuk dengan fakta bahwa Nesya kini bekerja di perusahaannya.
Saat perjamuan berlangsung, seorang manajer senior memperkenalkan Nesya kepada Jae Hyun. "CEO Kang, ini Nesya, salah satu karyawan baru kami. Dia fasih berbahasa Korea dan memiliki pengalaman kerja di Korea sebelumnya."
Nesya menundukkan kepala, memberikan salam hormat. "Senang bertemu dengan Anda, CEO Kang," ucapnya dalam bahasa Korea dengan suara stabil meskipun hatinya bergetar.
Jae Hyun masih menatapnya tanpa ekspresi. Namun, di balik wajah dinginnya, pikirannya dipenuhi pertanyaan. "Kenapa Nesya bekerja di sini? Kenapa dia kembali masuk dalam hidupku?"Jae Hyun bergelut dengan batinnya.
Sementara itu, Nesya berusaha tetap tenang, meskipun dalam hatinya, ia merasa pertemuan ini adalah awal dari sesuatu yang tak terduga.
Seorang manajer wanita dengan pakaian formal dan riasan elegan melangkah mendekati Jae Hyun dengan senyum profesional. Dengan lembut, ia menawarkan segelas anggur putih di atas nampan perak.
"CEO Kang, silakan," ucapnya dengan nada hormat.
Jae Hyun mengambil gelas itu tanpa banyak bicara, tapi tatapannya masih tertuju pada Nesya yang berdiri di sudut ruangan. Wajahnya tetap tenang, namun ada sesuatu di matanya yang sulit ditebak—kejutan, keraguan, atau mungkin sesuatu yang lebih dalam.
Manajer wanita itu menyadari arah pandangan Jae Hyun dan ikut melihat ke arah Nesya. "Oh, dia karyawan baru di divisi manajemen," ujarnya dengan nada ringan, seolah ingin memberikan informasi tambahan. "Dia cukup menonjol, terutama karena kemampuannya berbahasa Korea."
Jae Hyun mengangkat alis sedikit, lalu menyeruput minumannya tanpa menjawab.
Nesya, yang sadar bahwa Jae Hyun terus memperhatikannya, berusaha tetap fokus pada tugasnya. Namun, tangannya sedikit gemetar. Ia mencoba mengabaikan kehadiran pria yang dulu pernah mengisi hari-harinya—pria yang kini berdiri di hadapannya sebagai CEO.
" Duh,jangan sampai si bos Korea itu mecat aku, dari tadi dia liatin aku mulu,"batin Nesya.
Sementara itu, di dalam hati Jae Hyun, perasaan yang telah lama ia abaikan perlahan mulai muncul kembali.
Suasana ruang perjamuan terasa formal namun hangat. Para atasan dan tamu kehormatan mulai menikmati hidangan yang telah disajikan, sementara Nesya dan rekan-rekan juniornya berdiri di belakang, menunggu sesuai adab perusahaan.
Jae Hyun, yang duduk di kursi utama, tampak mengambil beberapa lauk dan menatanya di piring dengan tenang. Semua orang mengira itu untuk dirinya sendiri atau tamu lainnya, tapi saat ia berdiri dan melangkah ke arah barisan karyawan, suasana tiba-tiba terasa berbeda.
Dengan tatapan datar tapi penuh arti, ia meletakkan piring tersebut di depan Nesya.
"Makanlah," katanya singkat, suaranya terdengar tegas namun lembut.
Nesya terkejut. Begitu pula rekan-rekannya. Beberapa senior bahkan saling pandang, tidak menyangka CEO mereka akan melakukan hal seperti itu—terlebih kepada seorang karyawan baru.
"T-tapi, Pak... saya bisa ambil sendiri nanti," ujar Nesya, mencoba menolak dengan sopan, meskipun dalam hatinya jantungnya berdebar.
Jae Hyun menatapnya sejenak, lalu berkata, "Kau menunggu atasan selesai makan, bukan? Kalau begitu, anggap saja ini perintahku."
Nesya terdiam. Ia tahu tidak ada gunanya membantah, apalagi dengan semua mata tertuju padanya. Dengan canggung, ia duduk dan mulai menyentuh makanan di piringnya.
Jae Hyun kembali ke kursinya, tapi matanya masih sesekali melirik ke arah Nesya. Ada sesuatu dalam dirinya yang terasa aneh—sebuah kebiasaan yang dulu pernah ia lakukan tanpa sadar, kini muncul lagi.
Sementara itu, para senior dan manajer wanita mulai bergosip pelan, bertanya-tanya apa hubungan sebenarnya antara CEO mereka dan gadis berhijab itu.
"Sepertinya ada sesuatu, entah apa itu, tapi yang jelas Nesya pasti punya pemikat."
"Iya, bisa jadi."
Suasana di ruangan perjamuan berubah menjadi hening untuk beberapa saat. Semua orang, baik para manajer maupun karyawan lainnya, menatap Jae Hyun dan Nesya dengan penuh tanda tanya.
Bagi mereka, ini bukan hal biasa. Seorang CEO seperti Kang Jae Hyun—yang dikenal dingin, profesional, dan hampir tidak pernah memberikan perhatian khusus pada siapa pun—tiba-tiba memperlakukan seorang karyawan baru dengan begitu istimewa.
Beberapa senior mulai berbisik-bisik, sementara beberapa karyawan lainnya hanya bisa menelan rasa penasaran mereka.
Nesya, yang duduk dengan canggung, bisa merasakan sorotan tajam dari berbagai arah. Tangannya bahkan sedikit gemetar saat mencoba mengambil makanan di piring yang disiapkan Jae Hyun. Ini terlalu aneh.
"Kenapa dia melakukan ini?" batin Nesya, berusaha tidak menunjukkan ekspresi gugup.
Sementara itu, Jae Hyun tetap tenang, seolah tidak peduli dengan semua perhatian yang tertuju pada mereka. Namun, tatapannya tetap sesekali mengarah pada Nesya.
Salah satu manajer wanita yang sejak tadi memperhatikan akhirnya membuka suara dengan senyum tipis, "Tuan Kang, sepertinya Anda sangat memperhatikan karyawan baru kita, ya?"
Seketika, beberapa orang di ruangan menahan napas, menunggu reaksi Jae Hyun.
Jae Hyun, dengan ekspresi tanpa emosi, meletakkan sumpitnya, lalu menatap manajer wanita tersebut. "Kenapa tidak? Dia bekerja di perusahaan saya, dan saya memastikan semua karyawan mendapat perhatian yang sama."
Jawaban itu terdengar logis dan profesional, tapi tetap tidak menghapus keanehan dalam suasana.
Nesya menggigit bibirnya pelan, berusaha fokus pada makanannya dan mengabaikan semua spekulasi di sekelilingnya. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu… perhatian Jae Hyun kali ini bukanlah perhatian biasa.
Nesya yang sedang berjalan santai menuju halte, berhenti sejenak ketika mendengar suara klakson mobil di belakangnya. Ia menoleh, lalu mengerutkan kening saat melihat sebuah mobil mewah berhenti tak jauh darinya.
Jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah yang sangat familiar baginya.
Kang Jae Hyun.
Pria itu duduk di balik kemudi dengan ekspresi datarnya yang khas, tapi sorot matanya tampak berbeda—seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.
"Masuk."
Suaranya tenang, tapi penuh dengan ketegasan yang sulit dibantah.
Nesya berdiri di tempatnya, ragu-ragu. Ini bukan pertama kalinya Jae Hyun bersikap aneh sejak pertemuan mereka di kantor, tapi kenapa ia merasa ada perhatian lebih yang diberikan pria itu kepadanya?
"Aku bisa pulang sendiri, Tuan Kang." Nesya akhirnya menjawab dengan sopan.
Namun, Jae Hyun tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi. Dia hanya menatap Nesya dengan tajam, lalu menghela napas pelan.
"Jangan keras kepala, Nesya." Suaranya sedikit lebih pelan, seperti sedang membujuknya.
Hati Nesya mulai bergejolak. Ia ingin menolak, tapi sorot mata Jae Hyun membuatnya bingung. Apakah ini sekadar perhatian seorang CEO terhadap karyawannya? Atau ada alasan lain?
Beberapa karyawan yang masih berada di area gedung mulai melirik ke arah mereka, membuat Nesya semakin tak nyaman.
Dengan tarikan napas panjang, akhirnya ia membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang.
Jae Hyun meliriknya sekilas, lalu tanpa banyak bicara, dengan mengibaskan tangannya sang supir mulai menjalankan mobil.
Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan.
Namun, di dalam hati Nesya, ada banyak pertanyaan yang tak bisa ia abaikan. Apa yang sebenarnya pria ini inginkan darinya?
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik!"singkat Nesya.
"Syukurlah."
"Dan kamu, selamat ya karena sebentar lagi akan menikah dengan Hye Jin."
"Kami ... putus. "
"Apa?"
ceritanya bikin deg-degan
semagat terus yaa kak