Terpikat Anak Sultan
Tiinn! Tiinnn!! Suara klakson memekakan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.
Sebuah mobil mogok tepat di tengah jalan dengan kondisi lampu hijau yang menyala membuat mobil lain terkendala untuk segera melaju.
Seorang gadis memukul setir mobilnya, "Argh! Kenapa sih mogoknya harus di tengah jalan kayak gini?! Mana dekat lampu lalu lintas lagi, sial banget gue hari ini!" gerutu gadis itu.
Tok! Tok! Tok! Kaca mobil gadis itu di ketuk dari luar, perlahan dia membuka kaca mobilnya, gadis itu tertegun saat melihat sosok pria yang tengah berbicara kepadanya.
"Astaga ini manusia apa bukan, kenapa gantengnya nggak manusiawi sekali" batin gadis itu.
"Mbak...mbak..." Pria itu melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.
"Eh iya iya, maaf gimana ya Mas?"
"Saya akan bantu dorong mobil Mbak ke sana, soalnya kelamaan disini mengganggu lalu lintas jalan, lihat! Jalanan semakin macet" ucap pria itu.
"Ah baiklah Mas, sebelumnya terimakasih" ucap gadis itu, sedangkan si pria hanya mengangguk.
Dengan sekuat tenaga pria itu mendorong mobil wanita itu, akhiranya ada orang yang merasa iba dan membantu pria itu.
"Terimakasih sudah membantu ya Mas" ucap pria itu pada beberapa orang yang telah membantunya.
"Sama-sama Mas, kami pergi dulu" pamit mereka.
Gadis itu keluar sambil membawakan air mineral pada pria yang telah membantunya tadi.
"Ini minum Mas, sekali lagi makasih ya Mas__"
"Satya Biantara, Mbak bisa panggil saya apa saja, asal jangan sayang..." ucap pria itu.
"Yaaahh kenapa?" tanya gadis itu menunjukkan raut kecewa.
Bian mengernyitkan alisnya melihat respon gadis di depannya saat ini, gadis itu pun baru tersadar dengan apa yang di ucapkan, gadis itu buru-buru memperkenalkan dirinya.
"Saya Adhara Nayanika, Mas Bian bisa panggil saya Dhara" ucap gadis itu mengulurkan tangannya, Bian pun menyambutnya sambil tersenyum manis.
"Eh eh ya ampun senyumnya, nih orang pasti pakai pelet nih, bisa-bisanya seorang Dhara langsung terpukau melihat nih cowok untuk pertama kalinya" batin Dhara.
"Mbak, boleh saya cek mobilnya? Saya sendiri juga kerja di bengkel kok jadi aman, gimana?" tanya Bian.
"Oh silahkan Mas, kalau tidak merepotkan" ucap Dhara mempersilahkan.
Bian pun membuka kap mobil milik Dhara dan asap pun keluar dari sana.
Uhukk...uhukk ..Bian sampai terbatuk-batuk, "Mbak, mobil kamu overheat ini, kayaknya perlu di bawa ke bengkel. Mbak mau di bawa ke bengkel tempat saya bekerja atau Mbak punya bengkel langganan sendiri?" tanya Bian.
"Duh, mending bawa ke tempat Mas Bian aja. Saya nggak tahu dimana biasanya sopir saya bawa nih mobil ke bengkel" jawab Dhara.
"Kalau gitu saya akan hubungi teman saya dulu Mbak, Mbak Dhara mau kemana kalau boleh tahu, biar saya antar dulu?" tawar Bian.
"Saya mau ke kampus Nusa Bangsa Mas, apa tidak apa-apa kalau Mas Bian nganter saya dulu?" tanya Dhara pura-pura tidak enak padahal dalam hatinya bersorak senang, kapan lagi kan naik motor yang boncengin cowok ganteng paripurna begini.
"Wah kebetulan sekali Mbak, saya juga mau kesana" ucap Bian tersenyum.
"Please jangan senyum gitu, hati gue melebur melumer jadi satu ini" batin Dhara melihat senyuman Bian yang membuat jantung gadis itu jedag jedug tak karuan.
"Mas Bian kuliah disana juga? Fakultas apa?" tanya Dhara antusias.
"Pacar saya yang kuliah di sana Mbak" jawab Bian sambil memakai helmnya.
Kretek...hati Dhara patah jadi dua, baru juga mengagumi yang namanya cowok, eh ternyata pacar orang, memang nasib Dhara tidak beruntung kali ini.
"Baru pacar lho, tikung aja nggak masalah" iblis seolah membisikkan kata-kata itu pada telinga Dhara.
"Ayo Mbak Dhara, oh ya ini helmnya" Bian memberikan helm pada Dhara.
Saat hendak mengancingkan, Dhara sedikit kesusahan.
"Sini, saya bantuin Mbak."
Dhara pun berjalan mendekat, tangan Bian terulur mencoba mengancingkan helm yang di pakai Dhara. Sedangkan Dhara sendiri malah terfokus pada wajah dan leher Bian yang terpahat sempurna, fokus Dhara teralih pada jakun Bian yang terlihat naik turun.
"Astaga Rip otak gue!" batin Dhara tiba-tiba otaknya tidak berfungsi dengan baik.
"Yuk Mbak naik" ajak Bian.
"Naik Mas Bian?" celetuk Dhara yang otaknya sedikit menjadi tidak waras.
"Hah?"
"Eh, maaf Mas Bian. Maksud saya naik sekarang gitu?" tanya Dhara mencari kata-kata yang tidak terdengar ambigu.
"Iya Mbak Dhara, keburu telat nanti" balas Bian.
Dhara pun tanpa sungkan langsung naik motor Bian, "Ayo dong minta buat pegangan, biasanya gitu kan kalau di novel sama film-film yang gue baca dan tonton" batin Dhara.
Sedangkan yang di harapkan tidak kunjung memberi arahan, membuat Dhara sedikit kecewa. Akhirnya tak sampai 10 menit motor Bian sudah masuk area kampus.
"Mbak kamu fakultas apa?" tanya Bian.
"Bisnis Mas Bian" jawab Dhara.
"Wah kebetulan sekali ya kita, saya juga mau kesana" ucap Bian langsung melajukan motornya sedikit lebih cepat.
"Iya Mas bermula dari kebetulan berubah menjadi jodoh kan nggak ada yang tahu hihihi" batin Dhara semakin gila saja otaknya.
Akhirnya Bian dan Dhara sampai di fakultas yang di tuju, dengan perlahan Dhara turun dari motor Bian dengan berat hati.
Bian berdiri di depan Dhara, pria itu membantu Dhara melepas helmnya. Jangan di tanya kondisi hati dan jantung Dhara, rasanya seperti pindah tempat.
"Makasih Mas Bian" ucap Dhara setelah Bian meletakkan helm yang di pakai wanita di depannya ini.
"Sama-sama Mbak Dhara, sampai jumpa di lain waktu" ucap Bian lagi-lagi tersenyum manis memperlihatkan gigi taringnya yang membuat Dhara gemas.
"Sampai jumpa Mas Bian" balas Dhara melambaikan tangannya kecil, Bian pun mengangguk.
Dhara pun membalikkan badannya mulai berjalan menjauhi Bian, gadis itu pun menengok sedikit ternyata Bian sedang teleponan dengan seseorang.
"DORRRR!!" seseorang mengejutkan Dhara, membuat Dhara hampir saja mengumpat.
"Anj__ ALETTA! LU MAU BIKIN GUE CEPET MENINGGOY HAH?" Dhara murka dengan apa yang dilakukan sang sahabat.
"Ya lagian siapa suruh ngalamun terus, baru juga dateng udah ngalamun, kesambet tau rasa lu" omel gadis bernama Aletta yang tak lain satu-satunya sahabat Dhara.
"Gue patah hati Ta, sedih banget gue" ucap Dhara dengan muka di melas-melasin.
"Hah? Gue nggak salah denger, seorang Dhara patah hati? Opet mana woy yang udah bikin lu mendadak melow gini?" tanya Aletta, gadis itu terkejut sebab baru pertama kali ia mendengar seorang Dhara patah hati biasanya Dhara lah yang membuat para cowok patah hati.
"Bukan Opet lah, orangnya ganteng nggak ngotak, badannya tinggi tegap, kulitnya tan yang manly banget. Gue bener-bener jatuh cinta pada pandangan pertama Ta" ucap Dhara sendu.
"Ya kejarlah, gue kalau punya wajah kayak lu bakal gue kejar sampai dapet, kecuali kalau udah punya istri, nggak minat gue jadi pelakor. Eh, atau jangan-jangan suami orang lagi yang lu taksir, eling Dhara eling" Aletta langsung menatap Dhara serius.
"Bukan suami orang tapi pacar orang Ta, ituuuhh" tunjuk Dhara, melihat Bian sedang ngobrol bersama seorang gadis.
Mata Dhara dan Aletta kompak memicing,
"Lah anjir pacarnya Raya! Tuh orang kan dulu kuliah disini, namanya Satya Biantara orang-orang pada manggil si gapura kabupaten, gara-gara badannya yang gede tinggi tegap gitu. Gila seorang Adhara Nayanika naksir pacar orang, tapi kalau mau lu tikung bakal gue bantuin sih. Lu tahu kan Raya gimana di kampus, sedangkan Mas Satya orangnya baik, tulus lagi nggak terima banget gue dia pacaran sama jablay kayak Raya, kelihatannya aja kalem eh dalemnya busuk luar biasa" ungkap Aletta panjang lebar.
"Kurang apa coba Ta tuh cowok sampai si Raya suka selingkuh, betewe gue lebih suka manggil dia Mas Bian daripada Satya gemes-gemes gimana gitu" sahut Dhara.
"Ya kalau buat Raya kurang kayalah tau sendirikan dia gimana, tikung aja Dhara tikung. Tapi lucu sih sekalinya suka cowok out of the box banget lu ini, gue pikir lu sukanya yang kayak prince-prince gitu" ucap Aletta.
"Nggak, gue sukanya model kayak tuh orang auranya manly sexy" ucap Dhara senyam senyum sambil terus menatap Bian yang masih ngobrol bersama kekasihnya itu.
"Sapu mana sapu, gue yakin otak lu mikirnya udah jauh pakai banget itu, ya kan?" tuduh Aletta, Dhara tertawa lepas mendengarkan perkataan sahabatnya itu.
"Nggak ada ya, otak gue bersih suci tak ternoda" sahut Dhara sambil terkekeh.
"Mana ada, itu di kening lu aja ada tulisan 21+ gitu" Aletta semakin yakin sahabatnya ini benar-benar tidak waras.
"Ha ha ha, otak lu berarti yang nggak beres" sahut Dhara.
Sedangkan di sisi lain Bian dengan Raya pacarnya sedang mengalami sedikit ketegangan.
"Mas Satya kan baru gajian masa aku minta 1 juta aja nggak boleh sih Mas, jangan pelit gitu dong Mas, ini buat bayar semesteran aku Mas, nanti kalau Ayah udah transfer bakal aku ganti kok, kamu nggak percaya sama aku ya Mas?" Raya mengeluarkan jurus tipu dayanya.
"Raya kamu tahu sendiri kan kalau aku harus ngirim uang buat Ibu dan Bapak aku yang di kampung, gini aja ini ada uang 500 ribu kamu pakai dulu aja ya, maaf ya sayang, pacarmu ini bukan anak orang kaya" ucap Bian mengusap lembut surai hitam Raya. Raya pun hanya terdiam tak menyahuti apapun.
"Ta, kok sakit ya Ta. Begini ya ternyata rasanya patah hati Ta. Aish Mas Bian bisa-bisanya punya pacar spek sundel gitu sih, nggak ikhas banget anjir!"
"Makanya tikung Dhara tikung, gue bakal tetep bantuin lu."
"Bantuin apa?"
"Bantu lewat doa ajalah gue" jawab Aletta tertawa.
"Dasar Aletta kampret! Dahlah ayo masuk, bisa-bisa gue nanti makin sakit hati lihat crush sama pacarnya lagi bermesraan."
"Kasihan sekali anak sultan pun nggak menjamin bisa luput dari patah hati, ck ck ck"Aletta berdecak sambil menggelengkan kepalanya.
"Bisa diam nggak lu, Aletta Veronica!"
Aletta pun tertawa melihat muka judes yang di tampilkan oleh sang sahabat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Sri Ratna Dewi
Baru bab awal tapi udah menarik semoga ceritanya sesuai harapan
2025-01-10
1
aku mampir kak Jen ♥️
2025-01-25
0