Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Melodi Masa Depan
Pagi itu terasa lebih cerah dari biasanya. Burung-burung berkicau riang di atas pohon-pohon besar di halaman sekolah, membawa suasana yang damai. Keisha berjalan melewati gerbang dengan langkah ringan. Sejak kemenangan di lomba debat nasional, banyak hal berubah dalam hidupnya. Ia merasa lebih percaya diri dan mulai menikmati setiap detik perjalanan masa SMA-nya.
Hari ini adalah hari yang istimewa. Pihak sekolah akan mengadakan upacara penghargaan untuk para siswa yang telah mengharumkan nama sekolah. Selain Keisha, beberapa siswa lain yang berprestasi di bidang olahraga dan seni juga akan menerima penghargaan. Aula sekolah telah dihias dengan cantik untuk acara tersebut.
Ketika Keisha masuk ke aula, suasana ramai dan penuh antusiasme. Teman-temannya menyambutnya dengan senyuman hangat, terutama Nadya yang langsung menarik Keisha ke kursi terdepan.
“Kei, lo harus duduk di sini! Gue pengen lihat wajah lo waktu nama lo dipanggil nanti,” kata Nadya sambil terkikik.
Keisha hanya tersenyum sambil menggeleng. “Lo tuh, ya. Gue biasa aja, kok. Ini semua berkat kerja tim juga.”
Nadya menggeleng keras. “Nggak ada kerja tim tanpa pemimpin yang hebat, Kei. Lo harus bangga sama diri lo sendiri.”
Perkataan Nadya membuat Keisha tertegun. Selama ini, ia memang sering meremehkan pencapaiannya sendiri. Tetapi kini, ia mulai belajar untuk menerima dan menghargai setiap usahanya.
~
Acara dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah. Setelah beberapa pidato singkat, tibalah momen yang ditunggu-tunggu: pengumuman penerima penghargaan. Nama Keisha disebut dengan suara lantang, dan seluruh aula bergemuruh oleh tepuk tangan.
Keisha melangkah maju ke panggung dengan perasaan campur aduk. Ia menatap para penonton dan melihat wajah-wajah familiar: Nadya yang melompat kecil penuh semangat, Rama yang memberikan anggukan kecil dari barisan belakang, bahkan Arya yang hadir sebagai tamu dari sekolah lain.
Ketika kepala sekolah menyerahkan piala dan sertifikat kepadanya, Keisha merasa hatinya dipenuhi kebanggaan. Bukan hanya karena penghargaan itu, tetapi karena semua perjuangan yang telah ia lalui untuk mencapainya.
“Terima kasih untuk dukungan dari semua orang yang ada di sini,” ucap Keisha singkat namun tulus saat diberi kesempatan berbicara.
Sorak-sorai kembali menggema ketika ia turun dari panggung. Nadya langsung menghampirinya dan memeluknya erat.
“Lo keren banget, Kei! Gue bangga banget jadi sahabat lo,” ujar Nadya dengan mata berbinar.
Keisha tersenyum, merasa bahwa momen itu adalah salah satu yang paling membahagiakan dalam hidupnya.
~
Setelah acara selesai, Rama menghampiri Keisha di luar aula. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mereka berbicara dengan santai.
“Selamat, Kei. Gue nggak pernah ragu sama lo,” kata Rama sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat.
Keisha menyambut uluran tangan itu dengan senyuman. “Makasih, Ram. Gue juga mau bilang makasih karena lo selalu jadi motivasi gue, meskipun dalam diam.”
Rama terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Kita semua saling belajar, Kei. Gue juga belajar banyak dari lo.”
Momen itu terasa seperti akhir yang sempurna untuk hubungan mereka. Bukan akhir yang menyakitkan, melainkan sebuah penyelesaian yang damai. Keisha tahu bahwa ia dan Rama kini berada di jalur masing-masing, tetapi mereka akan selalu menghormati perjalanan yang pernah mereka lalui bersama.
~
Beberapa minggu berlalu, dan kehidupan di sekolah kembali berjalan seperti biasa. Namun, bagi Keisha, ada sesuatu yang berbeda. Ia merasa lebih bebas dan lebih fokus pada apa yang ingin ia capai. Arya, yang semakin sering berinteraksi dengannya, menjadi salah satu orang yang membuat harinya lebih berwarna.
Suatu sore, setelah latihan persiapan lomba debat internasional—yang kini menjadi tujuan baru Keisha—Arya mengajak Keisha untuk berbicara di taman sekolah.
“Kei, gue nggak tahu gimana cara ngomongnya, tapi ada sesuatu yang pengen gue sampaikan,” kata Arya dengan nada serius.
Keisha menatapnya dengan alis terangkat. “Kenapa, Arya? Ada masalah?”
Arya menggeleng. “Nggak, nggak ada masalah. Gue cuma pengen bilang kalau gue kagum sama lo. Bukan cuma karena lo pintar atau berbakat, tapi karena lo kuat. Gue tahu lo udah ngalamin banyak hal, tapi lo tetap berdiri tegak. Itu luar biasa.”
Keisha terkejut mendengar kata-kata Arya. Ia tidak menyangka bahwa seseorang memperhatikan perjuangannya sedalam itu.
“Makasih, Arya. Kata-kata lo berarti banget buat gue,” ujar Keisha dengan senyum tulus.
Arya tersenyum. “Gue nggak bilang ini untuk bikin lo terkesan. Gue cuma pengen lo tahu kalau gue selalu dukung lo, apa pun yang lo lakuin.”
Percakapan itu meninggalkan kesan mendalam di hati Keisha. Ia merasa bahwa Arya membawa energi yang berbeda dalam hidupnya—energi yang membuatnya merasa lebih dihargai dan lebih bersemangat untuk terus melangkah maju.
~
Di rumah, Keisha kembali duduk di depan meja belajarnya. Ia membuka buku catatan yang selalu ia gunakan untuk mencurahkan pikirannya. Di halaman kosong, ia menulis:
“Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan lika-liku. Kadang kita jatuh, kadang kita tersesat. Tapi selama kita terus melangkah, kita akan menemukan jalan yang membawa kita pada kebahagiaan.”
Keisha menutup buku itu dengan senyuman. Ia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa siap untuk menghadapi apa pun yang ada di depan.
Hatinya kini dipenuhi dengan rasa syukur—untuk semua pelajaran yang telah ia dapatkan, untuk orang-orang yang telah membantunya tumbuh, dan untuk masa depan yang penuh kemungkinan.
Bab ini mungkin telah berakhir, tetapi bagi Keisha, hidupnya baru saja dimulai.