Jodohku

"Gilang, kayaknya mbak nggak ada yang cocok deh...." bisik Rere mendekat di telinga Gilang, karena nggak enak kalau mbak pelayanya mendengar. Gilang paham, dan mengerti sekali, kalau saat ini Rere sedang di landa rasa tidak enakan. Tanpa Rere duga, Gilang mengambil satu t-shirt berwarna putih dan ada tulisanya, tak ketinggalan celana panjang warna dark grey yang style nya kekinian.

E busyeeett, apa apan sih Gilang main ambil saja. Apa dia gak mikirin harganya sih.

Gumam Rere yang hanya dapat menatap Gilang tanpa mampu menghentikannya. Setelah memberikan dua barang tersebut kepada mbak pelayan dan tentunya sudah di bayar, Gilang menyerahkannya kepada Rere.

"Silahkan mbak ganti baju, ayo saya anter mbak..."

"Tap.....tapii......"

"Udah, jangan membantah....." ujar Gilang dan lagi lagi Rere hanya bisa menurut. Gilang menemani Rere ganti baju dan menunggunya di depan kamar ganti. Dengan santai ia duduk di sofa tanpa bermain ponsel.

"Cakep banget ih....." bisik dua gadis yang lewat di depan Gilang. Mendengar sih, tapi Gilang enggan memalingkan muka, melirik gadis yang terbilang cukup cantik tadi saja tidak. Ia tetap fokus melihat ke arah pintu kamar ganti, menanti Rere keluar dari sana.

Gila bener, kaus sama celananya bisa pas dan bagus banget di badan gue.

Gumam Rere sambil beberapa kali berputar di depan cermin yang ada di dalam kamar ganti tersebut. Tak ingin membuat Gilang menunggu lama, Rere segera merapikan baju batiknya dan memasukan ke dalam tas kardus bekas tempat kausnya tadi.

Tak lama, pintu pun terbuka. Rere keluar dan sudah memakai kaus yang tadi ia berikan.

Cantik sekali.

"Lang......" panggil Rere.

"Iya...." jawab Gilang berdiri dan berjalan ke arah Rere.

"Kaus ini sangat cocok di badan mbak...."

"Iya sih tapiiii....."

"Udah, sekarang waktunya temenin Gilang, mbak udah janji kan....?" ucap Gilang mengingatkan. Akhirnya, apa yang pernah ia ucapkan dalam hati di kabulkan oleh Tuhan. Hari ini di Mega Mall, ia jalan bersama Rere. Rasa bahagia yang tak terhingga tengah menaungi hatinya. Keduanya segera keluar dari toko baju tersebut. Berjalan berkeliling mall sambil melihat lihat toko yang mereka lewati. Kadang juga sekedar melihat keadaan di dalam toko tersebut.

"Pernah ke Mazaya dimsum mbak...?" tanya Gilang yang dari jauh melihat papan nama di depan gerai makanan yang memajang foto dimsum dengan berbagai rasa. Mulai dari dimsum udang, dimsum ayam, jamur , sayur, keju dan masih banyak lagi. Membuat siapa saja yang melihatnya tergiur oleh rasanya dan pasti ingin mampir ke sana.

"Belum sih Lang, kenapa...?" jawab Rere ringan.

"Ayo kita ke sana, Gilang pengen mbak ngerasain dimsum langganan aku, pasti mbak ketagihan..." ucap Gilang ysng menganggukan pelan kepalanya, tanda Rere harus mengikuti ucapanya. Rere mengikuti apa kata Gilang, soalnya statusnya kan menemani, jadi ya harus nurut sama yang ngajak. Rere dan Gilang segera menuju gerai dimsum yang berjarak 50 meter dari tempat mereka berdiri.

Suasana Mega Mall semakin sore semakin ramai. Satu persatu dan kini sampai berpuluh puluh orang silih berganti mendatangi mall tersebut. Ketika keduanya masuk ke gerai dimsum tersebut, seluruh meja yang di sediakan untuk menikmati makanan tersebut, hampir semuanya sudah terisi. Gilang dsn Rere melihat dengan teliti siapa tau masih ada yang kosong. Tumben sekali hari itu sangat penuh. Mungkin juga karena ini malam minggu. Banyak kaum muda mudi sudah nongkrong bercandan ngobrol sampai haha hihi sambil menikmati dimsum yang mereka pesan.

"Lang, tempatnya penuh gini....?" gumam Rere yang masih mengedarkan pandangan.

"Biasanya sih enggak mbak, mungkin karena weekend...." jawab Gilang yang juga menyapukan pandangan mencari tempat yang kosong. Beruntung sekali ada pengunjung yang merupakan satu keluarga meninggalkan meja karena sudah selesai makan.

"Mbak itu ada tempat kosong, kita ke sana...." ajak Gilang yang menunjuk tempat kosong tersebut. Tempatnya di pinggir pembatas lantai, dan mereka dapat melihat pemandangan ke bawah maupun ke atas. Sangat Setelah duduk, seorang pelayan dimsum datang untuk membersihkan meja, sebelum di gunakan oleh Gilang dan Rere.

"Maaf ini daftar menunya..." ucap si pelayan setelah selesai membersihkan mejanya, dan mengeluarkan buku seperti album namun sangat tipis dari kantong apron yang ia pakai, secarik kertas dan pulpen. Gilang menerimanya, lalu si pelayan pergi meninggalkan mereka.

"Mbak Rere silahkan lihat lihat dulu...." ucap Gilang menyerahkan buku menu tersebut. Dengan senang hati Rere menerimanya, lalu mulai melihat menu dimsumnya.

"Lang, mbak mau dimsum mentai aja toping keju...." ucap Rere dengan tatapan mata masih ke daftar menu.

"Wah, mbak nggak salah pilih, itu makanan yang paling recomended di sini...." jawab Gilang sambil menulis apa yang Rere mau. Setelah semua tercatat, apa saja yang mereka pesan, Gilang segera menyerahkannya kepada kasir dan sekalian membayarnya.

"Dua dimsum mentai topping keju yang ukuran medium dan dua cappucino milkshake...." ucap sang kasir mengulangi apa yang di pesan oleh Gilang. Lalu menyebutkan totalnya dan Gilang langsung membayarnya menggunakan ponselnya. Setelah selesai, Gilang kembali ke meja di mana Rere menunggunya.

"Habis ini kamu mau ke mana lagi Lang....?" tanya Rere membuka obrolan setelah Gilang duduk di hadapanya.

"Belanja....?"

Rere mengerutkan dahinya. Menurutnya jawaban Gilang agak aneh.

"Belanjan apa an..?" tanya Rere dengan raut wajah seperti menyelidik. Gilang tertawa kecil.

"Ya belanja buat isi kulkas mbak, kemaren tau sendiri kan, waktu mbak Rere ke apartemen Gilang, hanya di suguhi air putih doang kan....?" jelas Gilang.

"Oh kirain mau belanja keperluan rumah tangga...." Hihi.

"Hem, mbak Rere lucu juga ya...." ujar Gilang mendengar kelakar Rere. Tak berapa lama pesanan datang, Dua dimsum mentai medium dan dua cappucino milkshake sudah tersaji di hadapan mereka. Asap masih terlihat mengepul keluar dari dimsum tersebut, karena baru saja matang.

"Silahkan mbak Rere, jangan cuma di lihat saja...." ujar Gilang yang melihat Rere sedang mengagumi sajian dimsum tersebut. Dilihat dari bentuknya saja, bikin orang ngiler dan penasaran akan rasanya.

"Bentar Lang, mbak akan mengabadikan dimsum tersebut di ponsel mbak..." jawab Rere yang sudah memegang ponselnya dan siap mengambil gambar. Dengan sekali klik, gambar dimsum sudah tersimpan di galeri ponsel Rere. Tanpa sepengetahuan Rere, Gilang mengambil gambar dimsum itu juga, bedanya, Gilang sengaja menyertakan tangan Rere ikut terekspose. Gilang tersenyum melihat hasil jepretannya.

"Gilang, kenapa senyum senyum sendiri....?" tanya Rere yang tak sengaja melihat Gilang.

"Ah gak papa kok mbak. Ayo...."

Rere dan Gilang segera menikmati dimsum tersebut. Dimsum yang di taruh dalam wadah yang terbuat dari aluminium foil dan di torch sebentar membuat tampilan dimsum tersebut semakin menggoda dari segi bentuknya. Rere memasukan sebuah dimsum yang diambilnya menggunakan sumpit. Mengunyahnya dengan pelan sambil merasakannya beberapa saat.

"Gimana....?"tanya Gilang menanyakan pendapat Rere yang masih menikmati kunyahan di mulutnya

Bersambung