NovelToon NovelToon
Against All Odds

Against All Odds

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Menjadi Pengusaha
Popularitas:356
Nilai: 5
Nama Author: D.harris

Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Sejak beberapa minggu terakhir, ada seorang pelanggan bernama James yang sering datang ke kedai kopi Bian. James adalah seorang pebisnis muda, berpenampilan menarik, dan memiliki kepribadian ramah. Ia kerap berbincang dengan Rissa, terutama tentang bisnis makanan dan kopi.

Bian, yang biasanya tenang, mulai merasa ada yang tidak nyaman. Setiap kali melihat James tertawa bersama Rissa, ada rasa minder yang perlahan menguasainya.

“James datang lagi hari ini?” tanya Bian saat mereka berdua sedang membereskan dapur setelah kedai tutup.

Rissa mengangguk sambil tersenyum. “Iya. Dia punya banyak ide soal kolaborasi bisnis. Aku pikir menarik juga kalau kita coba beberapa saran dia.”

Bian hanya mengangguk singkat, namun hatinya bergolak.

Hari berikutnya, James datang lagi. Ia membawa bunga kecil dan memberikannya pada Rissa.

“Untuk kamu, Rissa. Sebagai apresiasi atas obrolan kita yang selalu menyenangkan,” kata James dengan senyum menawan.

Bian yang kebetulan sedang mengawasi dari dapur langsung merasa darahnya mendidih. Ia mencoba menahan diri, tapi amarahnya perlahan muncul.

Malam itu, di rumah, Bian mencoba mengutarakan perasaannya.

“Ris, menurutmu James itu gimana orangnya?” tanyanya dengan nada datar.

Rissa menatap Bian, bingung dengan pertanyaan itu. “Dia baik. Kenapa?”

Bian menghela napas, ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, “Aku cuma merasa… dia terlalu sering datang ke sini. Dan, aku takut kamu... lebih nyaman ngobrol sama dia daripada aku.”

Rissa menatap Bian dalam, lalu tersenyum tipis. “Mas Bian, kamu cemburu?”

Bian tidak langsung menjawab, tapi raut wajahnya jelas menunjukkan kebenarannya.

Rissa mendekati Bian dan menggenggam tangannya. “mas, dengar ya. Kamu adalah suamiku, ayah Sabda, dan partner terbaikku. James hanya pelanggan dan kolega biasa. Aku nggak pernah melihat dia lebih dari itu.”

“Tapi dia lebih muda, lebih menarik—” Bian berhenti bicara ketika Rissa meletakkan jarinya di bibirnya.

“Jangan bicara seperti itu. Aku nggak menikah sama kamu karena penampilan atau usia. Aku menikah sama kamu karena aku cinta kamu. Jangan pernah ragukan itu,” kata Rissa dengan tegas.

Bian menunduk malu, tapi hatinya perlahan merasa lebih lega. “Maaf, Ris. Aku cuma takut kehilangan kamu.”

“Kamu nggak akan kehilangan aku, mas. Tapi aku perlu kamu percaya sama aku. Kalau kamu percaya, kita bisa hadapi semuanya.”

Malam itu, rasa cemburu Bian perlahan mereda, digantikan oleh keyakinan baru akan cinta dan kepercayaan di antara mereka.

......................

Hari itu, kedai cukup ramai. James datang seperti biasanya, namun kali ini ia tampak lebih santai. Ia duduk di meja favoritnya dan memanggil Rissa dengan senyum lebarnya.

“Rissa, kamu kelihatan semakin cantik saja tiap kali aku ke sini,” kata James dengan nada menggoda saat Rissa menghampirinya.

Rissa tertawa kecil, menganggapnya sekadar basa-basi. “Ah, jangan berlebihan, James. Kamu mau pesan seperti biasa?”

Namun, obrolan mereka terus berlanjut lebih lama dari biasanya, dan nada bicara James menjadi semakin akrab, bahkan sedikit menggoda. Bian yang sedang membantu di dapur memperhatikan dari jauh, rasa cemburunya yang sempat reda kini kembali menyala.

Setelah James selesai berbicara dengan Rissa, Bian mendekatinya. Dengan nada yang tegas, ia berkata, “James, aku tahu kamu pelanggan di sini, tapi aku harap kamu bisa lebih menghormati hubungan kami.”

James menyipitkan mata, merasa tersinggung. “Apa maksudmu? Aku hanya ngobrol biasa dengan Rissa. Kalau kamu cemburu, itu masalah mu, bukan aku.”

“Aku cuma minta kamu jaga batas, itu saja,” kata Bian, mencoba mengendalikan emosinya.

James mendengus sambil berdiri. “Kamu terlalu insecure, Bian. Mungkin kamu yang harus introspeksi diri.”

Ketika James pergi, Rissa yang mendengar percakapan mereka langsung menghampiri Bian dengan wajah kesal.

“mas, kamu apa-apaan sih ? Kenapa kamu mempermalukan dia seperti itu?” tanya Rissa dengan nada kecewa.

Bian menatapnya dengan ekspresi terluka. “Aku cuma nggak suka cara dia bicara sama kamu, Ris. Dia jelas mencoba merayu kamu.”

“Dia pelanggan, mas. Kita nggak bisa asal bicara seperti itu. kamu nggak percaya sama aku?” tanya Rissa tajam.

“Bukan itu, Ris. Aku percaya sama kamu, tapi aku nggak percaya sama dia. Aku cuma nggak mau ada orang lain yang mengganggu kita,” jawab Bian, mencoba menjelaskan.

Rissa menghela napas panjang, mencoba menahan amarah. “Mas bian, aku butuh kamu untuk lebih percaya diri. Aku sudah bilang, aku nggak akan pergi ke mana-mana. Tapi kalau kamu terus seperti ini, kita malah jadi bermasalah.”

Bian terdiam, merasa bersalah atas sikapnya. Namun, ia juga merasa tidak dihargai karena kekhawatirannya dianggap berlebihan.

Malam itu, keduanya tidak banyak bicara. Rissa memilih untuk tidur lebih awal, sementara Bian duduk di teras, merenungkan semuanya.

......................

Keesokan harinya, Bian memutuskan untuk membicarakan semuanya dengan hati-hati. Saat sarapan, ia mengajak Rissa duduk berdua di meja.

“Ris, aku mau minta maaf. Aku sadar aku terlalu cemburu dan membuat kamu merasa tidak nyaman,” kata Bian dengan nada tulus.

Rissa menatapnya, wajahnya masih sedikit tegang. “Aku ngerti kenapa kamu merasa seperti itu, mas. Tapi aku butuh kamu untuk percaya sama aku. Kalau kamu terus merasa insecure, itu akan menyulitkan hubungan kita.”

Bian mengangguk pelan.

“Aku akan belajar mengendalikan rasa cemburu ini. Tapi aku juga ingin kamu tahu bahwa aku hanya ingin melindungi kita. Aku nggak mau kehilangan kamu lagi, Ris.”

Rissa tersenyum tipis, lalu menggenggam tangan Bian. “Kita nggak akan kehilangan satu sama lain kalau kita saling percaya dan saling mendukung. Aku di sini, mas. Selalu.”

Percakapan itu membawa kelegaan bagi keduanya. Mereka sepakat untuk lebih terbuka dan saling mendukung, menghadapi setiap masalah dengan kepala dingin.

1
Girl lạnh lùng
Thor, jangan bikin pembaca gatal gatel nunggu update ya!
Fiqri Skuy Skuy
Pesan moralnya sangat berbekas di hati. 🤗
Khansa_nana_jennie22
Penulisnya punya keahlian khusus dalam menciptakan atmosfir.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!