Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kembali ke kota
Keesokan harinya Taufik berada di samping rumah sambil melihat ke arah rumah Risma. Sejak di perternakan kemarin dia belum melihat Risma lagi.
"Kamu lagi ngapain di sini....?" Suara ibu Rum mengagetkan Taufik.
"Ibu ih ngagetin aja...." sahut Taufik.
"Kamu ngapain dari tadi di sini...? Lihatin apa...? Kamu lagi ngintip Risma ya...?"
"Ibu kalau ngomong, siapa yang ngintip sih..."
"Eh, Taufik, Risma itu masih punya suami, kamu jangan macam- macam sama dia, nggak baik, nanti malah menimbulkan fitnah..." ucap bu Rum.
"Iya bu Taufik tahu, lagian kapan Taufik macam- macam sama Risma..." sahut Taufik.
"Ya ibu khawatir aja kamu khilaf..."
"Ibu ini..."
Tiba- tiba pintu rumah Risma terbuka. Risma keluar rumah sambil membawa mangkok.
"Nak Risma, mau ke mana...?" tanya bu Rum.
"Eh, bu Rum, ini bu mau beli bubur ayam. Udah lewat apa belum ya...?" sahut Risma.
"Memangnya kamu belum sarapan...?' tanya bu Rum.
"Belum bu..."
"Kayaknya hari ini tukang bubur ayamnya nggak julan deh..." ucap bu Rum.
"Ih gitu ya...."
"Nak Risma sarapan di rumah ibu aja yuk.." ucap bu Rum.
"Oh, nggak usah bu , terima kasih..."
"Eh udah nggak usah malu- malu, tadi ibu masak banyak, ibu juga belum sarapan, itung- itung kamu nemenin ibu sarapan, ayo...."
"Ehm...tapi bu..." Risma menoleh ke arah Taufik, dan Taufik mengangguk menandakan agar Risma mau sarapan dengan bu Rum.
"Ayo nggak usah tapi- tapian..." bu Rum menuntun Risma masuk ke dalam rumahnya.
Mau tidak mau akhirnya Risma sarapan di rumah Taufik, walaupun Risma merasa tidak enak, takut merepotkan. Mereka bertiga pun sarapan bersama.
"Bagaimana nak, enak nggak masakan ibu...?" tanya Bu Rum.
"Enak bu, enak sekali, Risma suka...."
"Syukurlah kalau nak Risma suka. Ayo makan lagi, nambah ya..."
Mereka melanjutkan makannya sambil sesekali ngobrol. Sedangkan Taufik hanya menjadi pendengar saja dan sesekali menatap ke arah Risma.
"Assalamualaikum..." terdengar seseorang mengucap salam dari luar rumah.
"Waalaikumsalam..."
"Siapa itu, pagi- pagi bertamu...." ucap bu Rum.
"Sebentar ya nak Risma ibu ke depan dulu..." ucap bu Rum.
"Iya bu..." jawab Risma
"Ayo habiskan makannya..." ucap Taufik sambil tersenyum pada Risma.
"Iya..." jawab Risma.
"Kamu ini lho, pake repot- repot segala bawain oleh - oleh..." ucap bu Rum yang kembali ke ruang makan dengan seorang perempuan.
Iya ,perempuan itu adalah Sekar, janda kembang yang lagi gencar sekali mendekati Taufik. Tak hanya sering mengantar makan siang ke peternakan ,Sekar juga sudah beberapa kali datang ke rumah Taufik hanya sekedar mengantar makanan.
Melihat Sekar datang ,Taufik menghela nafas panjang kemudian menatap ke arah Risma yang sudah sedang menghabiskan makanannya.
"Taufik, tuh dibawakan oleh- oleh sama Sekar..." ucap bu Rum.
"Pakai repot- repot segala..." ucap Taufik pada Sekar
"Nggak repot kok mas..."sahut Sekar.
"Ayo silahkan duduk sekar..." ucap bu Rum.
"Iya bu..." Sekar lalu duduk di samping Taufik. Taufik melihat ke arah Risma merasa tidak enak pada Risma, padahal Risma biasa saja.
"Lho ini mbak yang kemarin Sekar lihat di peternakan bersama mas Taufik kan ya...?" tanya Sekar melihat ke arah Risma. Risma mengangguk.
"Namanya Risma, dia tetangga sebelah, yang tinggalnya di kota bersama suami dan anaknya,dia sedang pulang kampung..." sahut bu Rum.
"Oh, jadi mbak Risma ini udah punya suami dan anak toh, di mana mereka kok nggak ikut sarapan...?" tanya Sekar.
"Saya kebetulan pulang kampung sendiri mbak, suami dan anak saya nggak ikut..." jawab Risma.
"Aduh mbak Risma jangan panggil aku mbak dong, panggil Sekar saja, kan saya lebih muda dari mbak Risma. Umur saya baru dua puluh empat tahun kok, kalau mbak Risma pasti umurnya sudah di atas tiga puluh tahun ya...." ucap Sekar. Risma mengangguk.
"Iya soalnya kelihatan, mbak Risma sudah muncul flek di wajah , itu mungkin tanda penuaan kali ya atau mungkin karena efek KB..." sahut Sekar. Risma hanya tersenyum tipis saja.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Sekar, Taufik menoleh ke arah Sekar, merasa apa yang dikatakan oleh Sekar tidak sopan.
"Bu, Risma makannya sudah selesai, Risma ke dapur dulu ya mau menaruh piring kotor..." ucap Risma.
"Eh, nggak usah nak taruh saja di situ, biar nanti ibu yang bawa ke dapur..." sahut bu Rum.
"Nggak papa bu, Risma mau sekalian cuci tangan..." ucap Risma.
"Oh, iya..iya..."
Risma lalu pergi ke dapur mencuci piring dan gelas bekas makannya. Tiba- tiba Taufik menyusul Risma. Dia berdiri di samping Risma yang sedang mencuci piring di tempat cuci piring.
"Risma..." ucap Taufik.
"Mas.... Ih ngagetin deh...." sahut Risma. Taufik pun tersenyum.
"Kamu mau ngapain mas...?" tanya Risma.
"Mau cuci tangan..." jawab Taufik sambil mengarahkan tangannya ke bawah aliran air dari kran hingga tangannya bersentuhkan dengan tangan Risma yang juga sedang berada di bawah kran membilas piring yang dia cuci. Risma lalu menjauhkan tangannya dari kran tersebut.
"Risma..." ucap Taufik.
Risma menoleh ke arah Taufik.
"Ehm.. Sebenarnya... Sekar itu bukan siapa- siapaku. Aku sama dia nggak ada hubungan khusus..." ucap Taufik entah kenapa dia ingin mengatakan hal itu pada Risma.
"Oh... Ehm... Kalau pun kamu ada hubungan apa- apa sama dia nggak papa juga kan...? Kalian sama- sama single..." sahut Risma.
"Iya tapi aku nggak punya perasaan apa- apa sama dia..." jawab Taufik.
Risma menatap wajah Taufik beberapa saat lalu dia kembali ke ruang makan.
"Nak sini duduk..." ucap bu Rum pada Risma yang sedang duduk bersama Sekar.
"Ehm.. Risma mau pamit pulang saja bu, terima kasih untuk sarapannya..." sahut Risma.
"Oh ya sudah..." jawab bu Rum.
"Mari bu, Sekar...mas Aku pulang..." ucap Risma berpamitan.
*****
Risma langsung pulang ke rumahnya. Dia lalu masuk ke dalam kamar, dan berdiri di depan cermin. Risma menatap wajahnya. Iya, di sana banyak flek hitam bekas jerawat. Karena Risma jika wajahnya berjerawat suka gemas ingin memencetnya hingga akhirnya bekas jerawat itu menjadi hitam.
"Muka ku begini banget sih, pantas saja mas Radit nggak tertarik dan nggak cinta sama aku. Muka aku aja nggak menarik. Bekas jerawat di mana- mana...." ucap Risma sambil mengusap- usap pipinya.
"Sepertinya aku harus melanjutkan perawatan di klinik kecantikan deh, biar bekas jerawat ini hilang..." ucap Risma
*****
Siang harinya pukul satu, Risma bersiap untuk kembali ke kota A. Tiga hari berada di kampung halaman rasanya sudah cukup. Risma sudah kangen dengan Rafa dan Sabila. Risma juga khawatir mereka mencarinya. Selain Risma tidak memberitahu mereka kalau dia pulang kampung, selama di kampung Risma juga sengaja mematikan ponselnya. Risma sedang tidak ingin dihubungi karena dia hanya ingin menikmati hari- harinya di kampung tanpa ada yang mengganggunya.
Risma keluar dari rumah sambil membawa tas selempangnya. Kemudian menuju ojek yang sudah menunggu di depan rumahnya.
"Nak Risma, kamu mau ke mana...?" tanya bu Rum yang sedang berada di halaman rumah menjemur kerupuk nasi.
"Eh bu Rum..." Risma menghampiri bu Rum.
"Bu, Risma mau pamit kembali ke kota..." ucap Risma lalu mencium punggung tangan bu Rum.
"Lho kok cepat sekali pulangnya , baru tiga hari kan...?"
"Iya bu, Risma khawatir sama anak- anak kalau kelamaan Risma tinggal..."
"Oh, iya juga ya, kasihan mereka, pasti kangen sama ibunya..."
"Iya bu..."
"Tunggu sebentar ya nak..." bu Rum masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian bu Rum kembali keluar dengan menenteng tas belanjaan.
"Ini buat nak Risma..." bu Rum memberikan kantong tersebut pada Risma.
"Lho ini apa bu...?"
"Tadi ibu bikin peyek kacang dan juga peyek rebon kesukaan kamu..."
"Ya ampun bu Rum, pakai repot- repot bawain peyek segala..."
"Nggak repot kok..."
"Makasih banyak ya bu Rum, kalau gitu Risma pamit...."
"Iya..iya,, hati- hati di jalan ya nak ya..." ucap bu Rum.
"Iya bu... Mari..." Risma lalu naik ke ojek yang akan mengantarnya ke terminal bis.
Bu Rum melihat kepergian Risma sampai tidak terlihat lagi. Tak lama kemudian Taufik pulang menggunakan mobilnya. Dia baru pulang dari kota mengurus pengiriman barang ke supermarket.
"Bu, ngapain di situ ...?" tanya Taufik sambil turun dari mobil melihat sang ibu berdiri di pinggir jalan.
"Itu tadi , ibu abis ngobrol sama Risma..." jawab bu Rum kembali ke halaman membalik kerupuk nasi yang sedang dia jemur.
"Mana Rismanya....?" Taufik menengok ke kiri dan ke kanan.
"Sudah pergi..."
"Pergi ke mana ...?"
"Ya sudah pergi ke terminal, mau balik ke kota..."
"Hah,,,? Jadi Risma sudah balik ke kota...? Kapan bu...?'
"Barusan naik ojek..."
"Bu, Taufik pergi dulu ya..." Taufik kembali masuk ke dalam mobil.
"Eh, kamu mau ke mana lagi....?" tanya bu Rum.
"Ada perlu..." Taufik langsung menjalankan mobilnya.
"Kenapa Risma nggak pamit sama aku kalau dia mau pulang..." ucap Taufik sambil fokus menyetir.
Lima belas menit kmeudian Mobil Taufik sampai di terminal. Taufik memarkirkan mobilnya kemudian dia turun dan mencari bis jurusan kota A, sambil menenteng dua buah paper bag berwarna coklat. Setelah beberapa saat mencari akhirnya Taufik menemukan bis jurusan ke kota A. Taufik menengok ke kiri dan kanan mencari keberadaan Risma.
"Risma..." Taufik tersenyum melihat Risma yang sedang duduk di kursi menunggu bis.
Risma menoleh ke sumber suara.
"Mas Taufik..." Risma mengerutkan keningnya heran mengapa Taufik tiba- tiba menyusulnya ke terminal.
"Syukurlah aku masih bisa ketemu sama kamu..." ucap Taufik.
"Mas Taufik kenapa ada di sini...?" tanya Risma.
"Kamu kenapa sih pergi nggak pamit sama aku...?" Taufik balik bertanya.
"Kamu tadi nggak ada di rumah. Cuma ada ibu aja tadi..."
"Tapi kenapa tadi pagi nggak ngomong kalau kamu mau balik sekarang...?"
"Memangnya harus ngomong sama kamu...?" tanya Risma.
"Yaaa... Nggak juga sih..." Taufik menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Nih, aku mau nitip ini..." Taufik memberikan dua buah paper bag pada Risma.
"Ini apa....?" tanya Risma.
"Buat Rafa dan Sabila. Di situ ada peralatan menggambar untuk Rafa, dan mainan anak perempuan untuk Sabila..." jawab Taufik.
"Mas, ngapain sih kamu repot- repot membelikan ini semua buat Rafa dan Sabila...?'
"Nggak papa biar Rafa tambah semangat lagi menggambarnya... " jawab Taufik.
"Makasih ya mas..."
"Iya sama- sama..." jawab Taufik sambil tersenyum pada Risma.
"Mas, sepertinya aku harus pergi sekarang deh, bisnya sudah mau jalan...." ucap Risma.
"Iya, jaga diri baik- baik ya. Jaga kesehatan juga, makan yang banyak, biar nggak kurus kayak gini, kamu kayak orang sakit tahu nggak, aku nggak suka lihat kamu seperti ini Risma..." ucap Taufik sambil menatap wajah Risma. Risma pun tersenyum.
"Aku pergi dulu ya, makasih untuk semuanya..." ucap Risma. Taufik mengangguk.
"Hati- hati...." Risma mengangguk.
Risma lalu naik ke bis dan mencari tempat duduk di dekat jendela. Risma menoleh ke luar jendela, di sana Taufik masih berdiri menatapnya. Risma tersenyum pada Taufik sambil melambaikan tangan. Taufik tersenyum lalu membalas lambaian tangan Risma. Bis yang ditumpangi Risma bergerak meninggalkan terminal menuju kota A.
****
Pukul setengah lima sore Risma telah tiba di terminal kota A. Risma hendak melanjutkan pulang ke rumah menggunakan taksi on line. Begitu menyalakan ponselnya di sana banyak sekali pesan dan panggilan tak terjawab dari Radit. Risma mengabaikan pesan dan panggilan tak terjawab tersebut. Risma segera memesan taksi on line .
Tak lama taksi pun datang. Risma naik ke taksi untuk pulang ke rumah. Tiga puluh menit kemudian Risma telah sampai di rumah. Risma membuka pintu pagar rumanya lalu masuk. Ternyata pintu rumahnya sedikit terbuka.
"Assalamualaikum ..." ucap Risma
"Waalaikumsalam ..." jawab Akbar yang sedang tiduran di sofa ruang tamu. Sepertinya dia sedang melakukan video call dengan cewek.
"Aku matikan dulu ya nanti sambung lagi..." ucap Akbar pada cewek tersebut.
"Mbak Risma sudah pulang...? Mbak dari mana saja...?Mas Radit, Rafa sama Sabila mencari- cari mbak lho. Rafa sedih mbak, dia sampai nggak mau sekolah ..." tanya Akbar.
"Rafa sama Sabila di mana...?" tanya Risma.
"Rafa di kamar abis mandi,kalau Sabila ikut mas Radit beli makanan..."
"Ya udah, mbak ke kamar Rafa dulu ya..."
"Iya mbak..."
Risma lalu pergi ke kamar Rafa lalu mengetuk pintu.
"Tok..tok..."
"Mas Rafa..."
Pintu kamar terbuka.
"Ibu...ibu dari mana saja...! Kenapa ibu ninggalin Rafa sama adek...! Ibu jahat sama Rafa..! Ibu nggak sayang sama Rafa....!" tiba- tiba Rafa marah pada Risma.
"Mas Rafa sayang... Maafin ibu ya.. Ibu hanya pergi sebentar kok , karena ibu ada perlu sayang..." Risma meraih tangan Rafa namun Raga segera menepisnya.
"Ibu jahat...! Kenapa ibu nggak pamit sama Rafa...! Ibu nggak bisa dihubungi...! Kenapa ibu nggak ngajak Rafa pergi...! Ibu jahat..! Ibu ninggalin Rafa sendiri...!" seru Rafa semakin marah sambil menangis.
"Mas Rafa nggak sendirian, kan ada ade, ada ayah, ada kakek dan nenek juga..." sahut Risma mencoba menenangkan Rafa.
"Rafa nggak mau sama ayah...! Ayah jahat...! Ayah sudah menikah sama tante Eva...! Ayah lebih peduli sama tante Eva...! Ayah bersama tante Eva terus di rumah nenek...! Ayah terus berada dia kamar bersama tante Eva....! Ayah tidak perduli sama Rafa dan juga adek...!"
"Ibu sama ayah sama saja...! Ayah tidak perduli sama Rafa... ! Ibu juga ninggalin Rafa sampai berhari- hari tanpa kabar...! Kalian semua jahat...! Rafa benci sama ayah...! Rafa benci sama ibu...! Keluar...! Keluar ibu dari kamar Rafa...! Rafa tidak mau melihat ibu...!" Rafa mendorong tubuh Risma keluar dari kamarnya, lalu menutup pintunya dengan kasar lalu menguncinya dari dalam.
"Ya Alloh Rafa... Maafkan ibu nak...Hik..hik..." Risma menangis. Tubuhnya merosot ke lantai.
Akbar menghampiri Risma.
"Mbak, semenjak mbak Risma pergi dan nggak bisa dihubungi , Rafa marah, dia sudah tahu semuanya mbak. Dia sudah tahu apa yang terjadi antara mbak Risma, mas Radit dan juga mbak Eva. Malam itu, Rafa mendengar semuanya mbak, Rafa terpukul mbak..." ucap Akbar.
"Rafa marah sama mas Radit, dia nggak mau makan, nggak mau sekolah juga..."
"Ya Alloh Rafa...hik..hik..." Risma menangis.
Bersambung...
daripada mental anak terus terganggu dengan kondisi yg tdk baik untuk mereka.... !!!
dgn bgitu km trlena radit.... yg ujungnya bikin km bkalan nyesel seumur hidupmu.... dan pelan tpi pasti km akn khilangan risma selamanya...
jgn bilang km baru sadar.... saat risma sdh jdi milik org lain.... & istri muda yg km bela... puja... bnggakn... trnyata hadirnya tk mmpu mnggntikan risma yg slm jdi istrimu sdh km abaikan.... km zdolimi...
biar risma cerai dari radit
jadikan keluarga radit hancur dan menyesal
jadikan risma cantik ye thor
aku benci tengok lelaki yg selalu mengenang masa lalu
lelaki nie mesti kerana cinta masa lalu jadi bodoh
bukan belajar menerima isteri yg ade kat depan mata
tak cinta tapi ade 2 anak
kasian juga liat si Risma GK dicintai suaminya makanya di abaikan,GK di perhatiin,bahkan disuruh mengerjakan pekerjaan rumah sendiri,sedangkan si Radit sangkin cintanya Ama si Eva,sampai sampai si Radit sendiri yg mengerjakan,dilayani bak ratu,dari nama panggilan aja Uda sakit banget Thor,si Eva di panggil baby,sedangkan si Risma nama aja.kyk gini Thor harusnya balasan untuk si Radit Ama keluarganya harus berkali lipat ...GK bisa bayangin jadi si risma
kalau mau cerai harus segera.. dan pergi tinggalkan keluarga Toxic macam mereka 👍😡
biar si Eva yg lagi Hamil kena karma nya tuhhhh 😤