Love Is Crazy

Keadaan di Kantin sudah sangat ramai, Alora dan teman-temannya masuk dan mendapati beberapa siswa dan siswi sedang mengobrolkan seorang siswa yang mendadak menjadi perbincangan di sekolah, bahkan kasus Alora yang mencium Sean seakan tertelan karena pesona yang dimiliki siswa tersebut.

Alora merasa lega karena itu, diam-diam ia tersenyum tipis karena sudah tidak ada lagi bisikan ghaib tentang dirinya dari mulut siswi yang terus membicarakannya seperti kemarin.

"Jadi penasaran, sekeren apa sih dia sampai bikin heboh," ujar Jesi diangguki Alora setuju.

"Sama Sean gantengan siapa ya?" ujar Alora dalam hatinya.

Alora langsung menggeleng, ia tidak seharusnya memikirkan cowok itu, bahkan sekarang kabarnya saja tidak Alora ketahui.

"Ck, pengecut," lirih Alora masih dapat didengar oleh Jesi.

"Kenapa?" tanya Jesi mendapat gelengan kepala Alora. "Tuh nyamuk di pipi Karina," alibi Alora.

"Hah, dimana Ra? Masa sih wajah cantik gue dicium nyamuk, harusnya kan-"

"Bos lo," sela Alora dan Jesi secara bersamaan.

Karina mendelik mendengar ucapan keduanya yang begitu kompak, ia mengerucutkan bibirnya karena kesal. "Jangan diingetin lagi, gue udah bisa makan dengan normal ya beberapa minggu ini."

Alora dan Jesi hanya tertawa ringan. "Lagian bego dipelihara, lo nyari yang kek apa sih Na?"

"Yang ganteng lah, seumuran sama gue, enak aja sama om-om," bela Karina hanya mendapat gelengan kepala dari Jesi.

Menurut Jesi harusnya Karina menerima cinta dari bosnya saja. Selain terlihat cukup tampan dan penyayang, beliau juga cukup mapan, emang dasarnya Karina saja yang masih amatir memilih pasangan.

"Ck, makan tuh ganteng," kesal Jesi hanya dibalas lirikan tidak suka Karina.

"Hahaha...kalian lucu-"

"Diem."

"Lonya aja sampai sekarang masih jomblo."

Jesi dan Karina mengatakannya secara serempak, membuat Alora langsung menutup mulutnya rapat-rapat, kalau sudah menyinggung tentang kejombloannya selama ini membuatnya tidak berniat memperpanjang.

"Mana lagi si Aboy? biasanya kan tuh anak udah nongol duluan," komentar Karina tidak melihat adanya siswa lemah gemulai yang sayangnya sebagai teman karibnya.

Tidak lama Elkavira dan Adista datang, Alora sempat merasa sedikit tegang mengingat masalah yang terjadi dengan dirinya ialah karena kedua gadis di depannya ini sekarang.

Elkavira menyeringai menatap Alora. Namun tidak berlangsung lama karena Jesi sudah berhasil mengusir keduanya.

"Apa liat-liat? Mau gue congkel mata lo," ujar Jesi mendapat tatapan tidak suka dari Elkavira dan Adista.

Keduanya menghindar, tidak mau hal seperti kemarin terulang lagi.

"Wah.. Kayaknya kerja keras lo kemarin membuahkan hasil ya Jes," ujar Karina tersenyum polos.

"Tuh lihat, si Vira rambutnya dipendekin dikit," lanjutnya lagi membuat Alora yang penasaran menatap Elkavira yang sudah duduk di meja kantin cukup jauh dengan mejanya.

"Bagus deh, kalau bisa dibotakin sekalian gue malah seneng," balas Jesi mendapat kekehan dari Karina.

Berbeda dengan Alora yang menatap Jesi dengan tatapan berbeda. Hal itu membuat Jesi merasa tidak nyaman rasanya.

"Apa sih Ra?"

"Lo segitunya belain gue Jes," wajah Alora mendadak sudah ingin menangis.

"Kalau lo minta buat gue tendang mereka dari sekolah juga gue lakuin Ra, jangan cengeng."

Alora dan Karina berhambur memeluk Jesi dengan sayang. Selain cantik, Jesi memang paling berani melawan murid seperti Elkavira dan Adista. Mengingat orang tua Jesi juga punya power yang sama.

"Ayang-ayangku... Berita hot buat kalian, terutama buat lo Ara." Haikal tiba-tiba datang dan duduk seraya mengambil minuman milik Karina.

Sontak saja Karina langsung protes tidak terima. "Pesen sendiri anjir," kesalnya.

"Makanya pacaran sama bos lo biar kayaan dikit," balas Haikal cukup frontal namun tidak membuat Karina merasa tersinggung atau marah.

"Gue si mau aja, kalau punya dia gede," jawab Karina berhasil membuat mereka terperangah.

"Jes, lo masih waras kan?" Alora menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Pasti otak lo udah di doktrin sama ayang Jes," selidik Haikal mendapat kekehan dari Jesi.

"Gue emang sesat tapi nggak ngajak kalian anjir, apa lagi si Karina yang takut cowok matang," ujar Jesi diangguki setuju oleh Haikal.

"Bener juga, terus kenapa lo bisa tiba-tiba ngomong gitu?" selidik Haikal hanya mendapat senyum malu dari Karina.

"Udah nggak waras nih anak, kayaknya ketempelan setan di kamar Alora," komentar Haikal sukses membuat Jesi yang akhir-akhir ini jarang sekali tertawa kini sudah meledakan tawanya. Bahkan sampai membuat beberapa murid di kantin menoleh ke meja mereka.

"Setan di kamar Ara mana ada omes gitu," ujar Jesi masih dengan tawanya.

Haikal mengangguk setuju. "Bener juga, terus kenapa dong?"

"Apaan sih jadi bahas gue? Katanya lo punya berita hot? Sehot apa? Sama nggak kaya gayanya Massimo?"

Lagi-lagi ucapan Karina berhasil membuat mereka terkejut, tidak biasanya Karina akan secara gamblang seperti itu ketika membahas hal-hal yang berbau dewasa.

"Fix, nih anak otaknya udah ketuker sama punya ayang Jes."

"Sembarangan." Karina tidak terima, tetapi gadis itu masih saja senyum malu-malu. Sementara Jesi dan Alora sudah tertawa.

"Back to topik, malah jadi bahas aneh-aneh.. Karina bener-bener deh lo bikin gue belok arah," seloroh Haikal.

"Emang lo udah belok dari kecil kan?" tanya Karina polos sontak membuat Alora dan Jesi bertambah tertawa.

Haikal berdecak. Meski begitu ia tidak menampik.

"Kalian tahu ngga anak baru yang lagi jadi obrolan hangat sekarang?" tanya Haikal mendapat gelengan ketiganya.

"Kalian pasti akan terkejut kalau tahu."

"Buruan, siapa?" tanya Karina sudah tidak sabar.

"Dia itu-"

Brakkkk

Suara dari arah meja Elkavira dan Adista menyita perhatian seisi kantin. Termasuk Alora dan ketiga temannya.

"Jalan pakai mata," sinis Adista.

"Jalan itu pakai kaki bukan mata, aneh lo." Cantika membalas tanpa takut ucapan Adista.

"Lo," tunjuk Adista. "Berani banget sama gue? Mau nasib lo sama kaya-"

"Siapa? siapa korban kelicikan kalian?" tanya Cantika tidak takut.

Adista melirik ke arah meja Alora. Membuat Cantika terkekeh pelan tahu akan sesuatu.

"Kaya dia maksud lo? Sorry gue nggak sebodoh dia," ujar Cantika tersenyum sinis ke arah Alora.

Entah kenapa Alora merasa tatapan Cantika sedikit berbeda dari biasanya. Gadis itu seperti memendam sesuatu dengannya. Tetapi seingat Alora ia tidak pernah berurusan dengan gadis itu, bahkan ketika Cantik dan Jesi berantem pun Alora memilih untuk menjauh dan tidak berurusan.

"Ck, punya nyali juga ya lo." Adista memandangi penampilan Cantika dari atas sampai bawah.

"Lo salah pilih lawan kalau gitu."

Entah apa yang membuat Cantik tiba-tina bersitegang dengan Elkavira dan juga Adista. Namun yang jelas kini mereka menjadi tontonan gratis seisi kantin. Termasuk Alora dan teman-temannya yang melihat pertunjukan gratis mereka.

Tangan Adista sudah berada di rambut Cantika, begitu juga dengan Cantika yang melawan, terbukti dari Cantika yang tiba-tiba mengambil minuman dan langsung menumpahkan ke rambut Adista.

Tindakan Cantika jelas membuat Adista geram. Ia semakin brutal menyerang Cantika, sementara Elkavira masih diam belum bereaksi apa-apa. Ia baru saja mendapat hukuman kemarin karena tindakan Jesi.

"Ck, gaya gue ditiruin," komentar Jesi melihat cara menyerang Cantika.

Tidak lama beberapa siswa datang, siswa yang dibilang populer di Sekolah. Kedatangan mereka jelas menyita murid-murid di sana. Mengabaikan Adista dan Cantika yang masih saling menyerang. Namun ada yang berbeda dengan kedatangan Zico CS saat ini, mereka tidak hanya berempat tetapi menambah personil yang seakan membuat seisi kantin senyap seketika. Tidak ada suara gaduh seperti tadi, dimana Adista dan Cantika menjadi tontonan, semua mata kini tertuju ke arah cowok yang berjalan paling belakang di antara mereka.

"OMG, dia yang gue maksud," gumam Haikal.

Sementara Alora menyipitkan matanya melihat cowok tersebut. Ia merasa dejavu tetapi dengan situasi dan perasaan yang berbeda.

"Sean?" lirih Alora mampu membuat teman-teman Alora mengalihkan tatapan mata ke arahnya.

"What?" kaget Jesi.