Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Menyadari Keretakan
"Kalian sahabat sejati, pasti kalian peka dgn kehancuran yang mengintai persahabatan kalian. Melangkahlah lebih cepat dibanding kehancuran itu, agar persahabatan kalian bisa terselamatkan.
Pagi yang cerah, Lily menaiki bus kembali. Melihat perjalanan seperti biasanya, ia duduk di dekat jendela sambil mendengarkan musik. Hingga Lily sampai di kampus dan menuju ke ruangannya.
Mendapati kedua sahabatnya yang lagi ngobrol yang tidak berujung ke tempat duduknya, seperti orang yang mau ikut persiapan demo. Lily tidak memotong obrolan mereka karena ia tidak mengetahui apa yang mereka obrolkan. Lily duduk di kursi melanjutkan mendengarkan musik lewat earphone nya karena tidak ingin mendengar celoteh celoteh sahabatnya sambil membaca buku.
Lily merasa dari tadi ia duduk, dosennya belum datang.
"Jangan bilang dosennya nggak masuk lagi," gumamnya Lily menggerutu sambil melanjutkan bacanya.
Seperti biasa, ketua tingkatnya mengumumkan di depan teman temannya kalau dosennya pada jam ini di pindahkan jam 15.00 WIB.
Seisi ruangan terkejut dan menggerutu di pindahkan di jam sore. Wina dan Hesti mengentikan obrolan mereka.
"Dosen itu semaunya aja, main pindah pindahan jam mata kuliah," Teriaknya Wina yang tidak terima kalau di pindahkan di jam sore.
"Santai Win, emang kamu nggak bisa kalau sore?" Tanyanya Hesti yang masih tetep berdiri di depan Wina.
Lily yang tidak konsentrasi membaca bukunya, ia pun menutup dan melepas earphone nya di telinganya.
"Emang apa sih kerjaan kamu kalau sore? Setauku nggak ada deh," ingatnya Hesti sambil menatap Wina dgn bingung.
"Hmm... paling dia juga kebo atau nonton drakor," potongnya Lily sambil terkekeh kecil.
"Hahaha... Betul tuh, Li," tawanya Hesti yang membenarkan ucapan Lily.
"Kok tau sih Li?" Tanyanya Wina yang bingung "Kamu mata-matai aku, ya? Atau kamu pasang CCTV di kamar aku, ya?" sambungnya kembali.
"Ihh... Emng aku nggak ada kerjaan mata matai kamu? Kerjaan aku banyak, nggak kayak kamu tuh tidur dan nonton drakor. Ledeknya Lily sedikit terkekeh.
"Siapa tau kamu kan usil" ucapnya Wina dgn cemberut.
"Bodo amat," Ledeknya Lily dgn tertawa melihat ekspresi lucu Wina.
"Sudah...sudah, nanti dia menangis," lanjut meledek Hesti sambil tertawa memegang perutnya.
"Hmm... Kalian mau pulang nggak?" tanyanya Lily menatap Wina dan Hesti secara bergantian.
"Aku sih mau pulang, soalnya lagi malas ke kampus kalau nggak ada kuliah," ucapnya Hesti.
"Aku juga mau pulang, mau tidur dulu dan lanjutin nonton aku," ucapnya Wina yang tidak mau ketinggalan nonton drakornya.
"Kamu sendiri mau pulang nggak?" tanya kembali Hesti pada Lily.
"Kayaknya tidak deh, aku mau ke perpustakaan cari materi," tutur Lily sambil merapikan bukunya di atas meja dan memasukannya di dalam tas.
"Perginya sekarang?" Tanyanya Wina bingung
"Iya takut nanti keburu tutup, aku pergi duluan, ya," pamitnya Lily sambil menenteng tasnya.
"Oke," jawabnya Wina yang tidak sempat didengar oleh Lily.
"Kita pulang yuk sekarang!" Ajaknya Wina langsung menenteng tasnya yang hanya berisi 1 buku tulis dan yang lainnya di penuhi scincare.
"Ayo!"
Saat perjalanan menuju parkiran, Wina melihat Randy latihan basket sama teman temannya di lapangan. Mata Wina dan Hesti langsung tertuju pada Randy yang memakai kaos tipis yang transparan membuat perut roti tawarnya terpampang dgn jelas.
"Astaghfirullah... Sadar Hesti, dia itu udh ada yang punya," batinya Hesti sambil menepuk nepuk pipinya sendiri.
"Hes... hes," panggilnya Wina tanpa melihat Hesti. Karena Hesti tidak ada respon Wina memanggilnya kembali.
"HES...," teriaknya Wina yang membuat Hesti terkejut.
"Astaghfirullah... Hey Markonah! Aku nggak budek, ya," ucapnya Hesti yang kaget,"
"Kamu sih, di panggil nggak dengar. Telinga kamu dimana? Ketinggalan di kelas? Tanyanya Wina sambil tertawa melihat Hesti yang terkejut dgn ekspresi lucu.
"Ketinggalan? Emang bisa?" Herannya Hesti mendengar celoteh Wina, "Emang kenapa sih teriak teriak?" tanyanya Hesti kembali.
"Nanti aja ya pulangnya," tawarnya Wina yang memasang muka memohon.
"Emang ada apa?" Tanyanya Hesti yang heran melihat tingkah Wina.
"Kita nonton latihan basket dulu, yuk di sana! Ajaknya Wina sambil menunjuk tempat latihan basket Randy.
"Kan kita mau pulang? Apalagi kamu mau lanjutin nonton," ucapnya Hesti yang sebenarnya dia juga ingin melihat Randy latihan basket.
"Nanti saja, kita nonton dulu baru pulang," hasutnya Wina sambil melirik ke arah Hesti yang mukanya mulai memerah.
"Apaan sih, Win," elaknya Hesti yang menutupi pipinya yang merah agar tidak terlihat jelas.
"Ayo! Jangan malu-malu, sebenarnya kamu mau kan kesana?" tanyanya Wina sambil memegang tangan Hesti dan menuju lapangan.
"Eee... Tunggu dulu," ucapnya Hesti sambil memukul mukul tangan Wina.
Wina menghiraukan teriakan Hesti, ia tetap menuju tempat duduk penonton dan duduk di kursi bagian tengah.
Mereka pun hanya fokus pada Randy, sesekali Wina teriak meyoraki nama Randy, Hesti hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Wina yang bar bar.
"Hmm...pengen banget cubit tuh perut," hayalnya Wina sambil memegang pipinya dgn manis.
"Istighfar, Win," ucapnya mengingatkan Wina.
Wina tidak menghiraukan perkataan Hesti dan melanjutkan teriaknya untuk Randy.
"Kok aku cemburu ya melihat tingkah Wina meneriaki nama Randy? Wina kan nggak suka sama Randy," batinya Hesti yang tetep memperhatikan Randy latihan.
Tidak terasa, mereka memandangi Randy, latihan Randy dan teman temannya usai. Randy menuju ke ruang ganti sedangkan Wina dan Hesti memutuskan untuk langsung pulang dan menuju ke parkiran untuk mengambil mobilnya.
*** Perpustakaan***
Lily yang sudah keringatan mencari buku yang sesuai dengan materi yang diberikan oleh dosen. Tapi, dia tidak menemukan satu buku pun yang berhubungan dgn materinya. Lily pun duduk di satu kursi yang dekat jendela mencari udara segar. Walaupun AC tetep Lily merasa kepanasan dan gerah mencari buku yang sesuai dgn materinya.
"Niat banget dosen ngerjain aku," gumamnya Lily sambil menggerutu sendirian. Ia sudah capek mencari buku yang jelas jelas tdk ada di perpustakaan.
"Kalau ngutuk, dosen dosa nggak sih?" gumamanya Lily pengen ngutuk dosennya.
"Lily melihat jam tangannya, ternyata sudah masuk waktu salat. Ia pun memutuskan untuk salat dan meninggalkan perpustakaan dgn tangan kosong.
Lily pun salat duhur di mushola kampus. setelah beberapa menit, ia selesai salat dan mengecek kembali jam tangannya. Masih lama untuk memulai perkuliahan yang di pindahkan tadi. Jadi, dia memutuskan untuk ke kantin untuk mengisi perutnya yang kosong.
Ia pun langsung menuju ke kantinnya, saat itu lagi sepi. Jadi, dia langsung memesan bakso dan jus jeruk. Sambil menunggu pesanannya, Lily mengambil ponselnya dan membuka sosial medianya. Ketika Lily membuka Instagramnya, mata Lily langsung tertuju pada Randy di notifikasi yang meminta permintaan.
"Dasar," umpatnya dalam hati dan langsung mematikan ponselnya.
Tidak terasa, pesanannya telah datang. Jadi dia memakan baksonya dan sesekali meminum jus jeruknya.
"Randy itu sih maunya? Mau hancurin persahabatan kami? Anehnya juga Wina kagum sama dia," gumamnya Lily yang dgn kesal sambil memakan baksonya.
"Awas aja dia rusakin persahabatan kami. walaupun dia senior, aku pasti nggak bakal tinggal diam," Gumamnya Lily dengan tatapan yang tajam.
Tidak terasa bakso dan jus jeruknya sudah habis tinggal sisa sisa yang melengket di mangkok dan gelasnya. Lily belom beranjak dari pergi dari kantin karena saat itu lagi sepi. tidak ada yang mengganggunya dan dia menunggu jam mata kuliahnya Lily duduk sambil memikirkan tentang persahabatannya yang mulai kacau gara gara kedatangan Randy su kehidupan sahabatnya.