Pernikahan yang awal bahagia harus goyah saat sang mantan istri dari suami Delia Ismawati kembali dari Hongkong. Mampukah Delia mempertahankan rumah tangganya dengan Husni sang suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khaula Azur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KETIKA MANTAN ISTRI KEMBALI
Bab 25
"Baiklah.. aku akan segera kesana."ucap Husni panik.
Husni menggenggam erat handphone milik istrinya. Dia tak menyangka hal se genting ini Delia tidak mengatakan padanya.
Delia keluar dari kamar Mia, setelah ia melaksanakan kewajibannya bersama anak sambungnya. Tangannya masih berpegangan dengan knop pintu kamar Mia, ia heran melihat suaminya berdiri mematung di dekat meja. Jarak kamar Mia memang dekat dengan ruang makan dan ruang dapur.
"Mas, kamu ngapain berdiri di situ?." Tanya Delia menatap kearahnya.
Husni mendekat kearah Delia dan mencengkram tangannya.
"Ayo ikut denganku?." Husni menyeret tangan Delia.
"Mas, ada apa? Sakit!." Delia mengadu tangannya sakit dengan cengkraman tangan suaminya.
Husni membawa Delia masuk kamarnya dan langsung menghempaskan tangannya. Hingga membuat Delia nyaris jatuh jika tak menyeimbangkan tubuhnya, ia menatap wajah datar suaminya. Husni melempar handphone milik istrinya di ranjang.
"Kenapa Delia? Kenapa kamu tidak memberitahu aku kalau Dita itu sedang sakit?." Husni tanyanya dengan nada ketus.
"Mas, aku bisa jelasin!." Delia.
"Jelasin apa, Del? Disana anak aku sedang membutuhkan aku, selain Mia kamu lupa kalau Dita juga anakku.. hahh?." Husni bentaknya.
"Mas, aku tahu.. tapi biarkan aku jelaskan sama kamu! Dita gak sakit mas.. itu cuma akal-akalan mba Rindu aja supaya dia bisa dekat lagi sama kamu, dia nyuruh Dita pura-pura sakit supaya kamu datang kesana. Dia mau menggoda kamu mas." Delia memberitahu suaminya.
Husni diam mencerna ucapan istrinya, ia menggelengkan kepalanya tak percaya.
"Aku gak percaya sama kamu, Del! Aku gak nyangka, kamu punya pikiran picik seperti itu sama Rindu. Aku tahu.. Rindu memang egois, tapi dia tidak mungkin memanfaatkan anaknya, apalagi menyuruhnya berbohong pura-pura sakit." Husni.
"Percayalah sama aku, Mas! aku denger sendiri waktu dia selesai menelpon aku, tapi dia lupa mematikan handphone nya. Mba Rindu nyuruh Dita pura-pura sakit." Delia ucapnya mengatakan sejujurnya.
"Del, Del.. apa begini cara kamu untuk misahin aku sama Dita? kamu bilang kamu Nerima anak aku, tapi kenapa Del, kamu mesti menuduh anak aku pura-pura sakit? Apa karena sekarang kamu sudah hamil anak sendiri, lantas kamu mau misahin aku sama Dita?." Husni tuduhnya.
Dada Delia sesak, hatinya tiba-tiba seperti ada yang meremas-remas, sakit sekali.
"Apa sebegitu buruk aku di mata kamu, Mas? Aku sudah berkata jujur tapi begini yang aku dapat?." Delia dengan Isak tangisnya terdengar.
Husni diam saja masih kesal dengan istrinya.
"Kamu mau kemana, Mas?." Delia saat ia melihat suaminya hendak membuka pintu kamarnya. Husni berhenti dan menoleh kearah Delia.
"Aku mau menemui Dita, apa masalah buat kamu?." Husni tanyanya.
"Mas, aku mohon.. tetaplah disini, kita bisa jenguk dia sama-sama besok." Delia pintanya, Delia menahan lengan tangan Husni, ia pun tidak tahu mengapa dirinya, menginginkan suaminya tetap dirumah atau mungkin itu kemauan sang bayi yang masih di perutnya. Entahlah.
"Dengan atau tidak persetujuan kamu, aku akan tetap menemui anakku." Husni masa bodo.
"Silahkan mas, kalau kamu mau tetap akan pergi. Tapi begitu kamu kembali, kamu tidak akan melihat aku lagi di rumah ini!." Ancam Delia, biarlah ia di cap sebagai wanita egois.
"Jangan membuat aku memilih antara kalian, Del. Karena aku tidak akan menjawabnya. Kalian berdua sama pentingnya seperti Mia, dan iya' aku pastikan kamu tidak akan pergi kemana-mana." Husni dengan tegas. Pria berusia tiga puluh tahun itu keluar dari kamarnya, meninggalkan sang istri sendiri. Delia berjalan kearah ranjang dengan tubuh lemas dan hati yang sakit. Delia terduduk di tepi ranjang menangis sesenggukan menumpahkan segala kesakitan hatinya.
"Kamu gak percaya sama aku mas! Bahkan kamu lebih memilih pergi kesana dan tidak mendengarkan aku." Delia dengan telapak tangan menepuk-nepuk dadanya sesak sampai ke ulu hati, wajahnya sudah bercucuran air mata membasahi pipi mulusnya, matanya sudah memerah terlalu banyak air mata yang mengalir.
"Lalu untuk apa aku masih di sini, bahkan anak yang aku kandung saja kamu tidak bisa menerimanya." Delia dengan tangannya memegang perutnya yang masih rata.
Delia melangkah menuju lemari, ia berjinjit menarik ransel ukuran sedang berwarna pink, warna favoritnya. Di atas lemarinya. Delia menaruh ransel itu di ranjangnya, buru-buru Delia membuka pintu lemari, memasukkan pakaiannya ke dalam ransel. Sesekali Isak tangisnya masih terdengar. Delia menutup resleting ransel miliknya. Delia kembali duduk di tepi ranjang dekat nakas, ia mengambil foto yang terpajang di nakasnya, sebuah foto ia bersama Mia, foto Mia memeluk lehernya dari belakang, sementara Delia menengok ke belakang kearah Mia, sehingga terlihat seperti Mia di gendong di punggung Mama sambungnya. Mereka sama-sama tersenyum di foto itu. Sungguh Delia berat harus meninggalkan anak sambungnya. Namun apa daya ia sudah lelah dengan sikap Husni. Delia menghela nafasnya beratnya.
"Maafin Mama ya, sayang! Mama harus ninggalin kamu." Delia ucapnya lirih.
Delia meletakan kembali foto itu di nakas, ia bangun dan berdiri lalu menyeret ranselnya melangkah meninggalkan kamar.
Sementara itu di tempat yang berbeda, dimana saat ini Husni tengah menyetir mobil miliknya yang berwarna putih, ia telah membuka kembali no handphone Rindu yang sempat ia blokir. Husni menghubungi mantan istrinya untuk mengetahui keadaan Dita, anak sulung mereka.
"Kamu dimana Rin? Bagaimana keadaan Dita sekarang?." Tanya Husni pada Rindu di sebrang sana, saat handphone nya sudah terhubung dengan Rindu.
"Aku sudah membawa Dita ke rumah sakit, baru saja dokter memeriksanya, untunglah, mas! Dita baik-baik saja dan kata dokter tidak perlu di rawat." Tutur Rindu.
Husni menghela nafas lega, anaknya baik-baik saja.
"Mas, kamu bisa jemput kami, kan? Mobil aku tadi mogok saat tadi berangkat ke rumah sakit." Tanya Rindu pintanya.
"Sekarang kalian dimana? biar aku langsung kesana." Husni.
"Kami masih dirumah sakit Pelita Bunda!." Jawab Rindu.
"Baiklah aku akan segera sampai." Husni.
Husni mempercepat laju mobilnya. Ia ingin menyusul mereka ke tempat yang baru saja Rindu sebutkan.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu dari luar rumah cukup mengganggu kedua paruh baya laki-laki dan wanita, mereka adalah suami-istri yang sedang duduk berbincang-bincang di ruang tamu.
"Siapa sih, malam-malam masih mau bertamu?." Tanya wanita paruh baya yang mengenakan daster panjang dengan hijab di kepalanya.
"Sudah sana Bu, bukain pintu siapa tau penting?." Laki-laki paruh baya.
Wanita paruh baya itu berjalan mendekati pintu rumahnya.
"Mau cari siapa?." wanita paruh baya itu saat sebelum melihat tamunya