Menjadi sasaran cinta seorang gangster?
Gaby harus melewati cobaan yang lebih besar lagi ketika seorang gangster tertarik kepadanya. Namun dibalik ketertarikan Jax, si gangster kejam dan berpengalaman itu ternyata memiliki alasan lain, yaitu menuntaskan pekerjaannya dengan membawa Gaby ke pemimpin mafia bernama Salvatore Conti atas pengkhianatan yang ayah Gaby lakukan.
Jax yang diperintahkan untuk membunuh Gaby dengan diberi hadiah setimpal. Pria itu justru terjebak dalam cintanya sendiri sehingga membuat nya harus lari sejauh mungkin bersama Gaby untuk menghindari kejaran Salvatore dan anak buahnya. Dan melindungi wanita itu dari maut meski harus mempertaruhkan nyawanya sendiri.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDK — BAB 19
KEBENARAN DAN KEBINGUNGANNYA
Salvatore Conti seorang mafia sekaligus bos dari Nightmares yang memang dia kelola sejak membangun bisnisnya sendiri hingga dia menyingkirkan Martinez sekaligus Bloodydevil yang Martinez kelola turun temurun. Tentu, di usia Martinez yang sudah tidak muda lagi, pria itu kecolongan ketika Salvatore membantai habis keluarganya hingga menghancurkan kelompok Bloodydevil.
...***...
“Kau mau kemana Tuan?!” tanya pria tua itu yang masih menyetir sembari menikmati musik di radio mobilnya.
Jax yang duduk di belakang bersama Gaby pun hanya saling memandang sekilas.
“Mencari penginapan.” Jawab Jax hingga pria tua itu tersenyum jahil saat menoleh ke belakang menatap ke kedua orang yang duduk di kursi belakang mobilnya saat ini.
“Kalian pasangan yang kawin lari? Atau... Kekasih pada pandangan pertama?!” tebak pria tua itu dengan candaan kecil sehingga Gaby dan Jax merasa gugup sendiri.
“Antar saja kami ke penginapan yang kau tahu. Aku akan membayar mu.” Pinta Jax hingga menahan emosinya saat harus menghadapi orang tua.
Gaby tersenyum tipis saat mengingat tebakan pria tua tadi. Dia cukup senang mendengarnya. -‘Oh Gaby! Jangan katakan kau punya perasaan dengannya.’ batin wanita itu mencuri-curi pandang saat Jax sibuk melihat ke luar jendela dengan kerutan di kedua alisnya.
“Kalian harus berhati-hati saat di sini. Meksiko bukan tempat yang terlalu aman! Aku serius!” ujar pria tua tadi agar mengisi keheningan di antara mereka bertiga.
“Why?” tanya Gaby penasaran.
“Ya... Kriminal ada di mana-mana. Mafia, bandit, preman semuanya menjadi satu. Jika bertemu dengan mereka, lebih baik hindarilah. Itu bila kau ingin hidup! Khususnya kau Nona!” pria tua itu menunjuk ke arah Gaby tanpa berbalik.
“Aku?”
Jax berkerut alis saat dia ikut mendengarkan nya. Sementara pria tua itu mengangguk. “Ya! Jika kekasihmu itu, aku sudah menebak dia pria yang cukup tangguh dengan tubuh kekarnya!”
“Hm, kau benar! Dia baru saja menyelamatkan ku dari para preman!” ujar Gaby tersenyum senang saat dia menceritakan bagaimana Jax menolongnya.
Sedangkan pria itu hanya diam menatapnya hingga tersenyum tipis.
Selang beberapa menit berlalu. Jax dan Gaby baru saja masuk ke sebuah apartemen minimalis di sana, dengan dinding berwarna putih dan krem yang tidak terlalu mewah karena memang tempat di sana cukup sederhana semua.
“Kita tidak punya banyak waktu untuk istirahat jadi mandilah aku akan mencari pakaian baru untuk kita.” Pinta Jax.
Saat pria itu hendak berbalik pergi, Gaby menahan tangan Jax sehingga pria itu menoleh menatapnya.
“Kembalilah. Aku akan menunggumu.” Ucap Gaby dengan tatapan serius dan dalam hingga wanita itu perlahan melepaskan tangannya dari Jax.
Jax menatapnya, hingga benar-benar saling berhadapan dengan Gaby dan menelusupkan kedua tangannya ke sela rambut wanita itu saat ia menyentuh pipinya. Tanpa ragu, Jax mencium bibir Gaby dengan menempelkan nya saja, namun cukup lama, ia mulai bergerak melumatnya saat tidak ada penolakan dari Gaby sendiri.
Cukup lama mereka saling berciuman hingga Jax melepaskan ciuman tersebut. “Tetaplah di sini, aku akan kembali.” Ucap pria itu lalu melangkah pergi.
Kepergian Jax membuat Gaby tersenyum malu saat dia menggigit bibir bawahnya dan menyentuh nya.
.
.
.
Jax yang mengusap kepalanya dengan satu tangan sembari melangkah maju dan mencari beberapa orang yang bisa dia pepet untuk meminjam ponselnya justru Hattie bersandar di dinding dekat tangga sembari membawa pakaian.
“Kau membutuhkan ini? Aku rasa kau membutuhkan nya, termasuk dengan wanita cantik itu!” ujar Hattie membuat Jax berkerut alis saat menatapnya tajam.
Sementara wanita dengan rambut tergelung rendah itu masih mempertahankan senyumannya setiap kali dia bicara dengan Jax.
Hattie menyerahkan pakaian tersebut secara paksa lalu mengeluarkan ponselnya dan sengaja menunjukkannya kepada Jax. “Kau juga mencari ini!” ucapnya yang seolah tahu apa yang pria itu inginkan.
Brugh! Tanpa pikir panjang, Jax dengan tatapan marahnya langsung mendorong kasar Hattie hingga lengan kanannya menahan leher wanita itu saat mereka saling berhadapan dan Hattie terpojok ke dinding.
“Who are you?” tegas Jax.
Hattie tersenyum miring meski dia menahan rasa sesaknya saat tangan Jax masih menekan lehernya. “Jax Martinez. Saatnya Anda pulang Mr. Jax!” balas Hattie malah membuat Jax berkerut alis.
...***...
Mateo dijambak kasar sat wajahnya penuh luka dan darah. Sebagian dari mereka telah kabur dan sebagian lagi tumbang karena serangan brutal anak buah Salvatore yang merupakan kelompok Nightmares.
“Telfon Jax, atau kami akan membawamu dan menyiksamu.” Ancam salah satu anak buah Salvatore yang saat ini menatap tajam dan menjambak sangat kuat sampai Mateo yang terlihat teler tak sanggup menyeringai bahkan dia rasanya ingin menutup mata.
“Kami tidak ada komunikasi lagi.” Balas Mateo dengan suara seraknya.
“Jangan bohong, pria itu pasti menghubungimu.” Pria dengan kaos hitam dan jas hitam itu mulai mengambil pisau dan siapa menyiksa Mateo saat itu juga.
“Kapan dia akan menelepon mu lagi?”
Tak ada jawaban dari Mateo sampai dering ponsel di saku celananya mulai berbunyi. Dengan segera pria itu meraih ponsel Mateo dan melihat nomor tak dikenal di layar ponsel tersebut. Brugh! Pria itu memukul wajah Mateo hingga pingsan, lalu berdiri dan menerima panggilan tersebut.
[“Jika kau ingin semuanya cepat selesai. Maka temui tuan Salvatore bersama wanita itu. Dia menunggumu di Kota Meksiko. Jika tidak, kau akan melihat kehancuran mu sendiri.”] Ucap anak buah Salvatore yang sangat yakin bahwa itu adalah Jax.
Tak ada jawaban dari siapapun membuat pria itu berkerut alis marah dan mendekatkan bibirnya ke ponsel tersebut. [“We'll kill you, fuck you! (Kami akan membunuhmu)!”]
Jax yang hanya mendengarkan saja, kini pria itu menatap tajam ke Hattie yang masih ada di sana.
“Jika ucapanmu benar. Maka aku akan kembali.” Ucap Jax memberikan ponsel tadi kepada Hattie.
Kini keduanya saling menatap dengan serius.
“Bagaimana dengan Gabriella? Anda tidak mungkin membawanya ikut serta.” Ujar Hattie mengingatkan kembali.
Jax sekilas memejamkan matanya saat dia menahan perasaan yang sangat berat ketika markasnya diserang dan banyak temannya yang terbunuh termasuk Mateo, lalu Salvatore yang menginginkan Gaby.
Hattie mendekat ke Jax, dan menatap dengan serius. “Jika Salvatore menginginkannya, maka biarkan saja. Tuan Jax, mau tidak mau kau harus merelakannya, itu akan mengecoh Salvatore.” Jelas Hattie.
Wanita melangkah mundur, “Aku akan pergi, kami akan menunggu Anda.” Pamitnya setelah membungkuk kecil memberi bentuk hormat kepada Jax.
Pria itu menatap kepergian Hattie yang menuruni anak tangga.
.
.
.
Selang beberapa detik Jax hanay bersandar di samping pintu luar kamarnya, kini dia memutuskan masuk dan mendengar percikan shower yang baru saja mati.
Jax mendekat ke arah pintu kamar mandi dan mengetuknya dua kali. “Jax?” panggil Gaby untuk memastikan saja.
“Ya.” Jawab lirih Jax hingga akhirnya Gaby membuka sedikit pintunya dan mengintip. Sementara ia masih bertelanjang bulat setelah selesai mandi.
Pria itu menatapnya lekat tanpa senyuman.
“Kau menemukan pakaian baru?!” tanya wanita itu tersenyum ke arahnya sehingga Jax yang tadinya pusing memikirkan apa yang harus dia lakukan, ia mulai tersenyum dan melupakannya sejenak.
“Ya!” jawabnya sembari memberikan pakaian dari Hattie kepada Gaby.
Usai berganti pakaian, kini Gaby keluar dengan rambut basah, dress putih selutut dengan lengan pendek yang menunjukkan leher hingga tukang selangka nya yang indah.
Tentu saja Jax menatapnya kagum. Sedangkan Gaby masih tersenyum tak nyaman dengan pakaian itu.
“Apa terlihat buruk?!” tanya wanita itu.
“Tidak seburuk pemikiran mu. Itu lebih cocok untukmu.” Balas Jax dengan suara lembutnya yang sedikit berat dan serak.
Pria itu mendekatinya dan berdiri di belakang Gaby saat dia menyibak rambut basahnya dan mengelap punggung atas serta leher belakang Gaby dengan handuk putih, lalu membantunya menggelung rambut panjangnya dengan handuk tersebut.
Namun tatapan mata Jax malah tertuju ke leher Gaby yang malah terlihat jelas. Tentu saja wanita itu mulai memejamkan matanya.
selisih 4 menit hehehehe
ayooo jax gunakan insting mu utk menemukan gaby 🥰😘🫢🤭
mau gak? 😀😁🤣😂😍😍🫢🤭
gaby di sandera salvatore 🤭🫢
ayooo author ksh tahu jax...
dimn gaby berada 😍😂🫢🫢
jax taukah kamu bahwa gaby ada di tempat salvatore...
bukan pergi ke asia 🤭🤭
gaby pergi sendiri ke asia..
atau akan ttp bersama si jax..
krn gaby adh mengakui perasa,an nya pd jax...
hehehehehe smkin seru & terkuak keluarga mereka 😀😁🤣🫢🤭
atau mlh akan membawa gaby kmnpun jax pergi..
krn mereka sama2 sdh saling tertarik & jatuh hati 🥰😘😍🫢😐
ternyata salvatore musuh bebuyutan martinez..
jd intinya gang mafia nightmgres tlah menghancurkan gang mafia Bloodydevil pny ayah jax..
bgtukah author 🙂😁🫢🤭