Ini cerita sederhana seorang pemuda di pedesaan. Tentang masalah pertumbuhan dan ketertarikan terlarang. Punya kakak ipar yang cantik dan seksi, itulah yang di alami Rangga. Cowok berusia 17 tahun itu sedang berada di masa puber dan tak bisa menahan diri untuk tak jatuh cinta pada sang kakak ipar. Terlebih mereka tinggal serumah.
Semuanya kacau saat ibunya Rangga meninggal. Karena semenjak itu, dia semakin sering berduaan di rumah dengan Dita. Tak jarang Rangga menyaksikan Dita berpakaian minim dan membuat jiwa kejantanannya goyah. Rangga berusaha menahan diri, sampai suatu hari Dita menghampirinya.
"Aku tahu kau tertarik padaku, Dek. Aku bisa melihatnya dari tatapanmu?" ucapnya sembari tersenyum manis. Membuat jantung Rangga berdentum keras.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 - Pak Warsito
Bel pertanda pulang berbunyi. Semua murid lantas berdahuluan keluar dari kelas. Termasuk Rangga. Namun dia melihat ke arah Astrid terlebih dahulu. Gadis itu sudah tak ada di tempat duduknya. Rangga menduga Astrid kemungkinan sudah pulang duluan.
Rangga beranjak ke parkiran. Dia melihat Astrid sudah menunggu di motornya.
"Udah di sini aja kau," tukas Rangga.
"Aku nebeng kamu ya," kata Astrid.
"Oke." Rangga segera naik ke motornya. Di ikuti oleh Astrid setelahnya.
Tanpa basa-basi, Astrid memeluk Rangga dari belakang. Lagi-lagi Rangga bisa merasakan payu dara yang nemplok ke punggungnya. Namun bedanya, ukurannya lebih kecil dibanding milik kakak iparnya tadi pagi.
Rangga tak menyangka dirinya akan dapat keberuntungan seperti ini. Tadi pagi dengan Dita, sekarang dia merasakannya lagi dengan Astrid.
"Kamu sama teman-temanmu lucu ya," imbuh Astrid.
"Begitulah kami," sahut Rangga.
"Jadi apa benar insiden kau berak celana itu terjadi?"
"Bisakah kita tak membicarakannya? Lagian itu sudah lama sekali. Pas aku SMP loh."
Astrid tergelak sambil mengeratkan pelukan. Ia meletakkan kepala ke pundak Rangga. "Kalau ada apa-apa, aku akan selalu siap, Ga. Pokoknya jangan sampai terjadi sesuatu di antara kau dan Kak Dita..." ujarnya.
"Kalau sesuatu terjadi?" tanggap Rangga.
"Larilah padaku," kata Astrid.
"Kok kau segitunya banget ke aku? Kau nggak takut?"
"Enggak! Aku lebih takut kau terjebak hubungan dengan kakak iparmu sendiri. Jadi lebih baik denganku bukan?"
Rangga hanya mengangguk. Tak lama dia tiba di rumah Astrid. Rangga segera menghentikan motornya.
"Mau mampir dulu?" tawar Astrid.
"Lain kali aja," tanggap Rangga.
"Sampai ketemu lagi." Astrid tiba-tiba mendaratkan ciuman ke pipi Rangga.
Mata Rangga langsung membulat sempurna. Dia juga sigap mengedarkan pandangan ke sekitar. Bisa gawat kalau ada orang kampung yang lihat.
"Udah, nggak usah panik. Nggak ada yang lihat kok," ucap Astrid sembari beranjak masuk ke rumah.
Saat itulah atensi Rangga tertuju pada Pak Warsito. Lelaki itu menatapnya dengan tajam. Keningnya mengernyit sehingga aura sangarnya begitu terasa. Apalagi kumis Pak Warsito yang tebal membuatnya terkesan seperti orang galak.
Melihat itu, Rangga ketakutan. Buru-buru dia pergi dengan motornya. Ia hanya berharap Pak Warsito tidak melihat apa yang dilakukan Astrid padanya tadi. Rangga sangat tahu bagaimana Pak Warsito dari cerita orang-orang. Lelaki paruh baya itu sangat galak.
"Kayaknya aku nggak bakalan deh menikah sama Astrid. Nggak sanggup punya kerabat besan macam Pak Warsito," gumam Rangga. Beberapa saat kemudian dia sampai di rumah. Rangga langsung melepas sepatu dan masuk.
Bau makanan menyeruak. Memanjakan indera penciuman Rangga. Ia yakin Dita pasti yang memasak makanan itu. Buru-buru Rangga mendatangi meja makan. Namun Dita tak terlihat di meja makan.
Rangga melihat ada aktifitas di kamar mandi. Ia menduga kalau Dita sedang mandi. Sebenarnya Rangga agak heran kenapa perempuan itu mandi di siang bolong.
Rangga tak mau ambil pusing. Ia fokus mengisi perutnya. Akan tetapi bersamaan dengan itu...
"Aah... Aah..."
Terdengar suara samar desahan yang disertai suara air keran. Rangga seketika teringat dengan apa yang dilakukan Dita tempo hari di kamar mandi. Kemungkinan besar wanita itu bermain sendiri lagi.
Pupil mata Rangga membesar. Dia melirik ke kamar mandi. Godaan untuk mengintip kembali terbersit dalam benaknya.
"Enggak, jangan! Nanti aku bintitan lagi." Rangga berusaha mengabaikan.
"Ah! Ah! Aaah!" Suara desahan Dita semakin menggoda. Membuat Rangga jadi penasaran. Alhasil dia nekat mengintip dari lubang tempat sebelumnya dirinya bisa melihat ke kamar mandi.
Rangga lebih mengerti dita sebaliknya juga begitu rasanya mereka cocok
mangats thor sllu ditunggu up nya setiap hari