Jiwa Dr. Nofia terbangun dalam raga yang kontras 180 derajat. Elara Vesta, putri tunggal dari Marquess Vesta yang malang. Tubuh Elara adalah lambang kelemahan dan ketakutan, ia hidup dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, meninggalkannya sendirian dan sering menjadi sasaran perundungan.
Namun, begitu mata Elara terbuka, yang ada di dalamnya bukanlah ketakutan, melainkan ketajaman seorang dokter dan ketegasan seorang pejuang. Dengan modal Ruang Ajaib Dr. Nofia kini sebagai Elara harus menggunakan pengetahuan medisnya yang canggih, keterampilan beladiri nya, dan kecerdasannya untuk bertahan hidup di dunia barunya.
Misi pertamanya. Balas dendam, merebut kembali kehormatan dan kekayaan keluarga Vesta yang hampir punah dan membuktikan bahwa kelemahan Elara yang lama sudah mati.
Di saat Elar menjalani misi nya, Elara di hadapkan dengan seorang Pria yang merupakan Pangeran Mahkota dari kerajaan tetangga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hofi03, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SISI GELAP ELARA
Elara bergerak dengan lincah. Gerakannya bukan lagi milik bangsawan lemah, tetapi tinju dan tendangan yang mematikan, cepat, dan terukur, hasil latihan intensif dengan kekuatan
Pertarungan itu terjadi di halaman depan kediaman gelap itu berlangsung sangat sengit, namun hanya bagi para orang suruhan Andini. Tapi bagi Elara, ini adalah latihan yang sedikit lebih serius dari biasanya.
Para pria suruhan Andini itu hanya mengandalkan kekuatan kasar, mereka sangat terkejut melihat sasaran mereka. Mereka menyergap, tetapi Elara bergerak dengan kecepatan dan presisi yang menakjubkan.
Saat Pria yang memilik tubuh paling besar maju dengan ayunan tinju, Elara hanya bergerak selangkah ke samping (teknik menghindar yang sempurna), lalu membalas dengan siku tajam tepat di ulu hati pria itu. Pria itu meraung kesakitan dan terbatuk-batuk, nafasnya tercekat, dan langsung ambruk ke tanah.
BHUK
"AAAKKKKKKHHHHH!!"
Uhuk
Uhuk
Uhuk
Perkelahian itu terus berlanjut, mereka menyerang Elara dari kedua sisi.
SRETTTT
Elara menarik belati dari pinggangnya, memutar tubuhnya seperti penari yang mematikan. Belati itu tidak digunakan untuk membunuh, melainkan untuk ancaman dan pengendalian.
SRETTTTTT
JLEP
"AAAAAAKKKKHHHHHHHHHHHHH!!"
Elara menyayat lengan pria itu dengan sangat panjang dan dalam.
Tidak sampai di situ saja, Elara menggunakan tendangan cepat ke lututnya, diikuti dengan hantaman gagang belati ke pelipisnya. Kedua pria jatuh merintih.
BHUK
BRAKKKKKK
Dua penjaga Elara, meskipun berjuang keras, mulai kelelahan menghadapi sisa preman yang cukup banyak. Elara menyadari ia harus bertindak cepat.
Pria yang disewa Andini masih lumayan banyak, tapi mereka satu persatu mulai mundur dengan tubuh bergetar ketakutan, melihat keberingasan Elara.
Elara memang tidak membunuh mereka, tapi pukulan yang diberikan oleh Elara, cukup membuat mereka jera dan berpikir dua kali untuk melawan Elara.
Elara berbalik dari kerumunan, matanya tertuju pada Nyonya Martha dan Andini yang berdiri terpaku di balik pilar. Rasa takut kini mulai merayap di wajah Andini, menggantikan seringai liciknya.
"Tangkap dia! Kenapa kalian lambat sekali! Dia hanya seorang gadis!" teriak Andini panik.
"Seorang gadis yang terlatih dengan baik," gumam Elara dingin.
Menggunakan sisa-sisa ilmu bela dirinya, Elara melemparkan dua jarum halus yang sudah dilapisi obat penenang. Jarum itu bersarang di leher dua preman terdekat, yang berusaha mendekat. Efeknya instan.otot mereka mengendur, dan mereka jatuh tak sadarkan diri.
Melihat kawan-kawannya ambruk tanpa perlawanan berarti, sisa preman yang masih berdiri semakin ketakutan. Mereka bukan hanya mundur, tapi melepaskan senjata mereka, menyadari bahwa bangsawan muda di depan mereka ini adalah iblis dalam pakaian sutra.
Elara memang tidak berniat untuk membunuh mereka, tapi Elara juga tidak membiarkan mereka lolos. Elara melangkah maju, membiarkan auranya yang mematikan menekan musuh. Semua lawan nya yang tersisa akhirnya lari tunggang langgang ke dalam kegelapan.
Syutttt
Syutttt
Syutttt
"Aaakkkkkkhhhhh!!"
Puluhan jarum beracun Elara lempar kan ke arah para lawan nya yang sedang melarikan diri itu.
Jarum beracun itu tidak langsung membunuh mereka, tapi melumpuhkan saraf-saraf mereka secara perlahan.
Selesai dengan urusan para pria sewaan Andini. Elara kemudian berjalan perlahan menuju ibu dan anak yang kini gemetar ketakutan.
Pyar
Nyonya Martha menjatuhkan barang berkilauan yang tadi ia pegang, sebotol kecil ramuan yang dimaksudkan untuk membuat Elara terlihat gila.
"Jebakan yang buruk," cibir Elara. Ia mengangkat belati di tangannya, ujungnya berkilauan memantulkan cahaya bulan.
"Dan eksekusi yang lebih buruk," lanjut Elara, dengan suara yang begitu rendah dan dingin.
"Ja-jangan mendekat! Ini penganiayaan bangsawan! Jenderal Guntur tidak akan bisa menyelamatkanmu kali ini!" teriak Andini, berjalan mundur.
Syutttt
Jlep
Elara melempar belati itu. Belati itu menancap ke tanah hanya beberapa inci di samping kaki Andini, membuat Andini menjerit.
"AAAAKKKKKKKKHHH!!"
"Tadi malam, aku sudah memberimu peringatan. Aku melarang mu menyentuhku secara fisik atau mengancam nyawaku," ucap Elara, dingin, suaranya menusuk seperti es.
"Aku tidak pernah melanggar janjiku," lanjut Elara, menatap Andini tajam.
Elara membungkuk, mengambil botol ramuan yang dijatuhkan Nyonya Martha. Ia mengayunkannya di udara, memancarkan bau herbal yang aneh.
"Ramuan yang bagus untuk membuat orang gila. Aku bisa menggunakan ini untuk membersihkan namaku di hadapan publik. Menarik sekali," ucap Elara sambil tersenyum tipis, senyum yang sama sekali tidak menenangkan.
"Ini bukan lagi peringatan, Andini. Ini adalah konsekuensi. Kau menyerang Bagaskara, kau menyerang kehormatanku, dan kau mencoba membuatku gila. Kau telah menyentuh hal yang paling sensitif bagi Elara Vesta yang baru. Keadilan dan kebenaran," ucap Elara, menatap lurus ke mata Andini.
Elara mengambil dua langkah maju, memaksa Andini dan ibunya mundur.
"Mulai besok, aku akan mengirimkan surat kepada Pengadilan Kerajaan. Bukan tentang perampasan kekayaan, tapi tentang upaya pembunuhan berencana, penyebaran fitnah, dan penganiayaan terhadap seorang Vesta yang berada di bawah perlindungan militer. Aku akan memastikan nama kalian, Martha dan Andini, akan menjadi sinonim dengan pengkhianatan bangsawan," ucap Elara, penuh penekanan.
Nyonya Martha melotot kan matanya dan mencoba memprotes.
"Tidak! Ayahmu akan-"
"Ayahku sudah mati," potong Elara tajam.
"Dan aku tidak akan mati sampai aku menemukan siapa yang melakukannya. Kalian berdua akan menjadi yang pertama diselidiki. Aku pastikan kalian akan menghabiskan sisa hidup kalian untuk memohon belas kasihan!" ucap Elara, menatap mereka berdua dengan mata berkilat tajam.
"Tapi sebelum aku menyerahkan bukti-bukti kejahatan kalian malam ini pada Pengadilan kerajaan, aku ingin memberikan kalian berdua sedikit kenang-kenangan," ucap Elara, menyeringai.
"A-apa yang ingin kamu-"
JLEP
"AAAKKKKKKHHHHH!!!"
"TIDAK! MATA KU!!!!!"
Teriak Andini, meraung-raung, karena baru saja Elara menusuk mata kanannya.
"ANAK SIALAN!!!"
"BERANI NYA KAU-"
"Berisik!"
Jlep
"AAAAKKKKKKKKHHH!!"
Kali ini Nyonya Martha yang menjerit dengan keras.
Elara memang tidak berniat untuk membunuh mereka berdua, tapi setidaknya malam ini Elara tidak pulang dengan keadaan tangan kosong, Elara menusuk sebelah mata Andini dan Nyonya Martha.
Mereka berdua menangis dengan darah yang mengalir dari mata yang baru saja Elara tusuk, sementara Elara hanya tersenyum sinis melihat mereka berdua.
"Terimakasih untuk permainan malam ini, Bibi dan sepupuku tersayang," ucap Elara, tersenyum puas.
"Aku harap kalian suka dengan hadiah kecil dari aku itu," lanjut Elara.
Elara berbalik, berjalan keluar, meninggalkan ibu dan anak itu dalam keadaan sebelah mata mereka terluka dan mengeluarkan darah segar yang membanjiri pipi mereka.
Kemenangannya malam ini tidak hanya menyelamatkan dirinya, tetapi juga memberikan dia amunisi untuk menyerang balik mereka secara hukum dan politik.
Setelah kembali ke Kediaman Vesta, Elara membersihkan luka kecilnya di Ruang Ajaib, meminum mata air penyembuh, dan segera menyusun strategi balasan selanjutnya yang akan menghancurkan Martha dan Andini secara permanen.
Elara menyadari, pertarungan malam ini melawan bibi dan sepupunya itu hanyalah pengalih perhatian. Prioritas utamanya adalah menyelidiki kematian orang tuanya.
Hama kecil seperti mereka berdua, akan segera Elara singkirkan. Selain mereka cukup menganggu waktu nya, mereka juga sangat menyebalkan, Elara paling tidak suka dengan drama. Lebih baik dia bertarung melawan seratus prajurit sekaligus, dari pada harus menghadapi drama murahan seperti yang di lakukan oleh Andini.
luar biasa thor❤❤❤❤❤❤