NovelToon NovelToon
Jadi Kedua? Hayu!

Jadi Kedua? Hayu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / CEO / Selingkuh / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: El Nurcahyani

Sinopsis:

Zayden Levano, pewaris perusahaan besar, dihadapkan pada permintaan tak terduga dari kakeknya, Abraham Levano. Sang kakek memintanya untuk mencari Elara, seorang gadis yang kini bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam. Keluarga Zayden memiliki hutang budi kepada keluarga Elara, dan Abraham percaya bahwa Elara berada dalam bahaya besar karena persaingan bisnis yang kejam.

Permintaan ini semakin rumit ketika Abraham menuntut Zayden untuk menikahi Elara demi melindungi dan menjaga warisan keluarga mereka. Di tengah kebingungan dan pertarungan moralnya, Zayden juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa istrinya, Laura, mengandung anak yang bukan darah dagingnya. Kini, Zayden terjebak antara tanggung jawab keluarga, cinta yang telah retak, dan masa depan seorang gadis yang hidupnya bergantung padanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Nurcahyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuan Zayden yang Selalu Mendadak

Bab 24

"Elara, aku ada urusan sebentar. Kamu di sini saja."

Zayden baru saja akan meninggalkan sarapannya, dan Elara memandang punggungnya dengan ekspresi sebal. Ia tahu, perasaan seperti ini tidak seharusnya ada. Bukankah tujuannya hanya uang? Tapi mengapa ada kekesalan aneh saat Zayden terus sibuk dengan urusannya sendiri? Terutama jika tentang Laura.

'Aduh, Elara. Jangan sampai kamu terjebak cinta sama Tuan Zayden,' gumamnya dalam hati sambil melipat tangan di depan dada.

Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan berjalan menuju mini bar kecil di sudut ruangan, mencari camilan. Tapi sebelum sempat membuka pintu kulkas, suara langkah kaki membuatnya menoleh. Zayden kembali dengan langkah cepat dan tatapan tegas.

“Elara, mandi sekarang,” perintah Zayden tanpa basa-basi.

“Hah? Buat apa?” Elara memutar tubuhnya, bingung.

“Kamu ikut aku hari ini. Jadi, cepat mandi dan berdandan. Jangan lama-lama.”

Elara mendengkus, “Kebiasaan kamu, ya, nggak jelas! Tadi kan mau pergi sendiri, sekarang tiba-tiba ngajak. Nggak ada briefing dulu apa?”

Zayden hanya memutar matanya, mendekat, dan mendorong punggung Elara ke arah kamar mandi. “Nggak ada waktu buat debat. Sekarang jalan.”

“Zayden, aku belum selesai minum air putih, oke?!” protes Elara, mencoba berhenti di tengah langkah.

“Kamu bisa minum nanti.” Zayden menggerakkan tangannya, membuat Elara hampir tersandung.

“Kalau aku jatuh gimana?” gumamnya kesal, tetapi ia tetap melangkah masuk ke kamar mandi sambil menutup pintu dengan suara keras.

“Lima belas menit!” teriak Zayden dari luar pintu.

Elara mendengkus, melepaskan piyamanya dengan gerakan kasar. “Dia pikir aku robot apa?”

Namun, ia tahu tak ada gunanya berdebat. Jadi, ia menyelesaikan mandinya dengan cepat, meski sempat terpeleset karena tergesa-gesa. Begitu keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, Zayden sudah menunggu di depan pintu dengan tangan menyilang.

“Sepuluh menit lagi untuk berdandan,” katanya datar.

“Sepuluh menit? Zayden, aku ini perempuan. Sepuluh menit cukup buat apa?”

“Waktu itu kamu bilang lima menit cukup,” balas Zayden dengan nada datar.

“Itu dulu, kalau aku buru-buru buat ujian sekolah,” gerutu Elara sambil berjalan menuju meja rias.

Saat Elara sedang mencoba mengaplikasikan eyeliner dengan hati-hati, Zayden tiba-tiba muncul di belakangnya. “Cepat, Elara.”

“Ah ...! Zayden! Aku bisa menusuk mataku dengan ini kalau kamu ganggu terus!” Elara menoleh dengan tajam. Nada bicaranya sudah tidak bersahabat.

“Kalau itu terjadi, aku punya dokter mata terbaik di kota,” jawab Zayden santai.

Elara mendesah keras, mencoba fokus. “Tuan Zayden, tahu nggak? Hidup dengan kamu itu seperti lomba maraton setiap hari. Mana aku punya stamina?”

“Makanya mulai olahraga,” balas Zayden, membuat Elara hampir memukulnya dengan lipstik.

Meski dengan keluhan tak berujung, akhirnya Elara selesai berdandan. Ia memakai gaun sederhana berwarna pastel yang membuat wajahnya terlihat segar, meski bibirnya masih mengerucut kesal.

Saat mereka berjalan menuju lift, seorang petugas hotel menyapa dengan ramah.

“Selamat pagi, Tuan Zayden. Oh, dan keponakan Anda?” katanya, menatap Elara dengan senyuman ramah.

Elara berhenti di tempat, hampir tersedak udara. “Keponakan?”

Zayden menahan tawa, tetapi matanya berkilat penuh godaan. “Oh, dia hanya bercanda, Elara. Tenang saja.”

Namun Elara tidak terhibur. “Bercanda apanya? Apa aku terlihat seperti keponakanmu?” Ia melipat tangan di depan dada.

“Tenang saja, mungkin itu karena kamu masih terlalu muda, dan ... ,” Zayden menjawab sambil menarik tangannya.

"Dan apa! Hem?" mata Elara malah melotot, sambil wajahnya dibuat menantang, ganas.

"Dan kecil. Hahah."

Elara malah melongo melihat Zayden tergelak. Suaminya ini benar-benar aneh, tidak semenegangkan saat pertama mereka bertemu. Dari mulai dia perhatian, hangat, sekarang malah tertawa ngakak. benar-benar perubahan yang cepat.

Sebelum tawa Zayden berhenti, Elara buru-buru sadar. Dia tidak boleh terhipnotis dengan perubahan baik suaminya.

“Ini penghinaan. Aku nggak terima!” Elara masih merajuk ketika mereka masuk ke lift.

Saat mereka akhirnya masuk ke mobil, Elara masih memelototi Zayden. Dengan bibir mengerucut.

“Jadi, sebenarnya kita mau ke mana? Ketemu pengacaramu?” tanya Elara, mencoba mengalihkan perhatian.

“Rencananya begitu,” jawab Zayden santai.

“Rencananya? Apa itu artinya bisa berubah lagi?”

Zayden tersenyum tipis, menatap Elara dari sudut matanya. “Aku pikir, lebih baik kita bertemu Kakek Abraham dulu.”

Elara menoleh cepat, matanya menyipit. “Kamu serius? Tuh kan ... Gak jelas lagi ..." Elara mengentakkan kakinya, kesal. Jadi aku buru-buru mandi dan dandan untuk ini? Kamu nggak konsisten banget.”

“Kenapa? Kamu nggak suka kejutan?” Zayden menyeringai, menikmati ekspresi Elara.

“Ini bukan kejutan. Ini pemborosan waktu!” balas Elara.

“Tapi kamu kelihatan cantik saat marah,” jawab Zayden santai.

Elara terdiam sejenak, wajahnya memerah. “Zayden, berhenti bicara begitu. Kamu cuma bikin aku bingung.”

“Bagus. Berarti aku berhasil,” balas Zayden sambil menambahkan, “Aku suka melihat kamu bingung. Itu lucu.”

Elara mendengus keras, melipat tangan sambil memalingkan wajah ke jendela. “Kamu benar-benar menyebalkan.”

Zayden terkekeh kecil. “Tapi kamu menikah dengan pria yang menyebalkan ini.”

Sepanjang perjalanan, Elara hanya bisa mendengus dan memelototi Zayden, sementara pria itu terlihat puas dengan kekacauan kecil yang telah ia ciptakan.

Elara ada ide, dia menelpon Leni saja, daripada jadi bahan lelucon suaminya.

Saat Elara seru teleponan dengan sahabatnya, Zayden melirik, dia tidak terima dikacangin oleh istrinya.

"Sayang... leherku kok merah. Aku baru tahu sekarang," ucap Zayden, drama.

Benar saja, Elara yang sedang asyik mengobrol, bercanda dengan Leni, dia langsung seketika berhenti dan menoleh pada Zayden, berkali-kali dicubitnya lengan pria yang harusnya fokus memegang kemudi.

"Kamu apa-apaan sih? Memalukan. Nanti Leni pikir beneran. Kita habis ngapa-ngapain." Elara marah.

"Memangnya kalau beneran kenapa? Kamu kan istriku." Zayden tertawa lirih.

"Leni, udah dulu ya ngobrolnya. Ini ada orang gila di mobil, aku mau mengusirnya dulu."

Zayden hanya tertawa tanpa suara. Dia tetap fokus memperhatikan jalan, tapi tawanya tak berhenti.

 

Bersambung....

1
Nur Adam
lnju
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
lnju
Senja Kelabu: Mampir dipunyaku juga, Kak. Genre roman komedi.

SUAMIKU GURU GALAK

mampir ya, Kak
El Nurcahyani -> IG/FB ✔️: thx udah mampir
total 2 replies
Anto D Cotto
.menarik
Anto D Cotto
lanjut, crazy up thor
🐜SixNine: Wah, akhirnya up novel baru, nih🥳
Anto D Cotto: ok, seep 👍👌
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!