seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pak Bru menjadi kepala desa yang baru
Suara benturan keras menggema di sepanjang jalan desa. Warga desa yang sedang beraktivitas di luar rumah berhenti sejenak, menatap ke arah sumber suara. Mereka melihat sebuah mobil terbalik di pinggir jalan, roda-rodanya berputar-putar tak terkendali.
"Ada kecelakaan!" teriak salah seorang warga desa.
Warga desa lainnya segera berlari menuju lokasi kecelakaan. Mereka melihat seorang pria terkapar di pinggir jalan, tubuhnya berlumuran darah.
"Tolong!" teriak warga desa itu, mencoba membantu pria itu.
Namun, saat mereka mendekat, mereka melihat sesuatu yang mengerikan. Sebuah boneka beruang berwarna cokelat berdiri di atas mobil yang terbalik, matanya berbinar dengan cahaya yang tak alamiah. Boneka itu tertawa mengerikan, suaranya menyeramkan seperti tangisan hantu.
"Bruno!" teriak warga desa itu, menarik diri dengan ketakutan.
Mereka tahu bahwa kecelakaan itu bukanlah kecelakaan biasa. Mereka tahu bahwa Bruno, boneka beruang pencabut nyawa itu, telah melakukan sesuatu yang mengerikan.
Warga desa itu berdesak-desakan mencari perlindungan. Mereka takut terhadap Bruno. Mereka tahu bahwa jika mereka tertangkap oleh Bruno, mereka akan mengalami nasib yang sama dengan pria itu.
"Kita harus menolong pria itu," bisik salah seorang warga desa. "Kita harus menghentikan Bruno."
Warga desa itu berani mengumpulkan nyali mereka dan mendekati pria itu. Mereka mencoba menarik pria itu keluar dari mobil yang terbalik.
"Sabar," bisik salah seorang warga desa. "Kita harus berhati-hati."
Mereka berhasil menarik pria itu keluar dari mobil yang terbalik. Mereka segera memberikan pertolongan pertama pada pria itu.
"Semoga dia baik-baik saja," bisik salah seorang warga desa.
Mereka menatap Bruno yang masih berdiri di atas mobil yang terbalik. Bruno tertawa mengerikan, suaranya menyeramkan seperti tangisan hantu.
"Kita harus menghentikan Bruno," gumam salah seorang warga desa. "Kita harus mencari cara untuk menghentikan teror ini."
Warga desa berkumpul di balai desa, wajah mereka menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan. Kematian Pak Karto, kepala desa mereka, telah menimbulkan kekacauan dan ketidakpastian di antara mereka.
"Kita harus memilih kepala desa yang baru," kata salah seorang warga desa. "Desa kita tak bisa tanpa pemimpin."
"Ya, benar," sahut warga desa lainnya. "Tapi siapa yang akan kita pilih?"
Mereka menatap satu sama lain, mencoba mencari seseorang yang layak untuk menjadi kepala desa mereka.
"Bagaimana jika kita memilih Pak Bru?" saran salah seorang warga desa.
"Pak Bru?" tanya warga desa lain, menatap dengan heran. "Kenapa Pak Bru?"
"Pak Bru adalah orang yang baik dan bijaksana," jawab warga desa yang pertama. "Dia juga berani dan kuat. Dia pasti bisa memimpin desa kita."
Warga desa lain menanggapi dengan anggukan setuju. Mereka tahu bahwa Pak Bru adalah orang yang tepat untuk menggantikan Pak Karto.
"Kita harus mencari Pak Bru," kata salah seorang warga desa. "Kita harus meminta dia untuk menjadi kepala desa kita."
Warga desa itu segera berangkat mencari Pak Bru. Mereka mencari ke setiap rumah di desa, menanyakan keberadaan Pak Bru.
"Pak Bru di mana?" tanya salah seorang warga desa.
"Pak Bru sedang bercocok tanam di kebunnya," jawab salah seorang warga desa lain.
Warga desa itu segera berjalan menuju kebun Pak Bru. Mereka menemukan Pak Bru sedang mencangkul tanah.
"Pak Bru!" teriak warga desa itu.
Pak Bru menghentikan kerjanya dan menatap warga desa itu dengan heran.
"Ada apa?" tanya Pak Bru.
"Kami ingin meminta Anda untuk menjadi kepala desa kami," jawab salah seorang warga desa.
Pak Bru terkejut. Dia tak pernah bermimpi untuk menjadi kepala desa.
"Saya? Kepala desa?" tanya Pak Bru. "Tidak, tidak. Saya tidak layak untuk itu."
"Kami tahu Anda layak, Pak," jawab salah seorang warga desa. "Anda adalah orang yang baik dan bijaksana. Anda juga berani dan kuat. Anda pasti bisa memimpin desa kita."
Warga desa itu mencoba meyakinkan Pak Bru. Mereka menceritakan tentang kebaikan Pak Bru, tentang keberaniannya, dan tentang kekuatannya.
Pak Bru terdiam sejenak, mencoba memikirkan permintaan warga desa itu. Dia tahu bahwa dia harus bertanggung jawab terhadap desa jika dia menyetujui permintaan itu.
"Baiklah," jawab Pak Bru akhirnya. "Saya akan menerima permintaan Anda. Saya akan menjadi kepala desa Anda."
Warga desa itu bersorak kegembiraan. Mereka merasakan seolah-olah mereka telah mendapatkan kembali harapan mereka.
Warga desa menaruh harapan besar pada Pak Bru. Mereka berharap Pak Bru bisa mengatasi masalah Bruno, boneka pencabut nyawa yang telah menakutkan mereka.
"Pak Bru pasti bisa mengatasi Bruno," bisik salah seorang warga desa. "Dia adalah orang yang kuat dan berani."
"Ya, benar," sahut warga desa lainnya. "Pak Bru pasti bisa menghentikan teror Bruno."
Mereka berharap Pak Bru memiliki cara untuk menghilangkan Bruno atau menjinakkan kekuatan jahat yang dimiliki boneka itu.
"Kita harus memberi tahu Pak Bru tentang Bruno," kata salah seorang warga desa. "Kita harus meminta bantuannya untuk menghentikan teror itu."
Warga desa itu segera mencari Pak Bru. Mereka menemukan Pak Bru sedang berbicara dengan beberapa warga desa lainnya.
"Pak Bru!" teriak warga desa itu.
Pak Bru berhenti berbicara dan menatap warga desa itu dengan heran.
"Ada apa?" tanya Pak Bru.
"Kami ingin memberi tahu Anda tentang Bruno," jawab salah seorang warga desa.
Pak Bru menatap dengan heran. "Bruno? Boneka beruang itu?"
"Ya," jawab warga desa itu. "Bruno adalah boneka pencabut nyawa. Dia telah menyerang beberapa warga desa dan telah menewaskan Pak Suro."
Pak Bru terdiam sejenak, mencoba memikirkan informasi yang baru dia dapatkan. Dia tak percaya bahwa sebuah boneka bisa menyerang dan menewaskan orang.
"Kalian pasti salah," kata Pak Bru. "Mana mungkin sebuah boneka bisa menyerang orang?"
"Kami tidak berbohong, Pak," jawab warga desa itu. "Kami melihat dengan mata kepala kami sendiri."
Pak Bru mengangguk dengan berat hati. Dia tahu bahwa dia harus menangani masalah ini dengan serius.
"Baiklah," jawab Pak Bru. "Saya akan mencari tahu lebih lanjut tentang Bruno. Saya akan mencoba menghentikan teror itu."
Warga desa itu menatap Pak Bru dengan mata penuh harapan. Mereka berharap Pak Bru bisa mengatasi masalah ini dengan baik.
"Tenang saja, warga," kata Pak Bru, suaranya terdengar tegas dan menenangkan. "Saya akan berusaha mencari jalan untuk menghentikan teror Bruno. Tidak akan ada lagi korban jiwa di desa kita."
Mata Pak Bru memancarkan tekad yang kuat. Ia tahu, tugas ini tidak mudah. Tapi, ia tidak akan menyerah begitu saja.
"Tapi bagaimana, Pak Bru?" tanya salah seorang warga. "Bruno itu boneka, Pak. Bagaimana cara mengalahkannya?"
Pak Bru mengerutkan keningnya, memikirkan solusi. "Saya belum tahu pasti," jawabnya. "Tapi saya akan mencoba mencari tahu. Mungkin kita bisa meminta bantuan dukun atau orang pintar."
Warga desa langsung berbisik-bisik, mengemukakan berbagai ide. Ada yang menyarankan untuk membakar Bruno, ada juga yang menyarankan untuk mengubur Bruno di tempat yang jauh.
"Kita perlu berhati-hati," kata Pak Bru, menenangkan keriuhan. "Kita tidak boleh bertindak gegabah. Bruno itu bukan boneka biasa. Dia memiliki kekuatan jahat yang tidak bisa kita sepelekan."
Pak Bru merenung sejenak, matanya menatap ke arah langit-langit. "Mungkin kita perlu mencari tahu asal usul Bruno," gumamnya. "Mungkin dari sana kita bisa menemukan cara untuk mengalahkannya."
Warga desa mengangguk setuju. Mereka semua berharap Pak Bru bisa menemukan solusi untuk mengatasi teror Bruno. Mereka ingin kembali hidup tenang dan damai di desa mereka.
"Kita harus tetap waspada," kata Pak Bru. "Kita tidak boleh lengah. Bruno bisa menyerang kapan saja. Dan kita harus saling menjaga."
Warga desa kembali berbisik-bisik, merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu, tugas mereka tidak mudah. Mereka harus bersatu dan berjuang bersama untuk mengalahkan teror Bruno.