Setelah menjadi lulusan terbaik di universitas terkenal, Aira Alisya Alendra diterima menjadi sekertaris di Perusahaan ternama. Aira sangat bahagia ketika diterima di perusahaan itu.
Namun, kebahagiaan itu luntur ketika mengetahui bahwa Ceo baru perusahaan itu adalah Refaldo Galaksi, musuh bebuyutannya sejak SMA.
Tidak disangka, mereka malah terlibat dalam pernikahan yang harus mereka terima karena alasan tersendiri dari masing-masing pihak.
Pernikahan mereka seiring waktu berjalan dengan baik, sampai dimana masalalu Aldo datang...
yuk ikuti cerita mereka👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qiela Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Cellin
Setelah dari toko, Aira dan Aldo melanjutkan perjalanan menuju rumah kakek Aldo. Mereka tahu, kabar bahagia ini pasti bakal bikin kakeknya sangat senang. Aira juga sudah mengabari April sebelumnya, dan adik Aldo itu terlihat sangat penasaran, terutama soal hasil USG yang baru saja mereka lakukan.
Sesampainya di rumah kakek, mereka disambut dengan hangat oleh pelayan yang langsung mempersilakan mereka masuk. Rumah kakek Aldo memang sangat besar dan megah, penuh dengan barang-barang antik yang mengesankan. Kakek Aldo yang sudah agak tua, tapi masih terlihat segar, sedang duduk di ruang tamu.
"Tumben sekali kalian kamu datang kemari Aldo, kenapa kalian datang? Apakah ingin melihat kakek?"
"Kita bawa berita baik."
"Berita baik apa?"
"Aira Hamil..."
"HAH! Istri kamu hamil?! Ternyata bulan madu ke paris menguntungkan juga, Usia kandungannya udah berapa minggu?"
"Baru 2 kek."
"Jaga baik-baik istri kamu Aldo! Awas sampai istri kamu dan cicit Kakek kenapa-kenapa!"
"Iya,, kek tenang aja."
Sementara itu, April yang baru datang dan melihat Aira serta Aldo, langsung mendekat dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu. "Tunggu, tunggu! Hasil USG-nya mana? Aku nggak sabar mau liat!" seru April dengan antusias.
April langsung mengambilnya dengan mata berbinar, "Aduh, gemes banget! Ga sabar aku bakal jadi bibi!" katanya dengan ceria.
Kakek Aldo juga ikut melihat foto itu dan tersenyum bahagia. "Luar biasa! Keluarga kita bakal bertambah lagi," ujarnya dengan suara penuh kebanggaan.
Aira dan Aldo pun merasa sangat diberkati dengan dukungan keluarga yang begitu hangat. Kabar bahagia ini memang membawa sukacita besar bagi semua orang di sekitar mereka.
"Karena Aira hamil, kakek bakal kirim ART ke rumah kalian supaya Aira ga perlu cape-cape beres-beres rumah, dan fokus nge-jaga kandungannya."
"Iya kek."
Namun, mereka belum memberi tau ibu dan Ayah Aldo nanti mereka tau dari kakek Aldo saja.
...----------------...
Aira duduk di sudut ruang tamu, melihat ke luar jendela dengan wajah sedikit cemas. Matanya sesekali mengarah ke perutnya yang masih belum terlalu besar, tapi cukup untuk memberinya perasaan yang berbeda. Ia menyentuh lembut perutnya, merasakan perasaan hangat yang datang dengan kehadiran janin di dalam tubuhnya.
Aldo yang baru keluar dari kamar mendekat, melihat istrinya yang tampak termenung. "Kamu kenapa,?" tanyanya dengan suara lembut.
Aira menghela napas. "Aku cuma… agak ragu, Aldo. Aku harus berhenti kerja sekarang, kan? Tapi, aku masih punya utang sama kamu. Aku harus nyicil lagi, tapi aku nggak tahu bagaimana caranya kalau aku nggak kerja."
Aldo menatapnya, sejenak terdiam sebelum tersenyum lembut. "Tenang aja, Aira. Aku bilang dari awal kamu ga usah ganti, uang aku lebih banyak dari yang kamu kira. Dan kakek juga udah janji ngirim ART. Jadi, kamu bisa fokus sama kandunganmu dan jaga kesehatan, ya."
Aira masih terlihat ragu, meskipun kata-kata Aldo sudah cukup meyakinkannya. "Tapi aku nggak mau kamu ngerasa aku cuma bergantung sama kamu, Aldo."
Aku nggak pernah merasa kamu bergantung sama aku. Kita saling mendukung. Lagi pula, kalau kamu nggak bisa kerja sekarang, itu wajar banget. Kamu harus jaga diri dan bayi kita."
...----------------...
"Non, diluar ada ibu Cellin." Ucap Seorang Art yang bernama Siti.
"Tunggu ya bi, aku ganti baju dulu."
"Iya non, saya sudah buatkan teh untuk Nyonya Cellin."
"Iya bi."
Setelah 2 menit, Aira pun keluar untuk menyapa ibu mertuanya.
Beberapa hari setelah percakapan yang menghangatkan hati itu, Aira merasa dirinya semakin kuat dan siap menghadapi peran barunya sebagai ibu. Namun, ketenangan itu mulai goyah ketika suatu siang, ibu Aldo datang berkunjung ke rumah.
Wajah ibu Aldo yang selalu terlihat serius dan angkuh menyiratkan sesuatu yang tak menyenangkan. Aira bisa merasakan ketegangan yang menguar begitu ia melangkah masuk.
Cellin menyapa dengan nada yang biasa, tapi ada sesuatu di matanya yang tampak berbeda. "Aira, kita perlu bicara," katanya tanpa basa-basi.
Aira mengangguk, merasa sedikit cemas. "Tentu, Ibu. Ada yang ingin dibicarakan?"
Ibu Aldo duduk di sofa, menatap Aira dengan pandangan tajam. "Aku dengar kamu dan Aldo sudah punya rencana besar untuk masa depan, termasuk menunggu kehadiran anak kalian."
Suaranya datar, namun ada sesuatu yang menusuk di dalam kata-katanya. "Tapi, aku juga dengar sesuatu yang lain. Aku lihat riwayat transaksi Aldo ke rekeningmu senilai 100 juta? Apakah kamu menikahi Aldo karena Aldo memberimu 100 juta?"
Aira terdiam. Ia tahu bahwa ibu Aldo bukan orang yang suka membicarakan uang secara terbuka, apalagi masalah pribadi seperti ini. "I-Iya, Bu. Tapi itu… hanya pinjaman, dan aku berjanji akan mengembalikannya segera setelah aku bisa kembali bekerja," jawab Aira hati-hati.
Ibu Aldo berdiri, berjalan mendekat dengan langkah penuh keyakinan. "Aira, aku bukan orang bodoh," katanya, suaranya masih datar namun mengandung ancaman yang tersirat jelas.
"Aku tahu betul apa yang terjadi di balik pernikahan kalian. Kamu menikahi Aldo karena dia memberimu uang 100 juta. Itu yang kau sebut sebagai pinjaman, kan? Tapi, apa yang akan terjadi setelah bayi itu lahir? Kamu akan tetap menghabiskan waktu untuk anak itu, dan kamu tahu betul, selama kamu tidak bekerja, kamu tidak akan bisa membayar utangmu. Dan selama itu pula, hidupmu akan terus bergantung pada Aldo."
Aira mencoba untuk tetap tenang, meski dalam hatinya bergejolak. "Bu, saya menikah dengan Aldo bukan hanya karena uang. Kami saling mencintai, meskipun ada banyak masalah dalam keluarga kita." Suaranya sedikit bergetar, namun ia berusaha meyakinkan dirinya sendiri dan ibu Aldo.
Ibu Aldo tertawa dingin, memutar bola mata seolah tak percaya dengan jawaban Aira.
"Cinta? Jangan bicara tentang cinta, Aira. Kamu tahu Aldo tidak pernah benar-benar memilihmu atas dasar cinta, kan? Kakek Aldo yang memaksa pernikahan ini. Dan sekarang, kamu datang dengan alasan 'cinta' yang tak pernah jelas. Hanya karena kamu hamil, kamu berharap bisa mendapatkan semuanya, termasuk uang 100 juta itu."
Aira merasa hatinya semakin sesak. "Tapi Bu, saya tidak… saya tidak seperti yang Ibu pikirkan." Ia menundukkan kepala, merasa cemas bahwa ibu Aldo tidak akan pernah melihatnya dengan cara yang baik, tak peduli apa pun yang ia katakan.
Ibu Aldo mendekatkan wajahnya, suaranya lebih lembut namun tetap mengandung ancaman yang tak bisa dielakkan. "Aku akan berterus terang padamu, Aira. Ada satu alasan kenapa aku datang hari ini. Tiara sudah kembali. Tiara Adalah tunangan Aldo di masalalu kalau kamu tidak tau."
Ibu Aldo melanjutkan dengan nada yang lebih berbahaya. "Tiara kembali setelah sekian lama. Dan dia sudah siap untuk kembali ke dalam hidup Aldo. Kamu tahu, Tiara itu sangat sempurna. Keluarga kaya, berpengaruh, dan dia bisa memberi Aldo segala sesuatu yang tak bisa kamu berikan. Dan kalau kamu terus menghalangi, aku pastikan Aldo tidak akan pernah bahagia dengan pilihan hidupnya."
Aira merasa dunia seakan berputar.
Keluarga Aldo, terutama ibu Aldo, selalu berharap Aldo akan kembali ke Tiara, yang sejak dulu memang dianggap lebih 'sesuai'. Apa artinya pernikahan mereka sekarang? Semua yang telah mereka perjuangkan bersama bisa hancur hanya karena Tiara yang kembali.
Ibu Aldo menatap Aira dengan tatapan penuh kemenangan. "Aku sudah memikirkan semuanya, Aira. Ini yang harus kamu lakukan setelah melahirkan. Ceraikan Aldo. Keluarga ini tidak akan pernah menerima kamu, dan kakek Aldo pasti akan marah besar jika tahu kamu menikah dengan Aldo hanya karena uang, bukan karena cinta sejati."
"Biarkan dia bersama Tiara. Mereka berdua lebih cocok. Setelah itu, kamu bisa kembali ke hidupmu, dan aku akan membantu kamu untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik."
Aira merasa sangat bingung dan tertekan. Hatinya hancur mendengar kata-kata ibu Aldo, namun dalam dirinya ada kegelisahan yang semakin dalam.
Apakah ia benar-benar bisa menerima kenyataan bahwa ia harus melepaskan Aldo demi kebahagiaan keluarga Aldo? Apakah ia harus tunduk pada keinginan ibu Aldo, meskipun ia tahu itu akan menghancurkan hatinya?
Ibu Aldo akhirnya duduk kembali di sofa, menatap Aira dengan tatapan yang lebih dingin dan penuh perhitungan.
"Kamu punya pilihan, Aira. Ceraikan Aldo setelah melahirkan, dan aku akan memastikan kamu dan anakmu mendapatkan perlindungan dan kehidupan yang layak. Tapi kalau kamu tetap bertahan, kamu akan hancur. Keluarga kita akan menghancurkan hidupmu. Dan kamu tahu, kakek Aldo tidak akan pernah memaafkanmu jika tahu tentang uang 100 juta itu."
"Bukan hanya hidupmu yang akan hancur, hidup Aldo pun akan lebih hancur. Jabatannya akan dicabut oleh suami saya." Ancam Cellin.
Aira merasa seperti di ujung jurang, bingung dan takut akan segala konsekuensi. Ia tahu apa yang harus ia lakukan, tetapi pilihan itu terasa sangat berat.
Meninggalkannya dengan satu kalimat terakhir, "Pilihlah dengan bijak, Aira. Tidak ada tempat untukmu di sini jika kamu tetap bertahan," Aira merasa seakan dunia berhenti berputar.
Ia hanya bisa duduk terdiam, merenungkan pilihan yang harus diambil.
Walaupun ia belum mencintai Aldo, ia ingin hidup bahagia bersama anak dan suaminya.
Kalau keluarga mereka memilih Tiara, mengapa tidak dari awal Aldo menikah dengan Tiara saja? Aira merasa sangat bingung.
Aira pun memutuskan untuk mencari info tentang itu, ia akan mengajak Cia dan memberi tau semuanya kepada Cia.
Hanya Cia lah yang bisa membantunya sekarang. Ia tidak mempunyai orang lain, Dan tidak mungkin juga ia memberi tau ibunya. Hati ibunya akan hancur berkeping-keping jika tau anaknya diperlakukan seperti ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...THANKS FOR READING😇💋...