Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Alasan Sebenarnya [Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
Key Lin Tumbuh di Bumi Barat
....
Hening, itulah yang di rasakan Key di dalam kamar, dia merasa sunyi tanpa ocehan Shoe pada Arina, kelembutan Tantenya yang baru dia temui belum genap satu bulan, tertawa renyah Alex yang menggoda Frederick. Dia rindu semua itu, padahal baru beberapa jam dia ada di kamar itu.
Tak lama berselang, saat tepat jam makan siang, Alex memanggil Key untuk makan. Dia tidak ingin adiknya kelaparan meski sedang masa hukuman.
"Aku sudah mengajukan pengunduran dirimu pada Shoe. Dan surat pindah sekolah." Ujar Alex saat memanggil adiknya.
"Ya." Ujarnya Key singkat tanpa melihat wajah kakaknya.
"Hanya itu yang kau katakan?" Alex agak kesal dengan sikap Key yang memarahinya itu.
"Memangnya kau mau aku mengatakan apa saat yang bukan kehendak ku di paksakan?" Ujar Key dengan nada menyindir.
Dia tak pernah bersikap kekanak-kanakan selama ini. Meski dia memang anak-anak, tapi dia tidak pernah menunjukkan sifat anak-anaknya itu. Kalian pasti mengerti, apa lagi Key Lin berusia tujuh tahun.
Saat Key selesai makan, Alex memerintahkan kepada Key untuk mandi, dan meski marah pada keputusan kakak, dan ayahnya, dia lebih memilih untuk diam saja, dia tidak ingin memperkeruh suasana lagi seperti perdebatan, tadi malam.
"Key....Aku.." Key Lin tidak menanggapi Alex, dia hanya diam saja, tidak ada respon dari Key. Itu terasa pahit bagi Alex. Dia merasa agak menyesal, karena kesal dengan Key kemarin. Harusnya dia tidak begitu, dia jadi makin merasa bersalah, karena Key Lin menjadi korban atas keputusannya, dan ayahnya. Apa keputusan Alex sudah benar? Tapi Alex tidak mau Key salah pergaulan, atau menjadi sama seperti masa lalunya, dan Frederick. Alex tak mau adiknya menjadi sama seperti dirinya. Itu akan sangat menyakitkan.
Setelah dia merasa lebih baik, Alex pergi ke meja makan lagi. Dia memilih menunggu Key Lin selesai mandi.
Dia melamun, tak seperti dirinya sendiri. Merasa kesal dengan apa yang terjadi meskipun demikian.
Dia penasaran agaknya, kenapa Robert dengan bodohnya menceritakan banyak hal pada adiknya? Robert memang melindungi Key dari kejahatan di jalanan. Tapi dia tidak melindungi pergaulan Key. Sebagai salah satu teman Alex, harusnya Robert bisa lebih memahami perasaan Alex. Tapi Robert yang seperti itu, apa mungkin Key sendiri yang bertanya pada Robert ?
Tak mungkin Robert akan mengatakan masa lalu, dan keluarganya dengan mudah. Dan tak mungkin pria itu akan mengabaikan Key, apa lagi tahu Key anak baik, dan adik kesayangan Alex.
Terkesan mencurigakan.
Namun Alex memilih untuk memaafkan Robert, mungkin Key menyuap Robert dengan uang, mengingat ibu Robert sakit, dan butuh biaya. Alex bukan tidak membantu Robert, hanya saja, Robert tidak mau. Dia lebih memilih memberikan informasi pada seseorang, atau bekerja ketimbang menerima secara cuma-cuma. Meski jika dia memiliki informasi penting, dan membocorkan rahasia akan ada masalah menimpa dia. Robert masihlah hati-hati.
Saat lamunan Alex mencapai puncaknya, tibalah Frederick di sisinya, membuat Alex kaget.
"Ada apa?" Tanyanya ragu. Frederick bukan tipe orang yang suka basa-basi, jahil, atau mengagetkan orang, hanya saja Frederick sering berjalan tanpa suara bahkan di rumahnya sendiri. Kebiasaannya itu terbawa sampai ke rumah.
"Di dalam ada Key?" Tanya Frederick melirik kamar mandi.
"Iya." Ujar Alex menjawab singkat.
"Berapa lama dia di sana?" Tanyanya sambil mengetuk meja.
Alex bingung, kenapa menanyakan itu? Di saat itu dia melirik ke arah jam. Alex sangat terkejut di buatnya.
"Sepuluh menit." Ujar Alex.
"Terlalu lama. Kenapa kau tidak cemas?" Balas Frederick terkejut dengan waktu yang di tunjukkan Alex.
Key hanya butuh 3 menit paling lama untuk mandi, karena rambut pendeknya tidak menghalangi sama sekali. Berbeda dengan Alex yang perlu 5 menit. Rambut kriting miliknya adalah sumber kekesalannya saat mandi, dan menyisir.
Frederick merasa cemas. Dia lalu mengetuk kamar mandi. Tak ada suara. Hanya gemericik air saja. Apa yang terjadi? Apa mungkin Key Lin anak itu kabur lewat jendela di kamar mandi untuk menemui Shoe? Bukankah ini terlalu siang? Jam sibuk untuk Shoe, dan tokonya.
Frederick pun menitahkan Alex memeriksa Jendela. Siapa tahu Key memang kabur.
Dan ternyata saat Alex mengecek, mukanya menjadi pucat pasi. Wajah khawatir yang nampak jelas di sana.