Enggak dapet anaknya, Ayahnya pun jadi.
Begitu pula Isvara Kinandari Heksatama, gadis cantik patah hati karena pujaan hatinya menikah dengan wanita lain. Isvara atau yang kerap disapa Isva melakukan hal yang diluar nalar yaitu menikahi Ayah dari pria yang cintai yaitu Javas Daviandra Bimantara.
Keputusan terburu-buru yang diambil Isva tentu saja, membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali sang adik yaitu Ineisha Nafthania Heksatama, bagaimana tidak. Pria yang dinikai oleh Kakaknya adalah Ayah mertuanya sendiri, Ayah dari Archio Davion Bimantara.
Pria yang Isvara cintai memang menikah dengan adiknya sendiri, tentu hal itu membuatnya sangat sakit hati karena yang dekat dengan Archio adalah dirinya. Namun, Archio secara tiba-tiba malah menikahi Ineisha bukannya Isvara.
Demi menghancurkan pernikahan Ineisha dan Archio, Isvara harus tinggal bersama mereka. Salah satu caranya yaitu menikah dengan salah satu keluarga Archio, sedangkan yang bisa ia nikahi hanyalah Javas seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30 | Berkenalan
Ketiga sahabat Isvara memutuskan untuk mengantar Isvara sampai depan, mengingat banyaknya belanjaan Isvara yang tidak akan bisa dibawa oleh gadis itu sendiri. Selain itu, mereka juga ingin berkenalan dengan suami pura-pura sahabatnya.
"Pokoknya gue nggak mau tau, lo harus kenalin Om Javas sama kita bertiga," pinta Amara memaksa, saat ketiganya sedang berjalan untuk keluar dari gedung apartemen.
"Iya, tenang aja, gue bakal kenalin. Lagian apa untungnya gue sembunyikan Om Javas dari kalian bertiga. Kalo mau kenalan ya kenalan aja," jawab Isvara dengan memutar bola matanya malas.
Akhirnya mereka sampai juga di depan, Isvara sudah melihat mobil Javas sudah terparkir di sana. Isvara langsung mengajak ketiga sahabatnya untuk menghampiri mobil Javas.
Isvara mengetuk kaca mobil Javas sambil mengatakan. "Om tolong keluar dulu, sahabat-sahabat aku mau kenalan sama Om Javas."
Javas terpaksa menuruti permintaan Isvara, walau sebenarnya malas. Namun, tidak ada salahnya ia berkenalan dengan sahabat-sahabat Isvara. Jadi ia bisa tahu bahagia sifat Isvara yang sebenarnya dari mereka.
"Javas," ujar Javas memperkenalkan diri dengan wajah datarnya. Friska dan Amara menatap suami pura-pura sahabat mereka tanpa berkedip, mereka berdua langsung terpesona dengan ketampanan seorang Javas.
"Dion," balas Dion. Sedangkan Amara dan Friska masih diam saja sambil mengagumi Javas.
"Kalian malah diam aja, katanya tadi mau kenalan sama Om Javas," ucap Isvara menyadarkan kedua sahabatnya.
"Gue nggak nyangka Om Javas walaupun Om-Om, tapi ganteng banget demi apapun," bisik Amara telat di telinga Isvara agar Javas tidak mendengar pembicaraan mereka.
"Saya, Amara, Om."
"Kalo saya, Friska."
"Senang berkenalan dengan kalian bertiga," ujar Javas tulus.
"Om Javas jauh lebih ganteng dari pada yang ada di video, wajahnya nggak ngebosenin. Lo bener-bener beruntung, Va." Kali ini gantian Friska yang berbisik di telinga Isvara.
Isvara hanya bisa geleng-geleng karena tingkah kedua sahabatnya, mereka seperti tidak pernah lihat orang tampan saja.
"Makasih ya, Om. Isvara tadi udah traktir kita bertiga pake kartu kredit, Om," ujar Dion tulus berterima kasih pada Javas
"Sama-sama, masalah uang tidak akan terlalu saya pikirkan. Tidak cuma hari ini, lain kali Isvara juga masih boleh traktir kalian sepuasnya."
"Makasih, ya, Om Javas." Friska dan Amara juga ikut berterima kasih.
"Om, kami tahu tentang pernikahan kalian. Om tenang saja baik saya ataupun kedua sahabat saya tidak akan mengatakan kepada siapapun, satu yang kami minta. Tolong jangan pernah sakiti Isvara, baik secara fisik ataupun mental. Isvara adalah sahabat kami, tentu kami bertiga menginginkan yang terbaik untuknya. Jika pun, Isvara berbuat salah. Tolong beritahukan dengan cara yang lembut, jangan kasari dia. Kami sangat berharap Om mau mendengarkan permintaan kami," pinta Dion panjang lebar, mewakili kedua sahabatnya.
Javas hanya mengangguk pelan, ia tidak bisa berjanji. Namun, ia akan berusaha melakukan permintaan ketiga sahabat itu untuk tidak menyakiti Isvara.
Isvara merasa ingin menangis, karena saking terharunya dengan apa yang dikatakan oleh Dion. Baik Dion, atau kedua sahabatnya yang lain mereka bertiga benar-benar sahabat yang sangat baik. Mereka memikirkan kebahagiaannya.
"Ayo Isvara, sekarang udah jam segini waktunya kita pulang," ajak Javas dengan lembut. Isvara hanya mengangguk sebagai jawaban, ia lantas memeluk sahabatnya satu bersatu.
"Kami pulang dulu, kalo kalian mau datanglah ke rumah saya. Isvara pasti senang sekali jika sahabat-sahabatnya datang bertamu," pamit Javas.
"Emang boleh, Om. Kalo kita mau datang ke rumah Om untuk ketemu sama Isvara?" tanya Amara penasaran.
"Kenapa tidak boleh?"
"Hehehe, siapa tau keluarga Om nggak izinin ada yang bertamu buat Isvara." Friska nyengir tanpa dosa.
"Boleh kok, tapi lebih baik sebelum datang kalian kabari Isvara atau saya dulu. Biar kami bisa menyiapkan beberapa makanan untuk menyambut tamu," jawab Javas.
Isvara dan Javas mereka berdua segera masuk mobil, ketika Javas mulai menyalahkan mesin mobilnya. Isvara melambaikan tangan kepada sahabat-sahabatnya.
"Sahabat kamu lucu ya, baik-baik juga kayaknya," ujar Javas tiba-tiba sambil terus berusaha fokus menyetir.
"Mereka memang lucu, masalah baik ya memang mereka terbaik. Makanya aku sama mereka bisa sahabatan selama bertahun-tahun. Kami udah sahabatan dari kami kecil," jawab Isvara dengan tersenyum. Menjadi sahabat dari mereka bertiga, jelas suatu yang membanggakan bagi Isvara.
"Mereka juga keliatan bangat sayang sama kamu, kamu beruntung punya sahabat seperti mereka. "Isvara mengangguk setuju, ia pun mengakuinya. "Kalo Om punya sahabat nggak?"
"Punya, tapi nggak banyak. Tapi cowok semua nggak ada yang cewek."
"Owh ya, kirain Om nggak punya sahabat. Sampai sekarang masih awet sahabatan?"
"Masih, cuma jarang ketemu kita 'kan udah sibuk sama kegiatan masing-masing, belum lagi mereka juga pasti sudah berkeluarga. Jadi lebih memproritaskan keluarga."
"Semua tergantung orangnya sih, kalo pun sibuk sebenarnya bisa saja luangkan sedikit waktu untuk ketemu walau hanya sekadar tanya kabar ataupun ngobrol sebentar. Itu sih menurutku, Om."
Isvara bertekad, apapun yang terjadi ia akan menjaga persahabatannya. Sekalipun mereka sudah sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, karena ia melihat ada keluarganya yang bisa seperti itu. Makanya ia juga menginginkannya.
Toh, sekarang sebenarnya pun Isvara dan sahabat-sahabatnya sudah sama-sama sibuk, ketemu jarang. Tapi mereka berusaha menyempatkan bertemu, kalo tukar kabar lewat pesan atau telpon ya diusahakan bisa tiap hari.
"Kamu benar kok, Va."
"Mungkin setelah ini saya mau coba hubungi mereka, siapa tau kita ada waktu untuk bertemu walau memang nggak bisa lama-lama," lanjutnya.
"Apapun yang terbaik menurut, Om aja."
"Oh iya, tadi kamu ngapain aja selain belanja tentunya." Javas menyinggung tentang belanja, membuat Isvara teringat bahwa ia sudah memberikan satu kemeja untuk pria itu.
"Cerita-cerita aja di apartemen, aku belanja banyak banget loh, Om. Om liat' kan sendiri tadi sebanyak apa belanjaan aku, tenang aja nanti kalo aku punya uang pasti aku bakalan ganti semua uang yang aku pake tadi."
"Nggak usah diganti, saya 'kan kasih kamu semua kartu buat kamu pakai. Saya nggak peduli kamu pake sebanyak apa, uang saya juga nggak bakal kehabisan cuma karena kamu belanja sama sahabat-sahabat kamu," jawab Javas santai.
Walau Javas berkata seperti itu, tetap saja Isvara berniat menggantinya suatu saat. Ia tahu bahwa Javas tidak memiliki kewajiban untuk memberikannya uang.
"Makasih ya, Om. Om baik banget sama aku. Oh iya, Om. Aku beliin Om kemeja loh, nanti pas sampe kamar aku bakal tunjukkin semoga Om suka sama apa yang aku pilihkan," kata Isvara memberitahu suami pura-puranya. Javas terlihat datar, sama sekali tidak tertarik dengan apa yang baru saja Isvara beritahukan.
"Saya pasti suka. Karena saya yakin dengan pilihan kamu, kamu nggak akan mengecewakan saya." Mendengar balasan Javas, semula Isvara cemberut gadis itu langsung tersenyum bahagia.