Eric adalah seorang pria yang dingin, dia selalu bersikap dingin dengan semua wanita terkecuali dengan adik dan mamanya. karena rasa sakit hatinya dengan kekasihnya dulu. suatu saat eric bertemu dengan elsa, seorang wanita yang membuatnya penasaran.
Sayangnya elsa sudah mempunyai kekasih, dan Eric terjebak dengan cinta segitiga di antara elsa dia dan kekasih elsa. Apakah elsa dan Eric akan bisa bersatu…? Jika penasaran dengan ceritanya, silahkan baca novel ini…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Tawa eric.
Elsa terlihat sangat kacau malam ini, dia bersandar di luar ruangan sang ayah, malam ini dia memutuskan akan menginap di rumah sakit menemani ke dua orang tuanya.
"lebih baik lo pulang, besuk baru ke sini lagi bawa keperluan yang dibutuhkan ke dua orang tua lo."
Saran eric melihat ke arah elsa yang menutup kedua matanya, saat ini elsa terlihat sangat lelah dan eric tahu itu.
"pak, kenapa pak eric baik banget sama saya, mau mengantar dan menemani saya di rumah sakit dan menggurus semua administrasi ayah saya sampai memilih kamar vvip untuk ayah saya."
Elsa menoleh melihat eric yang tersenyum samar mendengar ucapan elsa.
"sudah el, nggak usah di pikirkan. Yang penting ayah kamu cepat sembuh, jadi lebih baik kamu ikut saran gue, lo pulang sekarang dan siapkan keperluan ayah sama ibu lo, besuk lo gue ijinan nggak usah berangkat kerja."
Elsa terdiam mendengar ucapan panjang lebar eric, dia semakin bingung dengan eric, apa ini benar benar eric atasannya atau bukan, karena yang dia tahu atasannya adalah pria yang super dingin dan orang yang tidak banyak bicara.
Tapi kenapa sekarang dia dengan santai berbicara panjang lebar saat ini, seperti bukan eric saja.
"kenapa kamu melihat gue seperti itu..?"
Eric menyadari tatapan elsa saat ini, elsa langsung salting dengan penuturan eric barusan.
"eh anu pak, saya..."
Elsa yang terlihat salting sampai menjatuhkan tas yang dia bawa, dan tanpa sengaja isi dalam tas tersebut keluar dan berserakkan di lantai.
Terdengar tawa renyah eric yang dapat di dengar elsa, satu demi satu elsa memasukkan barang barang elsa yang berserakkan di lantai, eric yang tidak tega melihat elsa ikut mambantunya, dia menggambil lipstik elsa yang berada di sebelah kakinya.
"ini..." eric menyerahkan lipstik tersebut di depan elsa, dengan sedikit kikuk elsa menerima lipstik dari tangan eric, dan sialnya bukan seluruh lisptiknya yang dia ambil malah penutup lipstiknya yang dia ambil.
"hahaha..."
Pecah sudah tawa eric melihat tingkah random elsa, dengan sedikit dongkol elsa duduk memunggungi eric yang masih tertawa lepas.
"maaf el, habisnya lo lucu banget." eric masih saja tertawa, sedangkan elsa semakin kesal dengan eric.
"udah berhenti tertawanya pak, awas kram tuh perut." elsa mengingatkan eric yang terlihat tidak bisa mengontrol tawanya sendiri, padahal tingkah elsa tadi nggak lucu lucu amat, tapi entah kenapa eric bisa tertawa lepas seperti itu.
"lo tahu nggak el, sebenarnya gue nahan kepengen ketawa lihat tingkah dan ulah lo dari tadi, sebenarnya mau gue tahan sampai pulang nanti, gue bisa ketawa sepuasnya nanti saat dirumah, tapi lihat tingkah lo tadi gue udah nggak bisa nahan lagi. sumpah el lo tuh lucu banget sih, Jujur ya el, gue belum pernah ketemu cewek se random lo, kog ada ya di dunia ini orang kayak lo."
Elsa melirik sinis eric yang masih terlihat senyum senyum sendiri, dia kesal dengan eric sampai rasanya ingin mencubit kedua pipi eric, biar dia tidak mentertawakan elsa lagi.
"maaf el, gue belum bisa menghentikan tawa gue, betar bentar, hahaha..."
eric masih saja tertawa, apalagi sekarang meliha elsa yang mengerucutkan bibirnya saat melihat eric.
Dengan kesal elsa mendekati eric, dengan tiba tiba elsa mencubit kedua pipi eric, eric yang merasa kesakitan akan ulah elsa seketika menghentikan tawanya.
"aduh el, sakit ,lepasin." setelah elsa melihat eric sudah tidak tertawa lagi, dia melepaskan cubitannya. Terlihat kedua pipi eric yang memerah karena cubitan elsa, tapi pada dasarnya eric yang seneng banget mengusili elsa, dia tertawa lagi, tapi tawanya tidak sekeras tadi.
Elsa semakin geram melihat tingkah eric, dengan kesal dia berdiri dari kursinya dan akan berjalan masuk ke dalam kamar inap sang ayah, tapi belum juga dia melangkahkan kakinya, dengan cepat eric memegang tangan elsa. Seketika tubuh elsa menjadi limbung atau kehilangan keseimbangan, tubuh elsa jatuh ke depan dada eric, eric dengan sigap memegang tubuh elsa yang jatuh di depan dadanya.
"auch... Maaf pak, saya..." belum sempat elsa meneruskan ucapannya, elsa terdiam saat elsa dengan tidak sengaja mendengar bunyi detak jantung eric yang terdengar berdetak sangat cepat.
Dengan tiba tiba eric memeluk tubuh elsa dengan posesif, entah kenapa eric melakukan hal itu, dia sendiri heran, pikiran dan tubuhnya saat ini tidak bisa di kendalikan.
"pak..." elsa yang berusaha akan melepaskan pelukan eric gerakkannya terhenti saat mendengar ucapan eric.
"gue mau seperti ini sebentar el," eric memeluk tubuh elsa semakin erat, jujur saja elsa merasa sangat nyaman dengan posisi mereka sekarang.
Elsa semakin terbuai dengan perlakuan eric saat ini, dengan perlahan eric mencium tengkuk elsa dengan lembut dan setelah itu perlahan eric melepaskan pelukannya dari tubuh elsa, eric melihat wajah elsa yang terlihat sangat cantik malam ini.
Perlahan eric memegang kedua pipi elsa, dan dengan secepat kilat eric melumat bibir elsa secara lembut dan pelan, elsa terkesiap merasakan perlakuan eric sekarang, tapi entah kenapa elsa tidak bisa menolak ciuman eric.
Mereka semakin terbuai dan saling berbagi saliva, suasana yang terlihat sepi tanpa ada satupun orang yang lewat, dan susana malam yang semakin larut mendukung semuanya.
"eugh..." terdengar suara lenguhan dari mulut elsa saat eric memegang perut elsa, eric tahu ini salah tapi dia tidak bisa menghentikan perbuatannya ke elsa. Dia tahu kalau elsa sudah memiliki kekasih, dan entah kegilaan dari mana di pikiran eric saat ini dia akan mengambil hati elsa agar elsa dapat mencintai eric sepenuhnya dan akan membuat elsa memutuskan kekasihnya.
Tangan eric semakin liat menyentuh tubuh elsa, dan elsa sadar akan hal itu, tapi entah kenapa elsa tidak ingin mengakhiri perbuatan mereka.
"brak..."
Terdengar suara benda jatuh dari arah seberang mereka, eric yang kaget seketika menghentikan ciuman mereka, dia melihat memastikan benda apa tadi yang jatuh.
Ternyata seekor kucing yang menjatuhkan tempat sampah, eric tersenyum samar melihat tempat sampah yang terjatuh.
Eric menoleh melihat elsa yang menundukkan kepalanya, dengan perlahan eric mengangkat dagu elsa menggunkan jari telunjuknya.
"el, maafin aku sudah." belum juga eric meneruskan ucapannya elsa menyela ucapan eric.
"tidak perlu meminta maaf pak, saya juga tidak bisa mengendalikan diri saya sendiri."
Elsa munduk melihat ke lantai di bawahnya, mereka berdua terdiam dengan pikiran mereka masing masing.
Terdengar suara kaki mendekat ke arah mereka berdua, elsa yang mendengar suara langkah kaki tersebut sedikit takut karena terdengar sangat menyeramkan di pendengaran elsa, dia beringsut mendekati eric yang ada di sampingnya.
"kamu kenapa el," eric heran dengan elsa yang tiba tiba mendekatinya.
"eh.. Anu pak, apa bapak mendengar suara kaki melangkah."
Eric menajamkan area pendengarannya, dia tidak mendengar suara apapun yang ada hanya suara suara binatang kecil yang berbunyi malam ini.
"mungkin kamu salah dengar, ayo lebih baik kami saya antar pulang, ini sudah hampir larut malam, besuk kamu kesini lagi." entah kenapa ucapan eric bisa membuat elsa menurutinya kali ini, apa karena efek ciuman yang mereka lakukan tadi, entahlah hanya elsa yang tahu isi hati dan pikirannya.
"baiklah, saya pamitan ke ibu dulu kalau begitu." elsa berjalan menjauh dari eric dan masuk ke dalam kamar inap ayahnya, elsa melihat ibu dan ayahnya sudah tertidur lelap, elsa tidak tega membangunkan ke dua orang tuanya, kemudian dia menggambil kertas memo dan pulpen yang ada di dalam tasnya. Elsa menulis pesan ke ibunya bahwa dia akan pulang malam ini, dan akan datang lagi besuk pagi, setelah selesai menulis pesan elsa menindih kertas itu di bawah hp ibunya yang ada di meja nakas.
Dengan langkah sedikit mengendap elsa keluar dari kamar inap sang ayah, eric yang melihat elsa sudah keluar dari kamar langsung berdiri dan berjalan menghampirinya.
"ayo." eric mengenggam tangan elsa, elsa yang digenggam tangannya oleh eric tidak menolaknya, mereka pun berjalan menuju area parkir rumah sakit menuju mobil eric yang terparkir di sana.