Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ( Kabar bahagia )
Up dua ya nanti kalo sempet lagi up tiga bab. Lagi ngurusin futsal anak ku😁🙏
Keluarga Mahendra berkumpul, semuanya diam tidak ada yang bicara, hanya kedua mata mereka masing-masing saling memandang satu sama lain. Apalagi pria yang tadi tidur di kamar Arrayan ia tiada henti menatap Bella yang bersembunyi di balik tubuh Arrayan.
“Bisa gak itu mata jangan ngeliatin istri gue terus!” ketus Arrayan membuka obrolan.
“Ya elah, pelit banget. Cuma gue liat belom di cobain,”
“Seaaan …!” pekik Arrayan.
Sean Maverick adalah sepupu Arrayan, ia putra tunggal adik perempuan Lais dan William. Semenjak ibunya meninggal Sean dirawat oleh William dan kini semenjak Lais meninggal dia juga harus merawat Arrayan. Untung saja Berliana sang istri mengerti dan tidak mempermasalahkan jika waktu suaminya terbagi sehingga putri mereka terkadang terabaikan. Karena jujur saja William lebih memilih merawat putrinya dibandingkan kedua keponakannya yang membuat nya pusing tujuh keliling.
Arrayan menatap tajam pada Sean karena sepupunya tidak pernah berubah sama sekali sedari dulu selalu memancing emosinya,”Sean, dia adalah Bella istri sepupumu dan mulai sekarang kamu tidak bisa seenaknya keluar masuk kamar Arrayan karena dia sudah menikah,” terang William.
“Mana aku tau dia sudah menikah. Diundang juga enggak,” balas Sean santai.
“Mau aku sudah menikah atau enggak, kenapa elu selalu betah di kamar gue, heh!” sambung Arrayan.
“Ya, ya, gue minta maaf”
Setelah mengatakan itu seperti biasa dengan santainya Sean bangkit dan meninggalkan keluarga cemara itu yang melanjutkan obrolannya. William melanjutkan perkenalan istrinya dan putrinya pada Bella. Arrayan melepaskan genggaman tangan Bella yang sedari tadi meremas kaos suaminya itu.
“Jangan takut, aku kenalkan sama Bibi dan sepupu perempuanku,” tutur Arrayan lembut.
Perkenalan pun dimulai dari Berliana yang menyapa Bella dengan sangat lembut dan menanyakan banyak hal tentang Bella. Sedangkan sang putri hanya menatap Bella dengan tatapan sulit diartikan. Bella semakin takut jika putri William tidak menyukainya seperti Stella dan berpikir apa yang terjadi di rumahnya akan kembali terulang yang mana Stella selalu menyiksanya.
Setelah selesai mereka kembali ke aktivitas masing-masing dan Bella seperti biasa kembali ke dalam kamar. Bella agak canggung dan bingung harus melakukan apa selama ada Bibi dan kedua sepupu Arrayan di rumah. Ia takut apa yang ia lakukan salah seperti yang ia lakukan di rumahnya. Bella mengira Berliana akan sama dengan Daisy apalagi ia bukan istri Arrayan yang sempurna seperti kebanyakan orang.
Bella berdiri di balkon kamarnya ia terus saja terbayang perkataan adiknya yang memintanya untuk berpisah dengan Arrayan. Berat rasanya, tetapi ia tidak tega menolak permintaan Stella walaupun ia selalu menyiksanya selama ini, setidaknya Stella lah saudara ia satu-satunya.
Saat Bella keluar dari ruangan sang papa di lobby ia bertemu dengan Stella dan di situlah ia tahu jika selama ini Arrayan menyiksanya karena mengira Bella lah penyebab kecelakaan yang membuat kedua orang tua suaminya yang menjadi korban. Stella berubah baik dan meminta Bella untuk merahasiakannya dari Arrayan dan ia juga menginginkan Arrayan untuk menjadi miliknya. Bella tidak menjawab Stella hanya mengatakan.
“Aku harap kau mau memberikan Arrayan padaku, kak. Kau tau kan kondisimu yang seperti tidak pantas untuk Arrayan,” ujar Stella lalu meninggalkan Bella yang mulai frustasi.
“Baiklah Stella, kakak akan memberikan Arrayan padamu, tetapi aku tidak bisa berpisah dengan cara menceraikannya. Aku akan mengakhiri hidupku saja, dengan begitu aku tidak akan melihat orang yang ku cintai bersama wanita lain. Lagi pula hidup ku juga sudah tidak berarti,”
Di situ lah akhirnya Bella berpikir ingin mengakhiri hidupnya setelah Stella pergi ia langsung berjalan menuju jalan raya, beruntungnya mobil yang hampir saja menabraknya tidak sampai membuat tubuh Bella yang terduduk itu terlindas karena pengendara langsung menginjak rem dengan cepat walaupun agak terlambat membuat Bella mengalami luka ringan, setelah dibawa ke rumah sakit pengendara langsung menghubungi Johan karena saat itu Bella pingsan dan kebetulan ponselnya berada di tangan pengendara itu.
*
*
“Mom, apa bener itu istrinya kak Arrayan?” tanya Jesicca putri semata wayang Berliana dan William.
“Kata Daddy sih begitu,” jawab Berliana.
“Kok mau sih dia jadi istri kak Arrayan, dia kan pria galak dan sangat dingin,” ujar Jesicca.
“Mereka di jodohkan,” ujar Berliana.
Tiba-tiba Jesicca bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar orang tuanya,”Kamu mau ke mana? Sebentar lagi makan malam,” pekik Berliana.
Jesica tidak menjawab karena dirinya keburu menghilang dari pandangan sang Mommy. Jesicca berlari menuju kamar Bella dan Arrayan ia ingin mengetuk pintu, tetapi seseorang menarik tangannya,”Arrggh … Seaan!” kesal Jesicca.
“Syutt, Diam! Kamu mau ngapain? Mereka sedang bertengkar jangan ikut campur,” ucap Sean dengan suara pelan.
Jesicca hanya diam, tangannya ditarik Sean untuk meninggalkan kamar Bella. Padahal gadis itu hanya ingin menyapa kakak iparnya. Sedangkan dua insan yang berada di dalam kamar masih saja membahas tentang perpisahan. Bella kekeh ingin berpisah, tetapi Arrayan masih ragu dengan tidak merespon istrinya itu membuat Bella sangat jengkel karena dirinya diabaikan.
Karena lelah mengoceh Bella melangkah menuju kamar mandi, ia merasa mual dan kepalanya terasa pusing. Merasa hening Arrayan berbalik ke belakang karena saat ini pria itu mengalihkan perhatiannya dengan menyelesaikan pekerjaannya dibanding harus mendengarkan Bella yang terus saja membahas perpisahan. Arrayan menutup lap topnya dan memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari memainkan ponselnya.
Tok! Tok!
“Tuan muda, Tuan William menyuruh anda untuk makan malam bersama Nona. Mereka menunggu Tuan datang,” panggil Ani dari balik pintu.
“Suruh duluan saja. Bella masih di kamar mandi,” sahut Arrayan.
“Baiklah, Tuan,” Ani pun meninggalkan kamar Tuannya lalu memberitahukan pada William agar tidak menunggu Arrayan dan Bella.
“Sudah satu jam di kamar mandi, apa dia tertidur di sana?” gumam Arrayan ia langsung bangkit dan ingin melihatnya.
Arrayan terlebih dahulu mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban dari Bella. Saat memutar kenop pintu langsung terbuka itu artinya Bella sedari tadi tidak mengunci pintu. Langsung saja Arrayan masuk dan melihat Bella sudah tergeletak di lantai.
“Bella, bangun! Kamu kenapa?” Arrayan melepaskan tongkat siku milik sang istri dan langsung menggendongnya menuju tempat tidur.
Arrayan mencari sesuatu yang bisa membuat Bella bangun, sekilas ia menatap Bella dengan wajahnya yang sangat pucat. Ia tidak tahu apa yang Bella lakukan di dalam kamar mandi hampir satu jam lamanya.
Ternyata Arrayan mengambil minyak angin agar Bella bisa sadar sembari mengoleskan minyak tersebut ke seluruh badan Bella yang sangat dingin. Sekilas Arrayan teringat perkataan Johan yang mengatakan jika Bella ingin mengakhiri hidupnya,”Gak, mungkin. Kamu gak mungkin bunuh diri kan, Bella. Aku mohon bangun!” lirih Arrayan semakin khawatir.
Arrayan meraih ponselnya menghubungi dokter pribadi keluarga Mahendra. Setelah itu Arrayan kembali membangunkan Bella yang belum juga membuka kedua matanya. Sedangkan di bawah tepatnya di meja makan William terkejut ketika melihat dokter Saka datang ia langsung menghampiri sepupunya itu dan bertanya.
Saka menjelaskan kedatangannya karena Arrayan menghubunginya, sontak semua keluarga terkejut lalu mereka mengikuti Saka sampai ke dalam kamar. Bella yang sudah tersadar pun terkejut melihat begitu banyak orang yang datang menghampirinya.
“Paman, silahkan duduk dan periksa istriku,” ujar Arrayan yang bangkit dari duduknya mempersilahkan Saka duduk untuk memeriksa Bella.
“Apa yang kamu keluhkan, Bella?” tanya Saka.
“Sudah beberapa minggu ini aku sering sekali merasakan mual, perut ku tiba-tiba terasa kram. Terakhir aku pingsan di kamar mandi karena tubuhku lemas dan kepala ku terasa sangat pusing,” terang Bella dan Saka hanya menganggukkan kepalanya seraya memegangi perutnya membuat Arrayan kesal.
Saat Saka ingin menekan sedikit perut sang istri Arrayan buru-buru memegangi tangan Saka karena ia tidak terima,”Kau mau apakan perutnya, Paman!” desis Arrayan.
“Memeriksa, apa lagi?” sahut Saka mendongak ke arah Arrayan dan mengangkat satu alisnya merasa heran.
“Sudahlah, Arrayan. Saka hanya ingin memeriksa Bella bukan ingin menyiksanya,” sindir Sean membuat pria itu tersinggung walaupun Sean hanya menyeletuk, tetapi kenyataannya memang selama ini Arrayan sudah menyiksa sang istri karena dendam yang salah.
“Kapan kau menstruasi?” tanya Saka seraya memeriksa perut Bella yang terasa keras.
“Sudah dua bulan aku tidak menstruasi,” lirihnya sembari tertunduk malu.
Saka membereskan peralatannya,”Aku tidak bisa memberikan mu obat karena kau tidak bisa meminumnya langsung, lagipula untuk sekarang aku tidak berani memberikan mu suntikan karena takut kau sedang hamil,”
Ucapan Saka tentu saja membuat semua orang melongo dan saling pandang satu sama lain,”Untuk memastikan nya beli lah tespek dan langsung memeriksanya. Setelah ada hasilnya besok langsung ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutannya,” peringat Saka lalu ia berpamitan.
William mengantarkan Saka ke luar,”Apa benar Bella tengah hamil?” tanya William masih penasaran.
“Dari gejalanya memang mengarah ke situ dan aku memeriksa perutnya sedikit mengeras,” terang Saka.
“Syukurlah kalau memang benar Bella hamil, karena Lais memang sangat menginginkan seorang cucu. Andai saja dia masih hidup pasti dia dan kaka ipar akan sangat bahagia,” lirih William menjadi sedih mengingat sang kakak.
“Mereka juga pasti bangga padamu karena sudah menjaga Arrayan dan mendapatkan jodoh seperti Bella yang selalu sabar menghadapi keponakan kita yang sangat arogan dan keras kepala. Kedua orang tuanya saja terkadang kewalahan apalagi Bella yang menjadi istrinya,” ujar Saka.
“Kau, benar,” balas William.
*
*
Dengan perasaan cemas bercampur bahagia Bella sedang memandangi benda yang berbentuk persegi panjang itu. Tidak lama garis dua pun muncul membuktikan jika Bella memang benar-benar mengandung buah cintanya dengan Arrayan. Bella menangis menghadap cermin seraya menutup mulutnya merasa bahagia dan beralih memegangi perutnya yang masih rata.
Akan tetapi, senyuman itu luntur ketika ia mengingat perkataan Stella.
“Aku harap kau mau memberikan Arrayan padaku, kak. Kau tau kan kondisimu yang seperti tidak pantas untuk Arrayan,”
“Aku harus bagaimana? Kalau Arrayan tau aku hamil pasti dia semakin tidak ingin berpisah denganku,” gumam Bella merasa bingung dengan kabar bahagia ini.
Cekllek
Pintu kamar mandi terbuka, Arrayan yang sedari tadi sudah menunggu di depan pintu langsung meraih benda yang berada di tangan Bella. Senyumannya merekah ia menatap Bella dengan kedua matanya yang berkaca-kaca dan langsung memeluk sang istri.
Namun, dengan cepat Bella melepaskan pelukan suaminya,”Jangan senang dulu, walaupun aku hamil, Mas harus tetap menceraikan aku!” seru Bella.
“Baiklah, kalau kau tetap memilih bercerai setelah itu aku akan memenjarakan Stella!” pekik Arrayan.
*
*
Bersambung
😅