Scandal

"Sial!" umpat Maxim saat dia di kejar-kejar oleh polisi karena malam ini adalah malam transaksi mereka.

Tapi ada orang yang membocorkan rencana mereka malam ini hingga membuatnya harus berurusan lagi dengan mereka.

Maxim semakin menjadi-jadi dan dia tidak memikirkan apa efek keburukan dari apa yang dia perbuat saat ini. Bukan hanya senjata terlarang saja yang dia produksi, tapi dia juga memproduksi obat-obatan terlarang dan sejenis narkoti*a lainnya.

Maxim tidak memikirkan orang lain saat ini karena yang dipikirkannya adalah kepuasan batinnya sendiri. Dia merasa puas dengan apa yang dilakukannya saat ini dan itu adalah salah satu cara untuk dirinya menghilangkan bayangan Anna.

Dia tidak ingin fokus pada wanita lagi, tujuannya saat ini adalah menambah kekayaannya agar tidak ada orang yang bisa menyainginya. Maxim tidak ingin orang-orang bisa melalui dirinya. Dia bersikap semakin dingin dan tak tersentuh.

Bahkan Mark saja pun sudah tidak bisa bicara dengan baik-baik lagi. Dia membatasi diri dari orang-orang lain, termasuk Mark juga.

Seperti saat ini, barusan jadi hendak melakukan transaksi tapi tiba-tiba kegiatan mereka di digerebek. Maxim benar-benar marah dan dia membabi buta.

Dia menghabisi orang-orang tersebut, dan tidak membiarkan mereka hidup. "Tidak ada yang bisa menghentikan ku! tidak seorang pun!" ucapnya dengan geram.

Dia bener-bener marah. Maxim tidak akan memberikan orang-orang itu selamat darinya.

Tapi tiba-tiba saja ada sebuah peluru yang menembus bahunya. "Ahk..." Maxim berteriak saat peluru panas itu menembus bahunya.

Lagi dan lagi Dia harus berurusan dengan hal-hal seperti ini. Mark sudah mengatakan bahwa dia tidak boleh melakukan hal itu. Tapi Maxim masih bersikeras dan Dia tidak mendengarkan apa yang temannya itu katakan.

Dia benar-benar sudah dibutakan sekarang ini. Maxim semakin tidak terkontrol dan tidak ada seorangpun yang bisa bicara dengannya.

"Sh*t!" umpatnya dengan kasar ketika rasa sakit itu semakin menjalar di tubuhnya.

Sungguh, rasa ini benar-benar sakit hingga membuatnya berusaha untuk menahannya.

Maxim tidak memiliki waktu lagi dan dia harus segera pergi dari tempat ini. Dia harus bisa melarikan diri dan menyelamatkan dirinya dari para b******* itu.

"Kepar*t!!" umpatnya lagi ketika mereka berusaha menyerangnya.

Maxim berusaha melarikan diri dari ke jalan mereka. Tidak peduli apa yang terjadi padanya saat ini yang jelas dia benar-benar harus bisa melepaskan dirinya dari kejaran mereka semua.

Bahkan ponsel miliknya sudah jatuh dan dia tidak tahu gimana jatuhnya benda tersebut. Kali ini Maxim benar-benar harus bisa melarikan diri. Jika tidak maka habislah dia. Dia tidak memiliki siapapun sekarang ini jadi dia harus mengandalkan dirinya sendiri.

Dia berusaha menahan rasa sakitnya sampai ia tidak sadar, bahwa saat ini dia berlari menuju rumah Anna.

Ketukan pintu yang begitu keras membuat Anna kaget. Siapa yang datang ke rumahnya malam-malam seperti ini?

Entah mengapa tiba-tiba saja dia berpikir bahwa anak orang jahat yang ingin merampok rumahnya. Tapi jika dipikir-pikir lagi, mana ada orang yang mau merampok dengan menutup pintu rumahnya lebih dulu.

"Buka pintunya, Anna...ahk..." Maxim benar-benar sudah tidak kuat lagi.

Tubuhnya semakin lemas, apalagi dia sudah berlari sejauh ini. Dia berharap bahwa Anna akan segera membuka pintu rumahnya.

Maxim sangat membutuhkan pertolongan yang saat ini. Jika tidak, maka dia akan ketahuan dan mereka akan mendapatkannya.

"Buka pintunya, Anna...." suaranya terdengar berat dan semakin lemah.

Maxim terjatuh, dia sudah tidak sanggup lagi menopang berat tubuhnya. Dia sudah kehilangan banyak darah dan tenaganya juga sudah habis.

Dia bahkan tidak sanggup lagi hanya untuk mengetuk pintu rumah Anna agar wanita itu mendengarnya.

"Tidak! aku tidak akan mati hanya karena hal seperti ini." tekadnya masih sangat kuat, sampai di mana dia mendengar suara sirine polisi dan dia berusaha sekuat tenaganya untuk bangkit.

Tidak ada pilihan lagi, dia harus memanjat untuk bisa masuk ke dalam kamarnya Anna. Dia harus bisa melakukannya.

Apalagi polisi semakin dekat. Maxim benar-benar berusaha agar dia bisa memanjat sampai ke lantai 2 tempat di mana kamar Anna berada.

Dia benar-benar berusaha untuk memanjatnya dan ternyata dia berhasil. Maxim bisa sampai di kamar Anna dengan selamat dan saat itu juga Anna membuka pintu rumahnya.

Tepat saat Anna membuta pintu rumahnya, mobil polisi juga berhenti di depan rumahnya dan mereka langsung turun untuk bertanya tentang keberadaan buronan mereka.

Anna sendiri kaget saat polisi itu mendatanginya dan bertanya tentang seseorang padanya. Dari apa yang polisi ceritakan tentang ciri-cirinya membuat Anna berpikir bahwa dia seperti mengenal ciri-ciri tersebut.

Tapi di mana Dia pernah bertemu dan melihat orang dari apa itu jelaskan polisi ini. Dia yakin bahwa dia seperti para pertemuan dengan ciri-ciri tersebut. Tapi di mana?

"Tidak, Saya tidak melihatnya dan saya juga tidak pernah bertemu dengan orang tersebut." jawab Anna dengan penuh keyakinan karena dia merasa bahwa memang dia tidak pernah bertemu dengan orang tersebut.

Mungkin Dia pernah bertemu dengannya tapi dia tidak tahu dan dia juga tidak ingin memberikan keterangan yang salah. Jadi lebih baik dia mengatakan bahasa Jepangnya tidak pernah bertemu dengan ciri-ciri orang yang di jelaskan.

"Anda yakin?" ditanya polisi untuk memastikan bahwa jawaban dari wanita ini memang benar.

"Ya, saya sangat yakin bahwa saya tidak pernah bertemu dengan orang tersebut. Lagi kenapa saya bertemu dengan orang-orang seperti itu? apalagi Anda mengatakan bahwa dia adalah jaringan pengapian terbesar di kota ini. Itu adanya dilakukan orang baik dan saya tidak ingin berhubungan orang-orang seperti itu. Saya lebih baik hidup sederhana seperti ini daripada harus mengenal orang-orang seperti itu." jelasnya lagi karena memang itu yang dia pikirkan.

Mendengar jawaban dari pemilik rumah membuat mereka semua mengerti. Mereka jika berpikir bahwa wanita ini jujur dan dia tidak berbohong.

"Kalau begitu kami permisi, Nona." pamit mereka dari rumahnya.

Anna sendiri masih diam di depan pintu rumahnya dan tak lama dia kembali menutupnya. Dia masih berpikir ciri-ciri yang polisi sebutkan tadi.

"Tidak! mana mungkin dia. Ya, tidak mungkin Maxim!" dia berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa memang bukan Maxim orang yang dicari polisi tersebut.

Akhirnya setelah itu Anna pergi ke dapur dan kembali ke dalam kamarnya. Tepat saat dia membuka pintu kamarnya, Anna langsung kaget dan berteriak ketika melihat Maxim yang bersandar di tempat tidurnya.

"Ahk..." Anna berteriak ketika melihat pria itu yang terluka parah dan bahkan lantai kamarnya saja pun sudah bersimbah darah.

"Jangan berteriak. Cepat ambilkan pisau dan lilin. Bawakan pemantiknya juga. Aku membutuhkan itu sekarang!" titahnya dengan suara yang sangat kecil.

Sungguh, Anna tidak bisa bergerak dari tempatnya saat dia melihat Maxim dalam keadaan seperti itu.

Bersambung