Kihana Betaria Lutfi terpaksa menerima perjodohannya dengan pria yang sangat ia benci.
Ayahnya mengatakan jika keluarga nya memiliki hutang pada keluarga Dude yang tidak bisa di lunasi dan keluarga Dude menginginkan Hana menjadi istri dari anak pertama mereka bernama Reynan Dude yang juga merupakan guru di tempat Hana sekolah.
Pernikahan mereka di rahasiakan dari seluruh guru dan pihak sekolah karena Hana tidak ingin di keluarkan dari sekolah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Waktu bergulir semakin cepat.
Tanpa di sadari Rey dan Hana sudah sebulan menjalani biduk rumah tangga. Hari berlalu tanpa terasa saat ini Hana akan menjalani ujian semester. Semakin hari Hana semakin terbiasa menjalani perannya sebagai seorang istri juga pelajar. Ia sudah bisa membagi waktu nya untuk belajar dan melayani Reynan dengan baik. Mereka pun kini sudah memutuskan untuk pindah ke apartemen mereka sendiri. Setelah 3 Minggu menikah, Rey dan Hana meminta izin pada kedua orang tua Hana untuk pindah ke apartemen yang telah di belinya.
Seperti pagi ini. Hana bangun lebih pagi dari biasanya, karena pagi ini adalah hari pertama Hana mengikuti ujian semester. Hana bangun pukul setengah 6 pagi untuk menyiapkan sarapan untuknya juga Rey. Hana sudah bisa memasak meskipun hanya masakan sederhana.
Setelah mandi Hana langsung menuju ke dapur untuk membuat sarapan. Hari ini Hana membuat nasi goreng dengan telur mata sapi. Setelah selesai Hana membuatkan kopi hitam kesukaan suaminya lalu meletakkannya diatas meja makan. Tepat pukul 6 pagi sarapan sudah terhidang diatas meja. Hana langsung menuju ke kamar untuk membangunkan Rey.
"Abang! Bangun sudah jam 6." Hana menggoyangkan baju Rey pelan. Rey melirik sekilas penampilan Hana dengan rambut setengah basah dan masih memakai gaun tidur semalam. Semalam mereka kembali melewati malam panas.
Mengingat hal semalam membuat senjata Rey di bawah sana kembali menggeliat dan berdiri tegak. Rey menarik Hana hingga tubuh Hana terjatuh diatas tubuhnya.
"Wangi, sudah mandi ya?" kata Rey sambil menelusupkan tangannya kedalam pakaian Hana.
"Hmm, udah dari tadi. Abang bangun gih, mandi terus sarapan. Hana mau ganti baju dulu." kata Hana hendak bangkit dari tubuh Rey. Tapi Rey menahannya dengan kuat.
"Abang, lepasin. Nanti kesiangan."
"Hari ini kan ujian semester masuk kelas jam 8 jadi kita bisa berangkat agak siang." kata Rey.
Hana tak bisa membantah perkataan Rey. Ia hanya pasrah saat Rey kembali mengungkungnya dan meraup habis bibirnya.
Rasa perih dan kebas pada bagian intinya karena gempuran Rey semalaman seolah menghilang, berganti dengan rasa nikmat hingga membuat Hana mendesah.
30 menit kemudian setelah Rey menumpahkan semua bibit unggulnya ke dalam rahim sang istri, ia membopong tubuh Hana dengan keadaan sama-sama polos ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuh bersama.
Tepat pukul 7 lebih 15 menit Rey dan Hana sudah siap untuk sarapan. Dan setengah 8 mereka berangkat ke sekolah beriringan.
Hana menggunakan mobilnya dengan diantar pengawalnya dan Rey menggunakan mobilnya sendiri. Hana dan Rey memang tidak pernah berangkat sekolah bersama, karena tidak ingin ada orang yang curiga dengan kedekatan mereka berdua.
Sesampainya di sekolah, Hana sampai lebih dulu. Ia melihat mobil suami memasuki gerbang sekolah. Dengan senyum mengembang ia menuju ke kelasnya. Meski terasa tidak nyaman di bagian intinya Hana berjalan cepat menuju kelasnya.
Rey yang memperhatikan Hana dari dalam mobil merasa kasihan melihat istrinya berjalan tertatih karena ulahnya yang tidak bisa menahan diri.
Saat sampai di kelas. Hana langsung menuju ke tempat duduknya. Karena ini ujian, jadi setiap siswa hanya boleh duduk sendiri. Satu kelas di bagi menjadi 2 kelas karena siswanya duduk sendiri-sendiri.
"Na, Lo kenapa sih gw perhatiin cara jalan Lo beberapa hari ini selalu kaya kesakitan gitu?" tanya Laura. Laura, dan Lusi duduk di belakang Hana sementara Sarah berada di kelas sebelah.
Hana tersenyum kecut mendengar pertanyaan Laura. Ia kembali mengingat keperkasaan sang suami sehingga membuatnya seperti ini.
"Iya, gw perhatiin cara jalan Lo agak beda, kaya bulan lalu, bulan lalu juga Lo pernah jalan kaya gitu. Sedikit ngangkang kaya orang habis di perawanin." Timpal Lusi. Dan di angguki oleh Laura.
Mendengar perkataan Lusi membuat Hana tersedak ludahnya sendiri.
Uhuk
Uhuk
"Lo orang ini ngomongin apa sih, Gw cuma lagi datang bulan aja kok. biasalah nggak nyaman sama pembalutnya." kata Hana berbohong. Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Karena pasti akan membuat Laura dan Lusy tak henti-hentinya mengajukan pertanyaan.
Mendengar penjelasan Hana Laura dan Lusi mengangguk paham. "Pantesan, makanya pilih pembalut yang nyaman." kata Lusi.
"Iya, biasalah. Nyokap yang beli jadi asal ambil aja."
"Eh Na, bukannya siklus haid kita nggak pernah beda jauh ya. Biasanya kalo gw haid baru satu atau dua hari Lo baru ikutan haid. Tapi kok ini nggak ya. Gw malah udah selesai seminggu yang lalu. Kok Lo baru haid sih?" tanya Laura. Biasanya memang seperti itu, siklus haid Laura dan Hana memang tidak berbeda jauh. Jadi Laura merasa heran karena Hana haid setelah ia selesai seminggu lebih.
Mendengar perkataan Laura. Tenggorokan Hana terasa tercekat. Pasalnya ia belum datang bulan sama sekali bulan ini, apakah ia hamil, padahal ia tidak pernah telat minum pil KB yang di berikan oleh ibu mertuanya.
"I-iya nggak tau lah. Buktinya sekarang gw haid, mungkin memang siklus gw yang berubah kali." kata Hana gugup.
"Iya juga ya." kata Laura. Memang siklus haid seseorang bisa saja berubah karena berbagai faktor.
Lusy merasa ada yang janggal dengan tingkah laku Hana, ia sejak tadi melihat gelagat aneh dari Hana. Seperti ada hal yang di tutupi. Pasalnya tidak hanya hari ini saja Hana datang dengan cara berjalan yang sedikit mengangkang, ia sudah memperhatikan sejak sebulan lalu.
Merasa Lusy memperhatikannya, Hana merasa risih. Ia tak berani menatap mata Lusy karena takut akan mendapatkan pertanyaan lainnya.
Saat Laura sedang mengobrol dengan teman yang lainnya. Lusy mendekati Hana dan menatap matanya. Ia bahkan memindahkan kursi milik temannya yang duduk di depan Hana. "Ada yang Lo sembunyiin kan?" tebak Lusi.
Hana menatap Lusy dengan tatapan entah, karena sepertinya Lusy tidak bisa di bohongi.
"Pliss deh Na, kita udah hampir 3 tahun bersama. Jangan pernah di tutup-tutupin. Pak Lo sama pak Rey udah,-" Lusy menghentikan perkataanya dan memberikan kode dengan kedua telapak tangannya yang saling bertumpuk.
Hana langsung mendelikkan matanya, tak menyangka jika Lusy berpikir sejauh itu.
"Apaan sih Lo, nggak jelas." sanggah Hana kesal.
"Nggak bisa bohongin gw Hana. Mungkin Laura sama Sarah bisa Lo bohongin. Tapi gw nggak! Gw tau Lo nggak datang bulan, pas Laura datang bulan bahkan lo nggak datang bulan, awas hamil. Lo masih sekolah!" kata Lusy lalu pergi menuju bangkunya meninggalkan Hana yang ketakutan mendengar perkataan Lusy.