Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Warna Baru
Pagi ini ada yang berbeda di kediaman keluarga Bellin. Pria yang enam tahun terakhir jarang beraktivitas di pagi hari, tiba-tiba berolahraga dan bersenandung. Kinara yang mendengar laporan dari penjaga, merasa sangat heran dan bergegas keluar kamar untuk membuktikan laporan tersebut.
(Hah? Ini mataku tidak salah melihat 'kan? Leon ... dia bangun pagi?)
Ini adalah keanehan yang sangat nyata. Kinara sampai kehabisan kata-kata saking tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Selamat pagi, Nyonya."
"Astaga!"
Kinara berbalik ke belakang saat seseorang menyapa. Dan betapa terkejutnya dia melihat sosok yang tengah tersenyum sambil memegang lap di tangan.
"L-Lisa?"
"Iya, Nyonya. Ada apa?" sahut Lisa santai.
"K-kau di sini? Kok bisa?"
"Maksudnya bagaimana ya? Apa aku sudah dipecat gara-gara absen sehari?" Lisa menebak-nebak. "Kemarin aku sakit, Nyonya. Jadi tidak bisa datang untuk bersih-bersih di sini."
Semalam saat Lisa mencari tahu tentang sayembara yang dimaksud oleh Tuan Richard, dia sempat kaget karena ternyata Nyonya Kinaralah yang membuat sayembara tersebut. Bingung, Lisa kemudian meminta Tuan Lionel agar menjelaskan dengan detail. Dan rupanya sayembara itu dibuat untuk menyelidiki seseorang. Itulah kenapa dia nekat muncul di hadapan Nyonya Kinara meski semalam Tuan Lionel melarangnya keluar dari ruangan itu. Lisa penasaran sekali.
"Em Nyonya, tentang sayembara itu ... memangnya siapa yang sedang Nyonya cari? Dan kenapa juga pemenangnya akan dijadikan menantu di rumah ini? Apa Nyonya tidak khawatir kalau yang mendaftar kebanyakan berasal dari orang miskin? Tidak takut rumah mewah ini menjadi tempat penampungan mereka?"
Kinara tercengang. Benarkah kalimat tersebut diucapkan oleh orang yang menjadi alasan sayembara itu dibuat? Tetapi tunggu dulu, dia tak boleh terkecoh. Bisa jadi Lisa sengaja berlagak tidak tahu apa-apa untuk menutupi tujuan sebenarnya. Buktinya sekarang Lisa ada di rumah ini dan tanpa ragu langsung menanyakan soal rencana itu. Kinara harus waspada.
"Nyonya?"
Tak langsung menjawab, Kinara memilih untuk kembali memperhatikan putranya. Dia tersenyum, merasa menang karena rencananya membuat Lisa muncul berhasil.
"Leon adalah putraku satu-satunya. Enam tahun silam dia mengalami kejadian fatal yang membuatnya terjebak dalam jurang penyesalan. Aku tahu ini terdengar berlebihan, tapi bagi orang selembut Leon, kejadian itu adalah pukulan yang sangat berat untuk mentalnya." Kinara menghela napas. Berbalik menghadap belakang, dia menatap lekat wajah Lisa yang terlihat sedikit pucat. "Lisa, aku akan bicara langsung pada intinya. Tujuan sayembara itu dilakukan adalah karena kau."
"Aku?"
Mulut Lisa melongo. Kaget karena ternyata dirinyalah yang sedang dicari. Apa hubungannya? Apa karena dia tidak bekerja sehari? Berlebihan sekali.
"Tapi kenapa aku, Nyonya? Rasanya tidak etis kalau hanya aku tak masuk bekerja sehari, kau membuat sayembara seperti itu. Lantas hadiah yang Nyonya janjikan itu bagaimana? Ingin menjadikanku menantu di rumah ini?" tanya Lisa mencecar Nyonya Kinara agar menjelaskan.
"Siapa yang bilang akan menjadikanmu sebagai menantu di sini?" kaget Kinara. Gebrakan kata yang Lisa ucapkan selalu berhasil mengguncang seisi organ di dalam tubuh. Padahal bukan reaksi seperti ini yang Kinara inginkan. Kenapa malah dia sendiri yang terkejut?
"Di dalam sayembara itu disebutkan kalau wanita yang sesuai kriteria akan dinikahkan dengan Tuan Lionel. Termasuk juga akan mendapat bagian saham dari perusahaan milik keluarga Bellin. Masa Nyonya lupa? Kan belum tua."
Gluk
"Y-yakkk, hati-hati dengan ucapanmu ya. Aku masih muda. Lihat, bentuk tubuhku masih sangat langsing. Lihat baik-baik!" amuk Kinara tak terima dirinya dianggap tua. Enak saja. Dia menghabiskan ratusan juta setiap bulannya hanya untuk membayar biaya perawatan.
"Aku tidak buta kok, jadi Nyonya tidak perlu memintaku melihatnya baik-baik. Bentuk tubuh Nyonya seperti gitar Spanyol. Seksi dan menarik," puji Lisa sambil mengamati tubuh Nyonya Kinara. Setelah itu dia mengusap dagu sambil menganggukkan kepala. "Suami Nyonya sangat pandai memilah barang bagus. Aku salut."
"Jadi apakah aku masih terlihat tua di matamu?"
"Untuk sekarang sih belum. Tetapi beberapa tahun ke depan, sudah pasti kulit wajah Nyonya akan mulai berkeriput dan mengendur. Percayalah, Nyonya. Kau akan menjadi makhluk tua paling cantik yang pernah kutemui."
Rasanya ingin sekali Kinara menangis mendengar kejujuran Lisa. Gadis ini begitu pandai melambungkan perasaannya, tapi di detik selanjutnya dia akan langsung ditarik jatuh sampai ke dasar bumi. Sakit, tapi tak kuasa melawan. Semua yang dikatakan gadis ini fakta, dan Kinara tak bisa menampik.
(Lho, kenapa aku malah berharap pujian dari Lisa? Harusnyakan aku bersikap serius dan memarahinya. Kenapa malah asik sendiri?)
"Nyonya, Tuan Richard itu seperti apa sih orangnya?" tanya Lisa tiba-tiba terpikir mencari tahu tentang orang yang telah menolongnya. Seperti ada dorongan kuat untuk menyelidiki pria itu.
"Ada apa kau menanyakan tentang supir itu?" Kinara balik bertanya. Raut wajahnya berubah serius seketika.
"Ingin tahu saja."
"Tidak mungkin tidak ada alasannya. Jujur, ada hubungan apa diantara kalian berdua? Atau jangan-jangan kalian bersekongkol ingin merusak kedamaian di rumah ini?"
"Apa aku terlihat seperti seorang penjahat di matamu, Nyonya? Buruk sekali. Kualifikasi apa yang ku miliki sehingga Nyonya bisa berpikir kalau aku mempunyai hubungan dengan Tuan Richard?"
Benar juga. Tapi Lisa ada di rumah ini karena kekasih Richard. Bisa saja mereka sudah mengatur rencana sebelum mempekerjakan Lisa sebagai pelayan. Jangan sampai terkecoh.
"Lisa, apa yang sedang kau lakukan di sini? Kenapa tidak mendengarkan perkataanku?"
Pandangan Lisa dan Kinara segera tertuju pada orang yang baru saja datang. Mereka diam tak menyahut, membuat pria itu mendekat dengan buru-buru.
"Apa yang kau lakukan? Bebal sekali."
"Tuan, aku tidak akan meminta maaf padamu. Semalaman aku gelisah gara-gara memikirkan orang yang sedang kalian cari. Dan tadi Nyonya Kinara sudah mengaku kalau akulah orang yang dimaksud dalam sayembara itu," ucap Lisa dengan berani. "Kenapa sih kau tidak jujur saja kepadaku. Apa semenakutkan itu pelayan ini di matamu? Aku hanya gadis yatim piatu yang miskin dan tak berpendidikan. Mengapa kalian bisa berpikir aku akan melakukan kejahatan?"
Lionel tergugu, bingung harus bereaksi seperti apa. Sedangkan Kinara, wanita itu hanya diam saja. Sedikit merasa tidak enak karena tindakannya mendapat protes dari yang bersangkutan.
"Padahal untuk makan saja aku kesusahan. Tega sekali kalian ingin menangkap dan menjadikanku sebagai menantu. Aku masih terlalu kecil untuk diminta melayani laki-laki dewasa."
"Semua tidak seburuk yang kau pikirkan, Lis. Ada alasan kuat yang mendasari. Sungguh," ucap Lionel membujuk Lisa agar tidak salah paham.
"Tidak buruk bagaimana. Jelas-jelas kalian ingin menangkapku karena mengira aku adalah orang jahat. Aku ini pelayan, Tuan, Nyonya. Walau pun aku menginginkan perubahan hidup, bukan berarti aku akan menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya. Miskin bukan berarti serakah, tak berpendidikan bukan berarti bodoh. Kalian memang lebih tua dariku, tapi itu tak bisa menjamin kalian bisa lebih dewasa dariku saat menghadap masalah. Permisi!"
Hening. Baik Lionel mau pun Kinara, keduanya sama-sama diam tak percaya mendapat petuah panjang dari seorang gadis enam belas tahun. Benarkah Lisa masih semuda itu? Ingin tidak percaya, tapi gadis tersebut belum mempunyai kartu tanda pengenal yang resmi.
"Tuan, Nyonya, Tuan Richard datang. Tolong jangan beritahu dia kalau aku ada di sini. Nanti kalau orangnya sudah pulang aku akan menceritakannya pada kalian. Oke?"
Lionel dan Kinara cengo menatap kepergian Lisa yang begitu terburu-buru. Apalagi kali ini?
"Leon, sebenarnya siapa yang jadi majikan di rumah ini? Kenapa Lisa bisa seenaknya memberi perintah pada kita?" tanya Kinara speechless sendiri akan apa yang terjadi.
Ditanya seperti itu oleh ibunya, Lionel hanya bisa mend*sah panjang sambil menggaruk rambut. Dia tersenyum simpul. "Rumah ini milik kita, Bu. Tapi jadi sedikit berwarna sejak Lisa bekerja di sini. Tolong sabar sedikit ya. Aku nyaman dengan warna baru yang hadir di rumah kita."
"Kau ... suka?"
"Ya. Dan satu lagi. Tolong jangan beritahu Richard tentang keberadaan Lisa. Entah kenapa aku merasa gadis itu mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Kita tunggu penjelasannya nanti."
Tak ada yang bisa Kinara lakukan selain menyetujui permintaan Leon. Ya sudahlah, siapa tahu feeling putranya benar.
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara