Hai ketemu dengan karya mommy terbaru lagi.
happy reading.
Yolanda Fox, wanita bersuami Mikel Smit sudah lima tahun bahtera rumah tangganya harus tergoncang dengan kehadiran orang ketiga yang di nikahi oleh suaminya tanpa sepengetahuannya.
"Kenalkan dia adalah Nikita istriku yang kedua," dengan santai Mikel berucap.
"KAU! TEGA!" marah, kesal, kecewa, hancur hatinya menjadi satu saat di paksa hadir ke rumah orang tua suaminya. di kira mau di cemooh atau di omong mandul seperti biasanya.
"Tunggu, Ola! Jangan buat seolah aku salah besar! Ini suamuanya karena kamu! Kamu tidak bisa hamil!" bentaknya.
Yolanda dengan menyeka air matanya dan menghempaskan tangan suaminya yang menenahannya lalu keluar dari rumah itu tanpa pamit lagi.
"Kamu tega!!!!!!!!" teriaknya di dalam mobil yang masih di halaman itu.
"Aku tidak terima!!!! aku harus membalas ini!!!!" amarah yang membuncah dalam dirinya.
Bagaimana kisah kelanjutan Yolanda? Apakah mampu memisahkan madunya? atau dia memilih pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24: Rencana masa depan Ola
Waktu berlalu begitu cepat. Setahun sudah sejak kehidupan Ola berubah drastis. Kini, hidupnya lebih tenang bersama lei, putranya yang bertambah lagi usinya. Namun, di balik ketenangan itu, ada rasa jenuh yang perlahan lahan mulai merayap dalam dirinya. Ola merasa telah cukup waktu bersembunyi dari dunia luar. Hatinya mulai gelisah, dan dia merasa perlu melakukan sesuatu yang baru, sesuatu yang bisa memberinya semangat hidup lebih.
Aku rasa sudah mulai bosan, aku harus melakukan sesuatu disini. Ya aku harus diskusikan dengan mereka. Pikir Ola dalam hatinya.
Ola duduk bersama Helda di teras belakang rumahnya, di mana mereka sering berbincang santai sambil menikmati teh hangat. Helda, yang selalu peka terhadap perubahan suasana hati Ola, segera menyadari ada yang berbeda dari sahabatnya itu. Helda memang diminta untuk kerumahnya kali ini.
"Kamu terlihat tidak seperti biasanya, Ola," ucap Helda sembari menyeruput tehnya.
"Ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Helda.
"Aku hanya merasa... jenuh. Setahun berlalu, dan aku merasa sudah waktunya untuk melakukan sesuatu yang lebih. Aku tidak bisa terus bersembunyi seperti ini." ucap Ola setelah menghela napas panjang, lalu tersenyum tipis dan. Helda mengangguk.
"Aku mengerti. Lalu, apa yang ingin kau lakukan?" tanya Helda lagi.
Ola terdiam sejenak, lalu matanya berbinar seiring dengan munculnya sebuah ide yang sudah lama terpendam.
"Aku pernah berpikir... aku ingin melukis lagi. Dulu, aku selalu melukis untuk menenangkan diri, tapi hanya sebagai hobi. Sekarang, aku ingin mencoba membuatnya menjadi sesuatu yang lebih. Mungkin aku bisa membuka galeri kecil untuk karyaku. Bagaimana menurutmu?" tanya Ola.
"Itu ide yang brilian! Kamu selalu berbakat dalam melukis, Ola. Aku yakin banyak orang yang akan tertarik dengan karyamu. Galeri? Mengapa tidak?" ucap Helda tersenyum lebar, senang mendengar Ola memiliki semangat baru..
Percakapan mereka terus bergulir tentang rencana tersebut. Dalam hati, Ola merasa bahwa ini adalah langkah pertama untuk benar benar bangkit kembali. Melukis selalu menjadi pelarian yang menenangkan baginya, dan kini ia ingin menjadikannya lebih dari sekadar hobi. Membuka galeri adalah cara untuk kembali terhubung dengan dunia, tanpa harus sepenuhnya melepaskan kedamaian yang telah ia bangun selama ini.
"Baiklah, kalau menurutmu ini bagus. Aku akan memulai kembali dengan hobiku ini, untuk galeri aku masih punya tabungan yang akan kita cari nanti," ucap Ola dengan senyumannya.
"Nah gitu, ini baru Ola! Aku kira kamu akan kembali menjadi sekretaris Axel?" pikir Helda.
"Awalnya memang begitu, tapi setelah di pikir ulang dan melihat aku tidak bisa jauh dari Lei, ya mau bagaimana lagi," ucap Ola.
"Baiklah, asal kamu bahagia dan tidak menyembunyikan masalah lagi dariku. Aku tidak suka, kita berteman bukan suka saja tapi duka pun harus bersama kita lalui. Aku memang tidak sekaya Axel tapi setidaknya aku wanita yang bisa dengan bebas kamu tumpahkan rasa," ucap Helda.
"Terima kasih, Helda. Aku akan mengingat ini, kamu memang sahabatku," peluk Ola.
***
Beberapa hari kemudian, Axel mengetahui rencana Ola melalui Helda. Tidak butuh waktu lama bagi Axel untuk menawarkan bantuan.
"Jadi, kamu ingin membuka galeri seni?" tanya Axel saat mereka sedang duduk bersama di ruang tamu Ola. Axel sudah mengenal sisi kreatif Ola, tetapi ide tentang galeri ini benar benar menarik perhatiannya.
"Ya, hanya ide kecil. Aku tidak tahu apakah itu akan berhasil atau tidak, tapi aku ingin mencobanya. Melukis selalu menjadi cara bagiku untuk mengekspresikan perasaan, dan mungkin ini bisa menjadi sesuatu yang lebih." ucap Ola tersenyum malu.
"Kamu berbakat, Ola. Karya karyamu layak untuk dipamerkan. Aku bisa membantumu. Kita bisa menyusun rencana untuk membuka galeri, mulai dari tempat, promosi, dan semuanya. Aku akan menghubungi beberapa kenalanku untuk memastikan galeri itu mendapatkan perhatian yang layak." ucap Axel mengangguk, tampak serius mendengarkan.
Mata Ola terbelalak kaget.
"Axel, ini hanya ide kecil. Aku bahkan belum tahu apakah aku siap untuk itu." terkejut Ola.
"Kalau kamu merasa siap, aku akan ada di sini untuk mendukungmu. Aku percaya pada bakatmu, dan aku yakin banyak orang lain juga akan menyukainya. Kita lakukan ini pelan pelan, tidak perlu terburu-buru. Yang penting, kamu menikmati setiap prosesnya." ucap Axel tersenyum lembut.
Mendengar keyakinan Axel, semangat Ola semakin menguat. Dia tidak menyangka Axel akan begitu mendukung rencananya. Rasa takut dan keraguan yang semula menghantuinya perlahan hilang, digantikan oleh antusiasme yang baru. Axel mulai membantu Ola merencanakan semuanya, mulai dari mencari lokasi yang tepat untuk galerinya hingga strategi promosi.
Selama beberapa bulan berikutnya, Ola tenggelam dalam dunia melukis. Ia menghabiskan waktu di studio kecil di rumahnya, menciptakan karya karya baru yang mencerminkan perjalanan hidupnya. Setiap goresan kuas di kanvas adalah curahan perasaannya dari rasa sakit hingga kedamaian yang kini ia temukan. Karya karyanya begitu personal, dan Ola berharap orang lain bisa merasakan emosinya melalui lukisan lukisannya.
Axel, seperti yang dijanjikannya, menjadi media promosi terbaik bagi Ola. Dengan koneksi yang luas dan pengaruhnya, dia memastikan bahwa berita tentang galeri Ola menyebar dengan cepat. Setiap langkah diambil dengan hati hati, memastikan bahwa saat galeri itu dibuka, orang orang sudah menantikan karya karya Ola.
"Ini seperti mimpi," lirih Ola suatu hari kepada Axel, saat mereka berdiri di depan bangunan galeri yang hampir selesai. "Aku tidak pernah berpikir aku akan sampai sejauh ini." ucap Ola yang masih tidak percaya bisa terwujud ide kecilnya.
"Ini bukan mimpi, Ola. Ini kenyataan yang kau ciptakan sendiri. Dan aku yakin, ini baru permulaan." ucap Axel menoleh padanya, tersenyum bangga.
Dengan galeri yang hampir siap dibuka, Ola merasa lebih hidup daripada sebelumnya. Dia tidak hanya menemukan cara untuk mengisi kekosongan dalam hidupnya, tetapi juga menemukan kembali dirinya yang hilang. Melukis, yang dulu hanya menjadi pelarian, kini menjadi jembatan yang menghubungkan dirinya dengan dunia luar.
"Kamu sudah siap dengan duniamu yang baru Ola?" tanya Axel yang baru selesai persipan akhir galery Ola.
Sebuah galery yang di beri nama YOLEEE dalam beberapa hari kedepan. Semua media promosi sudah di sebarkan, oleh Axel dan teamnya. Ola hanya fokus melukis dan jika ada yang kurang dari tempat galerinya akan di tambahkan Axel.
Ola dengan cepat menganggukkan kepalanya.
"Pasti, Axel. Aku sudah siap memulainya. Aku pun sudah siap jika harus berhadapan dengan masa laluku." jelas Ola.
"Memang ini di luar dugaanku, lebih cepat aku kembali ke depan publik," lanjut Ola.
Terima kasih Tuhan, kesempatan ini tidak akan aku sia siakan begitu saja. Aku sudah mengikhlaskannya, namanya seharusnya sudah tidak ada lagi di hatiku, karena aku hanya mengingat sakitnya dimadu.
...****************...
Hi!!! Tinggalkan jejak kalian disini ya.
Keren banget 🔥😍