DIBUANG ANAKNYA, DIKEJAR-KEJAR AYAHNYA?
Bella tak menyangka akan dikhianati kekasihnya yaitu Gabriel Costa tapi justru Louis Costa, ayah dari Gabriel yang seorang mafia malah menyukai Bella.
Apakah Bella bisa keluar dari gairah Louis yang jauh lebih tua darinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Bella terkejut mendengar ucapan Louis, seketika Gabriel diseret oleh pengawal dan pria itu terus memberontak.
"Lepaskan, aku! Lepaskan, aku!" teriak Gabriel.
Teriakan Gabriel terus terdengar sampai suaranya perlahan menghilang.
Bella buru-buru berdiri begitu Gabriel meninggalkan ruangan dan menjauh dari Louis yang masih duduk di sofa dengan tersenyum puas.
"Bella, tunggu!" Louis menarik tangannya, membuatnya terhenti sejenak.
"Kenapa? Aku cuma akting tadi. Kamu tahu itu, kan?" ucap Bella.
Louis berdiri, mendekatinya perlahan. Dia menyentuh pipi Bella dengan lembut dan hendak menciumnya lagi. Namun, sebelum Bella bisa mundur lebih jauh, Louis sudah meraih pinggangnya dan menariknya mendekat. Bella tersentak ketika Louis memeluknya erat dan menempatkan tubuhnya di pangkuan. Wajahnya sangat dekat dengan wajahnya.
"Louis, hentikan!" kata Bella.
Louis tersenyum kecil, tak mempedulikan peringatan halusnya. Bibirnya perlahan mendekati leher Bella, dan dia merasakan desahan napas hangat di kulitnya.
Bella memejamkan mata, berusaha menenangkan diri. "Louis, serius. Ini nggak benar..."
"Tapi aku serius," bisik Louis di dekat telinganya.
Dia menguatkan diri dan menahan napas sebelum menarik dirinya dengan cepat dari pelukan Louis. Kali ini, Bella tidak memberi kesempatan Louis untuk menahannya lagi.
"Jangan paksa aku! Aku tadi cuman akting!" teriak Bella.
Louis menghela napas panjang, jelas frustrasi, tapi dia tetap menatap Bella tanpa berkata-kata. Gadis itu lalu agak menjauh supaya tidak dimangsa lagi oleh pria menyebalkan itu.
"Jadi benar Gabriel dikurung di ruang bawah tanah?" tanya Bella.
"Aku tidak pernah main-main," kata Louis.
Bella melangkah mundur, merasa ngeri. "Kenapa kamu bisa setega itu? Kenapa kamu harus mengurungnya?"
"Kamu mengkhawatirkan dia yang sudah menyakitimu?" tanya Louis kembali.
Bella terdiam sejenak, lalu bertanya dengan suara pelan.
"Apa dia anak kandungmu atau anak tirimu?"
"Kalau ingin tahu semuanya kamu harus menikah denganku dulu," kata Louis.
"Aku tidak sudi!" ucap Bella.
Telepon Louis tiba-tiba berdering, Louis menatap layar sejenak sebelum mengangkatnya. Suaranya berubah serius, berbicara dengan nada tegas.
"Ya, aku akan datang. Segera," ucap Louis singkat sebelum menutup telepon dan kembali memandang Bella.
Bella mengambil kesempatan ini. "Aku mau pulang ke rumah orang tuaku."
"Kamu tidak bisa pulang," jawab Louis.
"Apa maksudmu? Aku cuma mau ambil beberapa pakaian," kata Bella.
"Orang tuamu secara tidak langsung sudah menjualmu padaku. Mereka tidak akan keberatan kamu tinggal di sini selamanya."
"Aku yakin mereka akan menebusku!" kata Bella.
Louis mengangkat bahu dengan santai, seolah masalah itu tak seberapa penting. "Ini kenyataan. Mereka berhutang banyak padaku, dan sekarang kamu adalah bagian dari kesepakatan itu."
"Aku cuma mau ambil pakaian. Itu saja!"
Louis melangkah mendekat.
"Semua yang kamu butuhkan ada di sini. Pakaianmu, kebutuhanmu, semua itu sekarang menjadi tanggung jawabku," ucap Louis.
Bella mundur, merasa semakin terperangkap. "Aku nggak bisa hidup seperti ini. Kamu nggak bisa memaksaku."
Louis menatapnya dengan dingin. "Aku tidak butuh pemberontakan. Aku bisa baik dan bisa jahat, sebelum aku berubah menjadi iblis sebaiknya kamu menuruti apa kataku."
Bella langsung merinding, dia tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Apakah masa depannya akan terhenti begitu saja dan selamanya akan menjadi tawanan Louis?
Beberapa saat kemudian.
Alister menyalakan mobil, mesin menggeram pelan sebelum melaju keluar dari halaman. Bella duduk di sebelah Louis sambil terdiam tapi pandangannya terpaku ke luar jendela, mencoba menghindari kontak mata dengan Louis. Suasana di dalam mobil terasa tegang seperti ada sesuatu yang tak terucapkan di antara mereka.
Setelah beberapa menit dalam, Louis memecahnya keheningan.
"Jadi pesta pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?"
Bella menelan ludah, merasa perutnya mual dengan pembicaraan itu.
"Terserah," jawabnya datar, tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya.
"Terserah, ya? Tidak ada yang kamu inginkan khusus? Warna tertentu, tema, mungkin tempat?"
"Terserah," jawab Bella.
"Biasanya calon pengantin wanita sangat bersemangat tentang detail pernikahan mereka. Pasti ada sesuatu yang kau inginkan."
"Terserah," jawab Bella lagi.
"Kamu benar-benar tidak peduli, ya?"
Bella hanya menghela napas dan mengulang, "Terserah."
Louis tersenyum kecil.
"Mau aku cium?" tanyanya sekali lagi.
"Terse..." Bella langsung terdiam.
Tanpa aba-aba Louis menciumnya lagi, Bella hanya diam dan tidak bisa melawan. Permainan Louis memang lebih nikmat dari pada Gabriel. Setelah beberapa saat berciuman, Bella mengusap bibirnya.
"Aku akan atur semua pernikahan kita sesuai keinginanku karena kamu tidak mau memberi saran," kata Louis.
Di sisi lain.
Di ruang bawah tanah yang gelap dan dingin, Gabriel berteriak, suaranya serak karena kelelahan, tapi dia tidak menyerah. Tangannya terikat, dan tubuhnya lunglai di kursi yang terasa semakin keras setiap kali dia mencoba bergerak.
"LEPASKAN AKU! Louis akan membayar untuk ini! Aku akan melaporkan semuanya ke mama! Dia akan tahu apa yang kamu lakukan, kamu psikopat!"
"Sudah cukup! Kamu membuat terlalu banyak kebisingan. Tidak ada gunanya berteriak di sini," kata penjaga.
"Louis akan tertangkap! Mama pasti akan datang, dan aku akan menceritakan semuanya!"
"Kamu benar-benar harus diam sekarang, Gabriel. Jika kamu terus berisik, aku akan memindahkanmu ke tempat yang lebih tidak nyaman," kata penjaga.
"Kamu pikir aku takut? Louis mungkin punya kendali sekarang, tapi dia nggak bisa selamanya menahanku di sini!" teriak Gabriel.
Penjaga itu mengangkat alis, kemudian mendekatkan wajahnya ke Gabriel. "Jika kamu terus mengganggu seperti ini, kamu akan dibawa ke ruang bawah yang lebih seram, tempat yang bahkan lebih gelap dari sini, dan kamu tidak akan suka berada di sana."
Gabriel langsung terdiam, dia sejak dulu memang tidak menyukai Louis walau selama ini hidup bergelimang harta dengan uang ayahnya itu. Sekarang kebenciannya semakin mendalam saat Louis malah menjalin hubungan dengan Bella.
"Aku tidak akan biarkan ini terjadi," gumam Gabriel.
Kembali ke Louis dan Bella...
Setelah mobil berhenti di depan gedung yang mewah, Louis turun lebih dulu dan kemudian Bella menyusul. Bella keluar dengan langkah pelan, masih merasa canggung berada di sisi Louis. Suasana terasa semakin aneh ketika seorang wanita setengah baya dengan dandanan berkelas berjalan mendekat. Dengan elegan, dia melepas kacamata hitamnya dan menatap Louis dengan tatapan penuh kebencian yang jelas.
Giselle, mantan istri Louis, menatap mereka berdua dengan sinis. Matanya dengan cepat mengamati Bella yang berdiri di samping Louis dengan canggung.
"Sugar baby-mu berganti lagi rupanya. Kamu benar-benar tidak berubah, selalu mencari yang muda dan naif," kata wanita itu.
"Bella bukan sugar baby. Dia calon istriku," jawab Louis.
"Apa? Kamu ingin menikah lagi? Dengan dia?"
"Benar. Kami akan menikah."
Bella merasa seperti tersambar petir mendengar kata-kata Louis, meskipun ini sudah dibicarakan sebelumnya. Dia akan dinikahi pria yang jauh lebih tua darinya, walaupun Louis tampan tapi tetap saja usia tidak bisa dibohongi.
"Louis, kamu gila? Apa kamu benar-benar akan menikahi gadis ini? Lihatlah dia terlihat biasa saja. Hahaha seleramu turun?" ejek Giselle.
Louis hanya menatap Giselle dengan dingin. "Ini bukan urusanmu lagi."
"Seleramu benar-benar turun," kata Giselle.
Louis langsung menggandeng tangan Bella supaya masuk ke dalam gedung dan membiarkan mantan istrinya itu terus mengoceh. Namun, di sisi lain Bella tersinggung dengan ucapan ibunya Gabriel, ternyata mulut pedas Gabriel menurun dari ibunya.
"Louis, bagaimana kamu bisa menikahi wanita mulut ember kayak dia?" tanya Bella.
Louis menoleh. "Kamu cemburu? Sabar saja, sayang. Kamu akan segera aku nikahi."
Sepertinya Bella salah bertanya.
Sial! Seharusnya aku tidak bertanya. Gumam Bella.