Suamiku Ternyata Bos Besar

Kenyataan mengenai identitasnya tidak mungkin disembunyikan selamanya. Dia harus segera memberi tahu Maya bahwa dia adalah Putra Kedua dari Keluarga besar milyarder dan juga Presiden andi Group.

Di tengah malam, setelah berolahraga, Andi menggendong Maya yang kelelahan masuk ke dalam kamar mandi, membersihkannya, dan kemudian membawanya kembali ke tempat tidur, mengenakan piyama bersih dan lembut pada tubuhnya.

Dalam suasana hangat dan penuh kasih sayang ini, Andi secara naluriah ingin membuka hati, dan dengan suara lembut ia berkata, “Sayang, jika saya adalah orang kaya, apakah kamu akan lebih ingin bersamaku?”

“Kamu sudah cukup kaya sekarang.”

“Saya maksudkan, jika saya adalah tipe orang kaya yang berasal dari keluarga terhormat, seperti putra keluarga milyarder. Jika saya adalah Putra Kedua dari Keluarga milyarder, apakah kamu akan lebih senang tinggal di sampingku?”

Maya perlahan membuka matanya dan menatapnya dengan ekspresi penuh kebingungan. “Jika kamu adalah Putra Kedua Keluarga milyarder, saya bahkan tidak mau bersamamu.”

Hati Andi terasa seperti terjatuh ke jurang yang dalam, seolah-olah terperosok ke dalam kegelapan. “Mengapa?”

“Karena Rena bilang, Putra Kedua Keluarga milyarder itu sangat playboy, berganti pacar seperti berganti baju, dan tidak memiliki kemampuan apa-apa. Meskipun dia anak orang kaya, tetapi begitu kotor, saya tidak mau sama sekali.”

Sigh!

Semua ini adalah kesalahannya!

Dulu dia membiarkan rumor ini beredar tanpa menanggapi, berpikir bahwa ini bisa menenangkan ibunya agar tidak mencarikan dia pasangan. Kini, kenyataannya berbalik menjadi batu sandungan yang diakui oleh istrinya.

“Bagaimana jika saya adalah Presiden andi Group? Konon, Presiden andi Group tidak tertarik pada wanita, menjaga diri, dan tidak pernah terlibat skandal. Apakah kamu menyukai tipe seperti itu?”

“Tidak suka. Tipe orang kaya seperti itu, berkuasa dan berpengaruh, bahkan jika mereka mempermainkan wanita, tidak akan ada jurnalis yang berani melaporkannya. Konon menjaga diri itu hanyalah rekaan belaka. Rena sudah bilang padaku, di lingkungan mereka, tidak banyak pria yang benar-benar menjaga diri. Banyak yang bahkan belum genap delapan belas tahun sudah mencari wanita. Saya sangat mengantuk, tidak mau bicara lagi denganmu.”

Maya membalikkan badan, mendorong lengan Andi, dan menyelipkan dirinya ke dalam selimut untuk tidur lelap.

Andi duduk di tepi tempat tidur, merasakan hati yang dingin dan hampa.

Rena benar-benar sahabat yang baik, mencampuri urusan pernikahan bisnisnya tanpa rasa kasih.

“maya, saya bukan orang seperti itu,” Andi mengeluh sambil menarik selimut dan menyelipkan dirinya ke dalamnya, memeluk istrinya yang lembut dan harum, sambil menghela napas berkali-kali.

Siang harinya, tiga sahabat berkumpul untuk makan siang. Rena mengeluarkan dua undangan dan berkata, “Malam ini Keluarga rena mengadakan pesta pertemuan keluarga. Putri kecil mereka akhirnya ditemukan, dan mereka mengundang banyak tamu. Saya dan tunangan akan pergi bersama. Tapi kalian juga tahu, tunanganku pasti akan mencari teman-teman bodohnya di sana. Saya butuh teman! Selama kalian ada di sana, saya akan menendang pria bodoh itu dan fokus bersenang-senang dengan kalian.”

Reni mendengus, “Kamu takut tunanganmu meninggalkanmu, jadi kamu mengundang kami untuk dijadikan alat, ya?”

“Alat? Kalian berdua ini adalah kecantikan yang memikat! Begitu kalian hadir, pasti akan menarik perhatian semua pria. maya, ibumu bukan khawatir kamu tidak bisa menikah? Ini adalah kesempatan bagus untuk menemukan pria kaya yang tampan. Teman-teman, saya akan membantu kamu memilih, tidak ada pria dari kalangan anak-anak kaya di Bandung yang tidak saya kenal,” Rena berkata sambil menepuk dadanya, bertekad untuk menjadi mak comblang.

Maya berkata dengan santai, “Kamu bukan bilang bahwa pria-pria di lingkungan itu sangat liar dan tidak dapat dipercaya?”

Rena terdiam sejenak, lalu batuk dengan taktis. “Tetapi ada juga permata yang jarang ditemukan!”

“Lalu bagaimana kita bisa beruntung menemukan permata itu? Kemungkinannya terlalu kecil. Saya lebih baik pulang dan menulis, setidaknya tokoh pria di bawah tanganku tampan, kaya, dan setia.”

Rena meneguk sedikit anggur merah yang mahal, lalu dengan jari-jarinya yang ramping dan putih, ia menyentuh ujung hidung Reni. “Dengan sikapmu yang hanya berkhayal tentang pria di dunia dua dimensi, dan tidak berusaha mencari pria nyata, saya meragukan kamu akan menghindari kesepian seumur hidup. Jangan sampai ibumu mengusirmu dari rumah, ya.”

Reni terbangkit emosi, mencengkeram leher Rena yang ramping. “Saya tidak mungkin jomblo selamanya! Dengan penampilan saya yang menarik, mencari pacar itu sangat mudah!”

Maya menimpali, “Benar! maya benar, jika saya seorang pria, saya pasti menyukai gadis manis dan imut sepertinya.”

“Hehe, kamu mendengar itu? maya tidak berbohong. Rena, pikirkanlah tentang dirimu sendiri. Kamu tahu, menikah itu seperti menginjak kuburan; sekali terperosok, kamu akan terjebak dalam lumpur, dan sedikit saja kelalaian akan membuatmu menyesal seumur hidup!”

Rena tampak marah. “Saya tidak akan menyesal! Setelah tidur dengan tunanganku, saya akan langsung memutuskan semuanya!”

“Apakah kamu yakin bisa melakukannya?” Reni menantang dengan berani. “Oh, dan satu lagi, kamu sudah setahun berbicara besar, tetapi bahkan otot perut tunanganmu pun belum kamu sentuh. Lihatlah maya, dia sudah tidur bersama pria itu dan menikmati semua itu. Dia terlihat berseri-seri, jelas terlihat sudah dirawat dengan baik.”

Maya yang biasanya tenang pun tidak bisa mengabaikan ejekan itu. Ia meraih wajah Reni dan mencubitnya. “Kamu sudah terlalu berani, apa yang membuatmu menarik saya ke dalam masalah ini?”

“Bersama dalam suka dan duka. Kini, rena paling iri padamu,” jawab Reni.

“Tidak benar!”

Dia tidak berbohong. Saya memang iri padamu, maya.” Rena berkata dengan jujur, tidak pernah menyembunyikan perasaannya di depan dua sahabatnya yang telah lama dikenalnya.

Dengan dagu bersandar di tangan, ia tampak anggun dan sedikit menyedihkan, seperti makhluk cantik yang kekurangan kasih sayang. “Andai saja tunanganku memperlakukan saya seperti suamimu memperlakukanmu, saya pasti sudah tersenyum lebar seperti bunga matahari, membawa speaker dan mengumumkan kepada dunia bahwa saya adalah wanita paling bahagia di dunia!”

“Cek cek cek…” Reni merasa bersalah atas ucapan gegabahnya, lalu berkata, “rena, maaf ya, saya tidak bermaksud menyudutkanmu. Saya hanya bercanda, kamu juga tahu, kita sering berkelahi.”

“Tetapi saya menganggapnya serius. Begitu saya menyadari bahwa semua yang kamu katakan itu benar, hati saya terasa sangat sakit. Kamu tahu, saya sudah menyukai tunanganku sejak kecil, tetapi setiap hari saya justru berdebat dan berusaha menarik perhatiannya. Kenapa dia tidak merasakan apa-apa sama sekali? Bahkan jika itu seperti hampa,. Uhuhuh, betapa menyedihkannya, saya kira saya bisa bahagia.”

“Baiklah, baiklah, jangan bersedih. Pria itu tidak ada artinya! Kamu cantik dan kaya. Mari kita… ya, mari kita beri pelajaran untuk pria bodoh itu!” Reni berusaha mencari cara untuk menghibur.

“Lalu kita pergi ke mana untuk memberikan pelajaran? Saya biasanya hanya bergaul dengan para sosialita.”

“Bukankah ada pesta? Kami akan menemanimu, membantu mencari pria muda.tunanganmu sudah hampir sepuluh tahun lebih tua darimu, dia sudah tua dan bau. Pilihlah seseorang yang sepuluh tahun lebih muda darinya, bawa pulang, dan biarkan tunanganmu merasakan betapa ‘cantik’nya dia dari kepala hingga kaki.”

Rena menghapus air matanya dan menunjuk Reni dengan kukunya yang terawat. “Kamu yang bilang akan menemani saya ke pesta, jangan menarik kembali kata-katamu.”

？？？

Reni merasa ada yang tidak beres, melihat ekspresi putus asa di wajah Maya, ia tiba-tiba menyadari dan marah. “Oh, jadi kamu berpura-pura, Rena! Betapa hebatnya kamu dalam mencari simpati!”

“Saya tidak mencari simpati! Apa yang saya katakan itu benar.” Rena membelokkan kepalanya dengan manis. “Lagipula, kalian sudah setuju menemani saya ke pesta. Jika kalian menarik kembali, saya akan bergantian tidur dengan kalian! Tidak akan membiarkanmu menulis novel, tidak akan membiarkanmu berduaan dengan suamimu!”

Maya teringat dan bersinar matanya. “Kalau begitu, saya tidak akan pergi. Silakan datang dan cari saya,hahhhaaha…