NovelToon NovelToon
Istri Tujuhbelas Tahun

Istri Tujuhbelas Tahun

Status: tamat
Genre:Tamat / perjodohan / nikahmuda / Cinta setelah menikah / Cinta Paksa / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Titin

Akeno seorang lelaki pengusaha berwajah oriental itu terpaksa menikahi wanita muda berusia tujuhbelas tahun demi mengikuti keinginan neneknya kesehatan neneknya yang memburuk memaksanya menuruti kemauan neneknya.

Gadis muda yang memiliki sifat dewasa itu diam diam mencuri hati Akeno. Ini sangat bertentangan dengan keinginannya. Akankah Akeno mampu menepis rasa yang terlanjur singgah dihatinya? Sedang pesona Gresia Ananta begitu nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Titin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Gresia menatap pantulan dirinya di cermin. perlahan dia menyentuh bibirnya menggunakan jemarinya yang halus. Entah sudah berapa kali Akeno mencium bibir ini dan dia selalu menikmatinya.

Gresia mendesah berat, Akeno tak pantas untuknya. Pernikahan ini hanya demi menyenangkan hati nenek. Tapi sekuat apapun dia membentengi diri, sekuat itu pula rasa terhadap Akeno datang meruntuhkan pertahannya. Kadang hal ini membuatnya prustasi.

Ketukan halus dipintu membuatnya tersadar dari lamunan. Belum lagi dia menanyai siap diluar sana. Pintu kamarnya terbuka dan sosok Akeno melangkah masuk.

Akeno melangkah dengan tatapan lembut dan begitu hangat membuat tubuh Gresia membeku di tempatnya.

Akeno kenapa sosokmu begitu menawan, tidak bisakah kau bersikap dingin padaku. Sikapmu ini membuat aku mendamba sentuhanmu. Tak perduli berapa usiaku

"Belum tidur?"

"Aku baru mau tidur,"

"Hemmm, kemarilah," ujar Akeno sembari naik keatas ranjang Gresia. Gresia ingin menolak, bukankah dia harus membuat batasan pada Akeno atau dia akan jatuh kejurang pada akhirnya. Tapi kakinya justru melangkah patuh pada Akeno. Saat tangan Akeno telulur padanya tubuhnya justru menyerahkan kuasa sepenuhnya pada Akeno untuk merengkuhnya dengan hangat.

Mata Gresia terpejam erat, saat jemari Akeno menyusup kebalik baju tidurnya menjami kulit tubunya dengan lembut. Tak sadar desah lembut lolos dari bibirnya saat jemari Akeno menyentuh dua benda kenyal didadanya.

"Akeno.."

"Hmmm."

"Jangan begini..."

Akeno tak menyahut, tapi dia menghentikan sentuhannya membuat Gresia bernapas lega. Sementara Akeno menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher jenjang Gresia tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir tipisnya.

Gresia membuka matanya perlahan. Hembusan nafas Akeno yang begitu hangat meremangkan bulu romanya. Dalam dia Gresia menikmati detak jantung Akeno dengan retme yang sempurna terasa begitu menengkan hati Gresia. Kehangatan ini, dia sungguh tak ingin melepasnya.

Tidur dalam dekapan Akeno sudah menjadi candu untuknya, tubuh hangat pria itu membuatnya ingin tidur lebih lama dari waktu yang seharusnya.

Pagi harinya Gresia bangun sudah tak melihat Akeno di sisinya. Begitu juga saat sarapan pagi, dia juga tak melihat Akeno.

"Nyonya, tuan ada urusan mendadak dan harus pergi pagi-pagi sekali. Dia tak sampai hati membangunkan nyonya jadi dia hanya menitip pesan padaku," bik Sumi menyampaikan pesan Akeno sebelum dia pergi tadi pagi.

"Iya bik."

Dengan tenang Gresia menikmati sarapan paginya tanpa Akeno. Gresia baru saja meninggalkan pintu utama menuju garasi saat bik Sumi tergopoh memanggil namanya.

"Nyonya muda Gresia!" serunya dengan napas terengah.

"Iya bik?"

"Nyonya besar baru saja menelpon. Dia bilang ayah nyonya muda masuk rumah sakit pagi ini."

"Ayahku?"

"Iya nyonya, nyonya besar meminta nyonya datang kerumah sakit menjenguk ayah nyonya." jelas bik Sumi.

Gresia menatap Adrian yang tampak sudah menunggunya.

"Adrian bisa tunggu sebentar aku ganti baju dulu."

"Baik nyonya."

Tak butuh waktu lama bagi Gresia untuk bersiap. Dia bukan gadis yang rumit soal berpakaian.

Berbekal informasi dari nyonya besar, Adrian membawa Gresia kerumah sakit tempat ayahnya di rawat.

Sesampainya di rumah sakit Adrian langsung membawa Gresia keruangan ayahnya dirawat.

Terdengar keributan dari dalam ruang rawat, Suara Della yang berdebat dengan kedua putrinya terdengar sampai ke luar kamar.

Saat Gresia masuk mendadak suasana menjadi hening. Sementara ayah Gresia terbaring lemas di atas brankar.

"Kau sudah sampai? Lihatlah ayahmu sudah berapa hari ini dia menderita karena sakitnya." ujar Della sembari mengelus lengan suaminya.

Raharja dengan tubuh lemas dan pucat menatap Gresia, bibirnya berusaha mengukir senyum walau hanya garis tipis yang terlihat. Sementara di sofa Maria dan Jenifer hanya diam memperhatikan.

"Ayah menderita penyakit apa?" tanya Gresia masih berdiri ditempatnya, netra kelabunya memandang iba sosok ayahnya yang terlihat sangat kesakitan.

"Usus buntu Gres, kata Dokter harus di operasi siang ini." jelas Della sembari menatap suaminya dengan raut sedih.

"Itu bagus," sahut Gresia.

"Tapi ada sedikit masalah..." ucap Della terlihat ragu.

"Masalah?"

"Iya, i-itu biaya operasinya masih belum ada," ujar Della lirih.

Gresia terdiam. Ayahnya hanya dirawat di ruang kelas dua di rumah sakit umum. Hanya biaya operasi usus buntu saja mereka tidak punya uang.

Mereka benar-benar licik. Hanya menginginkan uang Raharja saja. Gresia menatap ayahnya dengan tatapan iba, tubuh lemahnya bahkan tak mengetuk hati mereka, malah saling lempar tanggung jawab.

Gresia memang marah dengan sikap ayahnya yang memperlakukan dia semena-mena. Tapi tetap saja darah lebih kental dari air.

Gresia ingat Akeno memberinya kartu dan isinya lumayan banyak kalau hanya untuk mebiayai ayahnya uangnya masih tersisa banyak.

Belum lagi Gresia angkat bicara, Adrian sudah lebih dulu membuka suara. "Biar saya saja yang urus administrasi ayanyah nyonya."

"Baiklah Adrian, aku tunggu disini." sahut Gresia. Dia menarik kursi lalu duduk di samping ayahnya.

Sementara Della dan dua putrinya tampak lega Gresia bersesia membiayai operasi Raharja.

Setelah semua beres, siangnya operasi Raharja dilakukan. Bukan operasi besar tapi lumayan rumit mengingat usus buntunya sudah pecah didalam.

Ponsel Gresia terdengar berdering, saat ini dia dan yang lainnya berada diruang tunggu.

"Halo."

"Kau sudah makan?" terdengar suara Akeno disebrang sana.

"Sudah."

"Bagaiamana ayahmu?"

"Sedang diruang operasi."

"Setelah urusan ayahmu selesai, kau pulanglah istirahat. Kau jangan khawatir aku akan bayar perawat untuk merawatnya."

"Tidak usah repot-repot, ayah punya istri yang sehat dan dua putri yang sangat dia manja. Aku yakin mereka mampu mengurusi ayah nanti." ujarnya sembari melirik Della dan dua putrinya.

"Hmm baiklah, sudah dulu aku akan menghadiri rapat."

"Iya."

Della menatap Gresia penasaran. Siapa yang begitu perhatian pada Gresia, tidak mungkin Akeno. Dia tak yakin Akeno memperlakukan Gresia begitu istimewa.

"Gresia, jangan bilang kau tidak mau mengurus ayah! Kau tau kami sibuk mengurusi restauran, kami tidak akan sempat mengurusi ayah," ujar Jenifer dengan mata melebar.

"Aku sudah membayar perawat untuk mengurusi ayah. Tapi aku kira ibu lebih berhak mengurus ayah daripada perawat. Bagaimana bu, kau tidak keberatan bukan?" tanya Gresia sembari menaikkan alisnya menatap Della.

"Tentu saja. Aku pasti mengurusi ayahmu dengan baik," sahut Della tanpa banyak berpikir.

"Baguslah," sahut Gresia senang.

"Adrian aku ketoilet sebentar," ujarnya lagi pada Adrian yang sedari tadi setia mendampinginya di rumah sakit.

"Silahkan nyonya."

Jenifer mendengus kesal, melihat sikap Adrian begitu menghormati Gresia dia sudah seperti nyonya besar istri dari penguasa kota A ini.

Sementara Gresia sudah selesai dari toilet berjalan tergesa menyuri koridor rumah sakit.

Brukk!

Sosok tinggi tegap tiba-tiba menubruk tubuhnya hingga terjatuh menyentuh laintai.

Gresia meringis kesakitan sembari berusaha bangkit.

"Kau tidak apa-apa?" tanya lelaki yang menabrak Gresia dengan nada khawatir.

"Maaf aku tadi terburu-buru." Imbuhnya lagi.

Gresia menengadah menatap lelaki itu dengan iris kelabunya. Pria itu tertegun menatap Gresia lekat-lekat.

"Kau," gumamnya lirih. Tubuhnya membeku menatap Gresia yang tampak bingung.

"Permisi tuan, kau menghalangiku untuk bangkit." sungut Gresia karena pria itu masih mematung dengan tubuh separuh membungkuk tepat diatasnya.

"Ah maaf, biar kubantu berdiri," ujarnya sembari mengulurkan tangannya pada Gresia.

Gresia terpaksa menerima uluran tangan Pria itu sebab dia tak bisa berdiri. "Auuww!" pekiknya saat berisaha menjejakkan kakinya untuk melanhkah.

"Astaga! Sepertinya kau terkilir. Bersandar padaku kita ke bangku itu." ujarnya sembari medekatkan tubuhnya pada Gresia. Mau tak mau Gresia mengalungkan lengannya pasa lehel lelaki itu.

Gresia duduk di bangku yang ada dilorong rumah sakit, sementara lelaki itu terlihat menelpon seseorang. Tak lama seorang dokter wanita dan dua perawat datang dengan membawa kursi roda.

Dengan mengunakan kursi roda pria itu mendorong Gresia keruangan periksa. Selama melakukan pemeriksaan iris hitam lelaki itu tak pernah lepas dari menatap Gresia. Membuat Gresia canggung, dia menatap Gresia seolah telah mengenalnya sangat lama, padahal ini pertama kali mereka bertemu.

"Kakimu terkilir nona, usahakan jangan banyak bergerak apa lagi berjalan, sebab tumpuan pada berat bandanmu bisa memicu terkilirnya semakin bertambah parah."

"Jangan lupa minum obatnya sesuai petunjuk yang tertera, jangan ada yang terlewat."

"Baik Dok."

Setelah pemeriksaan Gresia meminta pria itu membawanya keruang tinggu di lobby rumah sakit. Dia tak mau Della dan kedua putrinya melihatnya dalam keadaan seperti ini.

"Biar aku antar kau pulang, bagaimanapun kau begini semua karena kecerobohanku." ujar pria itu menawarkan diri, saat melihat Gresia berusaha menghubungi seseorang tapi sepertinya tak di respon.

Gresia beralih ke lelaki itu sembari menggeleng menolak tawaran lelaki itu. "Tidak usah, Temanku sedang menuju kemari."

Lelaki itu mendesah kecewa. "Baiklah, ini katru namaku. Simpanlah siapa tau kau butuh bantuan ku."

"Baiklah terimakasih."

Lelaki itu sepertinya ingin berbincang lebih lama tapi dia harus pergi oleh terlpon seseorang.

"Tidak apa aku tinggal disini? Aku harus pergi sekarang."

"Tidak Apa."

"Baiklah, aku pergi dulu."

Sepeninggal lelaki itu baulah Adrian datang dengan wajah panik.

"Nyonya maafkan aku." ucap Adrian penuh rasa salah. Gresia sedari tadi menghubunginya tapi karena sosok lelaki itu Adrian tidak bisa muncul di depan mereka.

"Tidak apa, antar aku pulang." Sahut Gresia sembari memperhatikan kartu nama di tangannya.

"Adam." gumamnya membuat Adrian tetcekat.

To be continuous

1
Niswah
Luar biasa
Adek Khina
Kecewa
Adek Khina
Buruk
Sunarmi Narmi
Tinggal ngak usah KB dn bikin adonan trus nnt kan hamil jg Gresia..
Ratri Gustanti
Luar biasa
Sunarmi Narmi
Ayana dijodohkan sama Andrian atau Sammy Thor biar ngak terlalu cerewet /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Sunarmi Narmi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Good//Good//Good//Good//Good//Good//Good/
Julia Juliawati
Luar biasa
Sunarmi Narmi
Yg satu pendiam dingin yg satu jg pendiam...aneh .klo dlm kehidupan sehari hari pasti ngak ada thor...anak" nya jg akan tumbuh dgn aneh /Grin//Grin//Grin//Grin//Grin//Silent//Silent/
Julia Juliawati
author perlu aqua hehee
Ami Libaan
penasaran Ama ceritanya kayaknya seru nie
Elli Elliarahma
Luar biasa
Elli Elliarahma
Lumayan
vi
cerita nya bagus... aq suka
Ida Naurah
aku baca'a sampe gemeran jg degdegan
vi
cerita nya lucu... seru.... nga Ngebosenin....
Ida Naurah
jngn dbikin hamil dulu Thor kasian si gres
maiida nst
semoga ada lanjutan nya lagi
Ida Naurah
knpa aku yg dag dig dug der ya
Ratna Wati
jadi penasaran akan lanjutannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!