NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Istri Rahasia Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Paksa / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Enemy to Lovers
Popularitas:620.5k
Nilai: 5
Nama Author: Desy Puspita

Maksud hati merayakan bridal shower sebagai pelepasan masa lajang bersama teman-temannya menjelang hari pernikahan, Aruni justru terjebak dalam jurang petaka.

Cita-citanya untuk menjalani mahligai impian bersama pria mapan dan dewasa yang telah dipilihkan kedua orang tuanya musnah pasca melewati malam panjang bersama Rajendra, calon adik ipar sekaligus presiden mahasiswa yang tak lebih dari sampah di matanya.

.

.

"Kamu boleh meminta apapun, kecuali perceraian, Aruni." ~ Rajendra Baihaqi

Follow Ig : desh_puspita

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 08 - Tidak Punya Pacar

"Loh kok eh? Jawab dong."

"Ngaco," celetuk Aruni tak terima.

Setelah tadi sempat lelah menghadapi Omanya, kini dia dihadapkan dengan Mommy-nya yang sama-sama menyebabkan sakit kepala.

Hanya karena mengetahui tentang Rajendra, dia dituduh pernah menjalin hubungan dengan berandal kampus itu.

"Mommy nggak ngaco, cuma nanya ... kan kamu kayaknya tahu banget tentang Rajendra."

Kembali Aruni berdecak, nampaknya akan sulit menjelaskan pada Mommy-nya tentang hal ini. "Kalau soal itu, tukang siomay depan kampus juga tahu kali, Mom."

"Heleh, mana mungkin tahu segitunya ... sampai pacarnya banyak saja kamu tahu hayo? Mommy wajar dong curiga, Aruni."

Mulai, agaknya orang-orang di sekitarnya mulai kumat semua, sungguh Aruni mulai curiga.

"Aduh, Mom, aku rasa yang begini nggak perlu dijelasin deh ... udah jadi konsumsi publik, bukan rahasia lagi dan di kampus dia ini terkenal bukan karena prestasinya, tapi beneran karena hal buruk yang melekat dalam-"

"Shuuut!! Aruni nggak boleh gitu!!" Mommy Zavia berdesis, sungguh dia khawatir Rajendra sampai mendengar celotehan putrinya.

Walau sebenarnya mungkin saja semua itu nyata, tapi dia khawatir saja justru jadi masalah. "Okay, Mommy percaya ... tapi sekarang sudah ya, jangan dibahas lagi, kalau dia dengar gimana?"

Sembari membungkam mulut putrinya dengan telapak tangan, Zavia menekan setiap perkataannya.

Tak terima diperlakukan semacam itu, Aruni menepis tangan Mommy-nya. Tidak kasar, hanya sekadar menyingkirkan saja.

"Apasih, Mom? Lebay banget ... orang masih tidur begitu."

"Yang tidur cuma matanya, bisa jadi telinga dan otaknya tidak, Aruni," ucap Mommy Zavia memang tampak jelas panik sendiri.

Padahal, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. "Ya biarin, toh kenyataannya begitu."

"Tetap saja, sudah ah ... Mommy mau pulang, kamu jagain Rajendra sendirian bisa 'kan?"

"Hah?" Aruni mengerjap pelan, tentu saja dia tak begitu siap andai harus menjaga Rajendra sendirian.

"Iya, kamu yang jagain ... Mommy sama Daddy harus pulang."

"Duh, Mommy bisa di sini aja nggak? Masa aku sendirian." Dia mengeluh, mulai mencari cara agar tidak mendapati tugas yang super luar biasa ini.

"Nggak sendiri, kan ada suster."

"Ck, suster kan nggak setiap detik ada, Mom."

"Haduh anak ini." Zavia memijat pangkal hidungnya, sedikit sakit kepala karena memang Aruni mulai tak bisa diajak kerja sama. "Jangan begitu ah, nanti kalau udah jadi dokter beneran kamu malah yang jaga sendirian tahu."

"Itu lain cerita, jangan dianalogiin juga lah."

Ada saja jawabannya, dan masih tetap dengan harapan Zavia masih bersedia menemaninya.

Namun, bukannya tergerak, Zavia justru semakin mantap.

"Mommy banyak kerjaan, beberapa jam lagi ada jadwal, pasien Mommy banyak yang nunggu jadi nggak bisa nemenin kamu di sini."

Bibir Aruni seketika maju beberapa senti, dan dia tak bersedia menjawab lagi. Bahkan, ketika Mommy dan Daddy-nya pamit pulang, Aruni hanya menjawab seadanya.

Sampai akhirnya, di ruangan itu tersebut hanya menyisakan mereka berdua, dirinya dan sang suami yang tadi sampai disebut makhluk astral saking tak sukanya.

Beberapa saat Aruni pandangi, sampai akhirnya dia berdecak kesal dan mengalihkan pandangan ke layar ponselnya.

Setidaknya dengan cara itu bisa menghilangkan stres karena menghadapi takdir yang sama sekali tidak sesuai prediksi.

Jemari mungilnya berselancar ke sana dan ke mari, sosial media, balik lagi ke galeri dan berakhir membuka game favoritnya.

Cukup lama Aruni membuang waktu dengan cara itu, sampai akhirnya pergerakan Rajendra sukses menghentikan kegiatannya.

Meski belum mengatakan apa-apa, tapi Aruni sudah menunjukkan reaksi dan tidak hanya diam saja.

Begitu pun sebaliknya, Rajendra juga sama, memilih diam dan hanya menatap sekelilingnya.

Dari wajahnya, Rajendra seperti ingin bertanya. Akan tetapi, beberapa saat setelahnya dia menghela napas panjang seolah baru menemukan jawaban atas rasa penasarannya.

"Kamu pingsan, kurang nutrisi dan dehidrasi kata dokternya." Aruni mulai bicara, dan pandangannya tertuju ke luar, bukan ke arah Rajendra.

"Oh, iya."

Hanya itu tanggapan yang Rajendra berikan, dan sukses membuat Aruni mengerjap pelan.

Demi Tuhan dia amat menyesal, rasanya lebih baik tidak bicara dibanding harus dia perlakukan sedemikian rupa.

"Is, gitu doang jawabnya," gumam Aruni pelan, nyaris seperti bisikan dan sengaja memalingkan muka agar tidak ketahuan tentunya.

.

.

Sembari mengayunkan kakinya, Aruni menatap ke langit-langit kamar dengan nuansa putih di atasnya.

Hal itu tak lepas dari tatapan mata sendu Rajendra yang kini tersenyum tipis.

Beberapa waktu berlalu, mereka berdua masih kompak diam membisu. Tidak ada percakapan intens layaknya pasangan, Rajendra kebanyakan memilih kembali tidur.

Sementara di sisi lain, Aruni juga terus menyibukkan diri dengan ponselnya sampai persentase baterainya berubah merah.

Sesekali mereka berinteraksi mungkin saat Rajendra harus makan siang, dan kini sudah menjelang malam.

"Aruni ...."

Aruni menoleh, ini adalah kali pertama Rajendra bicara dan memberanikan diri kembali memanggilnya.

"Kenapa?"

"Kita." Ucapan Rajendra tertahan di udara, dan hal itu membuat jantung Aruni berdegup tak karu-karuan.

Khawatir pria itu akan mengatakan sesuatu yang tidak-tidak.

"Kita bisa pulang sekarang saja tidak?" Suaranya terdengar resah, kemungkinan gelisah dan mulai muak juga.

Sejak tadi siang sebenarnya dia sudah protes lantaran tidak betah di rumah sakit.

Namun, Aruni yang enggan masalahnya semakin panjang dan menjadi sasaran kemarahan Oma Mikhayla mencoba untuk tak bersedia mengikuti keinginan Rajendra.

"Kan dokter sudah bilang harus dirawat dulu, nurut apa susahnya sih?"

"Aku tidak betah di sini, bau obat," keluhnya menatap lesu wajah cantik Aruni yang duduk tak jauh darinya.

Ucapannya seperti anak-anak, tidak mau lama di rumah sakit lantaran bau obat.

Aruni tak menanggapi keinginan Rajendra segera. Sebaliknya, dia justru kian mendekat dan mendekatkan pergelangan tangannya tepat di depan wajah Rajendra.

"Apa maksudnya?" Kening Rajendra berkerut seketika tatkala Aruni melakukan hal tak terduga.

"Cium, aku baru olesin parfum barusan," ucapnya tanpa keraguan.

Hal itu dia lakukan sebagai usahanya membuat Rajendra nyaman di sana.

Rajendra terdiam beberapa saat, matanya kini beralih menatap mata indah Aruni yang tampak tulus malam ini.

"Ck, ya sudah kalau nggak-"

"Mau-mau!!" Tangan kiri Rajendra sontak meraih tangan Aruni dengan sebegitu cepatnya.

Detik itu juga, tatapan mereka bertemu dan tak munafik, hati Rajendra berdegup kencang.

"Gimana? Wangi 'kan?" Suara lembut Aruni memecah lamunannya yang sudah terlampau jauh entah ke mana.

Gerakan Rajendra tampak kaku, dia mengangguk pelan. "Iya, wangi."

"Iya lah, Om Dewa yang kasih," ucap Aruni seketika membuat senyum di wajah Rajendra pudar seketika.

Genggamannya juga melonggar, dia tidak lagi berusaha menikmati aroma parfum di pergelangan tangan Aruni.

Aruni yang mengira bahwa Rajendra sudah selesai biasa saja, dia tidak berpikir aneh-aneh juga.

Dia kembali menggulir laman sosial media setelah sempat mengisi daya baterai ponselnya.

"Aruni ...."

"Hem?" Ogah-ogahan Aruni menanggapi, karena baru saja dia tenangkan dan kini sudah merengek lagi.

Tanpa menatap Rajendra, Aruni terus fokus menatap ponsel di genggamannya. "Sepertinya ada yang perlu diklarifikasi."

"Apa?"

"Aku tidak punya pacar di mana-mana seperti yang kamu tuduhkan."

Gleg

.

.

- To Be Continued -

1
♒ Fuji Rachma
gak tanggung² ya, Jen, langsung minta pada Sang Pemilik 🥰🥰
Hafifah Hafifah
jadi bener nih diam" jendra udah suka ama aruni
sri susanti
lanjut kak upnya,,aq dh kasi vote,,
Andriani
loh dewa kan oom nya Arumi kok bisa suka ya ma Arumi... wah lanjut deh membacanya
Rina Wati.S
hahaha...makhluk halus,jin,hayo Rajendra kamu disamain itu loh...makanya jgn nyuri2.
uda gk sabar nunggu bucin.
tp aq penasaran dr awal sinopsisnya ada kata kamu boleh meminta apapun kecuali perceraian Aruni,itu kpn ya?🤔
nuri nurdianti🐊🐊☪️
🤭🤭🤭
Siti Patimah
kalo jinnya ganteng kayak rajen Aku juga maulah di mimpiin juga🤣🤣🤣
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
Alhamdulillah ya
Siti Sholikhah
kenapa gk ada notif yaaaa...??
untung kepooo jadinya tetep buka akunnya 🤭🤭
Dwi ratna
s Aliyah apa yg jebak?😌
Zeliii... S
Aruni : bukan begitu kak, aku cuma takut pada barisan mantanmu... 😂😂😂😂
Aan
Waduh...... kesiyen deh Jendral ganteng....
Salim ah
aq tunggu jawabannya ya thor
bab 39 ,40 ,41 keeh
Zeliii... S
Rajendra.. lain kali kalo mau cium bilang dulu ya biar ga disangka mahluk gaib... 🤣🤣🤣🤣
Zeliii... S
Rajendra... memang cowok idaman banget ga memanfaatkan fasilitas Aruni..., 😍😍😍
Erna Fadhilah
nyium istri aja takutnya minta ampun ya jen 😁😁😁
nova c@em
jangan sesedih itulah baang,runi juga dah otw bucin
Ummah Intan
bukannya tidak mau cuma aruni takut dikeroyok ma mantan²mu
Zeliii... S
Mahluk Aneh itu suamimu Aruni.... itu bukan mimpi tapi nyata... 🤣🤣🤣🤣
Erna Fadhilah
hayo jen kamu hampir ketahuan sama aruni😁😁😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!