NovelToon NovelToon
3M's True Love

3M's True Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:473
Nilai: 5
Nama Author: Phine Femelia

Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^



Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Fandi mengangguk.

"Hati hati. Aku gak bisa antar kamu sampai keluar"

"Gak apa apa. Jangan dipikirkan. Aku pulang dulu"

Devie mengangguk pelan dan Fandi menepuk pelan pucuk kepala Devie lalu berjalan pergi dan Devie melihat kepergian Fandi.

"Aku minta maaf, Amour. Acuh sama kamu. Pikiran aku sungguh kalut. Aku membuat Winda sedih" pikir Devie sedih.

Keesokan harinya. Pukul 06.25. Winda selesai sarapan lalu pamit kepada papa dan mamanya. Winda berdiri.

"Gak seperti biasanya kamu pagi" kata mamanya.

"Lebih baik kepagian daripada terlambat. Khawatir di jalan macet" kata Winda bohong.

"Hati hati" kata papanya.

"Ya"

Winda berjalan pergi. Ketika di ruang keluarga Winda dipanggil.

"Win, jangan pergi dulu"

"Aku terlambat kalau gak berangkat sekarang" kata Winda dingin.

"Sebentar saja"

Winda berhenti berjalan.

"Apa lagi, Kak?" kata Winda dengan mengerutkan dahi.

Devie berdiri di hadapan Winda.

"Aku minta maaf. Sungguh. Aku gak bermaksud membohongi kamu. Aku gak bermaksud membuat kamu merasa dikhianati"

Devie merasa bersalah.

"Sebenarnya aku memikirkan perasaan kamu tapi...ketika Fandi mengatakan semuanya jujur aku gak bisa membohongi perasaan kalau aku juga mencintai Fandi. Ketika kamu jujur kepada aku kalau menyukai Fandi aku bertekad untuk mundur dan berpikir Fandi gak punya perasaan yang sama untuk aku karena selama kami dekat sikapnya gak pernah menunjukkan kalau ada sesuatu terhadap aku. Winda, kalau kamu menyuruh aku mengakhiri..."

Devie berusaha tidak sedih.

"...aku akan menuruti keinginan kamu" lanjut Devie pelan.

Winda melihat Devie dengan sinis.

"Apa benar? Kak Devie gak coba untuk bohong lagi sama aku?"

"Gak. Sekarang aku gak akan bohong kalau memang kamu menyuruh begitu" kata Devie pelan.

"Aku gak yakin"

Winda bersikap dingin.

"Kemarin saja aku bisa lihat kalian begitu mesra sampai membuat aku sakit hati. Jangan menganggap aku gak paham cuma karena aku masih SMA" lanjut Winda menekan suara.

"Aku minta maaf, Win. Tolong kamu percaya aku ya? Aku akan..."

"Bulshit!" teriak Winda.

Devie tersentak kaget. Papa dan mamanya saling melihat.

"Ma, kamu dengar suara teriakan? Papa mendengar seperti suara..."

"Seperti suara Winda, Pa. Benar, bukan?" lanjut mamanya bingung.

"Ya" kata papa dengan berhenti minum.

"Kenapa ya?"

"Lebih baik kita ke sana, Ma"

"Ya. Ayo"

Beliau berdiri. Devie merasa sedih.

"Win, kamu..."

"Aku tahu alasan Kak Devie mau mengorbankan semuanya untuk aku! Kak Devie belum tahu yang sebenarnya!" potong Winda marah.

"Maksud kamu?" tanya Devie pelan.

Winda memiringkan ujung bibirnya ke atas.

"Kak Devie bukan kakak kandung aku" kata Winda sinis.

Devie terkejut.

"Kak Devie cuma anak dari seorang pembantu yang dulu pernah bekerja di sini! Papa dan mama cuma kasihan sama Kak Devie! Sekarang Kak Devie tahu semuanya jadi gak perlu pakai topeng lagi dan sok bicara kalau mau berakhir dengan Kak Fandi demi aku!" kata Winda marah dan sesekali menuding Devie.

"Apa?" pikir Devie dengan merasa tidak percaya.

"Winda!" teriak papanya.

Winda menoleh dan melihat papanya. Di sebelah beliau berdiri mamanya. Kedua orang tuanya sangat terkejut. Akhirnya papa berjalan menghampiri Winda dan berdiri di hadapannya dengan tatapan marah.

"Beraninya kamu bicara begitu!"

"Kenapa aku gak berani ketika semuanya fakta?" kata Winda dengan mengerutkan dahi.

"Nak, sebenarnya kalian ada apa? Kenapa kamu sampai bicara begitu?" kata mamanya pelan.

"Kenapa papa dan mama masih menyimpan kebenarannya?" kata Winda protes.

"Winda, jangan ucapan kamu!" kata papanya membentak.

Winda terkejut.

"Pa,..."

"Cukup! Diam, Winda!" potong papanya teriak.

"Jadi benar aku bukan anak kandung papa dan mama?" tanya Devie dengan mata berkaca-kaca.

Beliau segera menoleh kepada Devie.

"Gak, Dev. Kamu anak kandung papa dan mama" kata papanya pelan.

"Papa bohong!" kata Winda protes.

"Winda!" teriak papanya yang segera melihat Winda dan melotot.

Winda marah dan mau bicara.

"Nak, sudah" kata mamanya pelan mencegah Winda.

"Kenapa papa dan mama gak bicara yang sebenarnya? Kak Devie harus tahu semuanya" kata Winda kesal.

"Winda, mama menyesal menceritakan semuanya kepada kamu!" kata mamanya mulai marah.

"Jadi benar, bukan?" tanya Devie dengan mengeluarkan air mata.

"Gak, Dev. Maksud mama tadi..."

"Benar" potong Devie sedih.

Devie semakin mengeluarkan air mata.

"Di mana orang tua kandung aku? Apa mereka membuang aku? Jadi mereka gak menginginkan kehadiran aku? Benar begitu?" kata Devie mulai sensitif.

Mamanya segera berjalan menghampiri Devie dan memeluk.

"Nak, kamu gak boleh bicara begitu. Kamu anak kandung..."

"Gak, Ma" potong Devie segera dengan melepaskan pelukan mamanya.

Beliau terkejut dan Devie berusaha berhenti mengeluarkan air mata.

"Faktanya gak" lanjut Devie sedih.

Akhirnya papa menghela napas pelan.

"Devie, kami sayang kamu. Kamu sama seperti Winda. Anak papa dan mama. Sejak kamu lahir kami sudah menganggap kamu sebagai anak kandung bahkan sudah sah secara hukum" kata papanya.

"Benar, Dev. Kami memang akan menceritakan kepada kamu tapi gak sekarang dan tujuannya agar kamu gak merasa kami bohong. Gimanapun juga suatu hari nanti kamu akan tahu akta kelahiranmu. Apapun kondisi kamu tetap saja...kami peduli, sayang dan selalu menganggap kamu sebagai anak sama seperti kami menganggap Winda anak"

"Aku butuh sendiri" kata Devie pelan.

Devie semakin mengeluarkan air mata.

"Aku minta maaf. Gimanapun juga aku masih gak percaya dengan fakta diriku sendiri" lanjut Devie dengan beranjak pergi.

"Devie, jangan pergi, Nak" kata mamanya memohon.

"Maaf" kata Devie pelan dan berjalan pergi.

"Devie" panggil beliau pelan.

Papanya mau berjalan menyusul Devie tapi tidak jadi karena mendengar suara Winda.

"Sebenarnya yang anak kandung siapa? Aku atau Kak Devie? Jangan-jangan aku sehingga papa dan mama lebih peduli dengan Kak Devie" kata Winda sinis.

Papa dan mamanya melihat Winda dengan terkejut.

"Apa kalian bertengkar?! Masalah apa?! Meskipun kalian bertengkar seharusnya kamu gak sampai begitu dengan kakak kamu! Kalian sama! Coba kamu ingat lagi! Apa pernah papa dan mama membedakan kalian?!" kata papanya marah.

Winda melihat ke arah lain dengan mengerutkan dahi. Devie ada di depan rumah dan bertemu dengan Fandi yang baru sampai. Fandi keluar dari mobil dan melihat Devie dengan merasa heran lalu berjalan menghampiri dan berdiri di hadapannya.

"Dear, kenapa kamu menangis? Apa Winda gak mau mendengarkan kamu dan sudah berangkat?" tanya Fandi dengan memegang tangan kanan Devie.

Devie segera melepaskan tangan Fandi dan Fandi terkejut.

"Jangan pernah peduli lagi dengan aku. Kita putus" kata Devie dan akhirnya berlari pergi.

Fandi diam terpaku karena terlalu kaget.

"Devie. Devie" panggil papanya.

Fandi menoleh dan melihat papa Devie lalu beliau melihat Fandi dan akhirnya mengedarkan pandangan.

"Selamat pagi, Om. Devie kenapa, Om? Tadi seketika..."

"Kamu siapa?" potong beliau.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!