Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 24
Tim voli Grace dan Nara sudah terbentuk, dan mereka duduk di bangku tepi lapangan, menyaksikan pertandingan basket yang seru antara para siswa kelas XI dan XII. Nara terlihat antusias, sesekali berteriak menyemangati tim basket kelas XI, sementara Grace terdiam, matanya tertuju pada Alzar yang sedang berlaga di lapangan.
"Grace, lo ngeliatin siapa tuh?" tanya Nara, menyadari tatapan Grace yang tertuju pada Alzar. "Kak Alzar, ya? Ketua basket di sekolah kita, kan?"
Grace tersipu, pipinya memerah. "Iya," jawabnya singkat, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.
Nara tertawa geli. "Eh, jangan-jangan lo naksir dia, ya?"
Grace menggeleng cepat, berusaha menutupi rasa gugupnya. "Enggak kok."
"Eh, AH liat deh, dia senyum ke arah kita!" seru Nara histeris melihat Alzar yang tersenyum ke arah mereka.
"Ugh, liat manis banget senyumnya!" Ia berbisik dengan mata berbinar.
"Alzar itu kan cowok perhatian dan ramah pada semua siswa, katanya." ucap seorang siswi di sebelah mereka.
"Iya, emmm meleleh rasanya hati ini," ucap Nara lebay.
"Ehm, lebay lo," sahut Grace.
"Oh, sorry, sorry. Ah, tunggu dulu, jangan bilang lo suka lagi dengan Kak Alzar?" tanya Nara, matanya berbinar-binar.
"Huh, sudahlah, terserah," jawab Grace, sedikit kesal.
"Hahaha, oke, oke, gue tau. Liat itu cowok paling tampan di sebelah Kak Alzar itu, Kak Shankara," kata Nara, menunjuk seorang pria tampan, tinggi dan berwajah dingin di pinggir lapangan. Shankara mengenakan kaos putih polos yang memperlihatkan otot lengannya yang kekar, dan celana basket pendek, memperlihatkan kaki panjang dan putihnya. Rambutnya yang hitam dipotong pendek rapi, dan matanya yang tajam seakan menatap tajam ke arah siapapun yang berani menatapnya.
'Jadi, itu yang namanya Shankara. Tampan juga, seperti yang di deskripsikan dalam cerita,' batin Grace, mengamati sosok Shankara dengan rasa penasaran.
'Tunggu, kayaknya gue ingat kejadian pas di parkir beberapa minggu lalu, sebelum kecelakaan Genta dan juga pertemuan pertama gue sama Zion,' batin Grace, mengingat kembali kejadian di masa lalu. "Oh, itu juga cowok yang selalu natap tajam ke gue."
"Itu Dewa, sepupu kita yang paling membela Laura dan benci kita," sahut Rene tiba-tiba dalam pikiran Grace.
'Jadi, itu salah satu penyebab kematian lo dalam cerita.'
'Hmm, lo benar,' jawab Rene, dengan nada dingin.
"Grace, lo kenapa diam? Liat itu di sekitarnya juga ada anggota intinya, kecuali El," kata Nara, menunjuk beberapa pria yang terlihat gagah dan berwibawa.
Grace kembali memusatkan perhatiannya ke lapangan, pikirannya masih melayang pada pertemuannya dengan Shankara beberapa minggu lalu.
"Em, sayang banget El dedek gemez gak satu kelas sama mereka," kata Grace, sedikit kecewa.
(Info):Shankara dan Alzar adalah sahabat sejak kecil. Mereka tumbuh bersama, bermain bersama, dan berbagi banyak kenangan. Namun, saat mereka memasuki masa remaja, jalan hidup mereka mulai berbeda. Shankara, dengan sifatnya yang tegas dan ambisius, memutuskan untuk memimpin geng motor Sanford Tiger Reign yang terkenal di kota mereka. Alzar, yang lebih tenang dan fokus pada pendidikan, menolak tawaran Shankara untuk bergabung dengan geng.
Meskipun memiliki jalan hidup yang berbeda, persahabatan mereka tetap terjalin kuat. Shankara selalu mendukung Alzar dalam karir basketnya, dan Alzar selalu mengingatkan Shankara untuk tidak terlalu terbawa oleh gengnya. Mereka saling memahami dan menghargai pilihan masing-masing, meskipun terkadang mereka terlibat pertengkaran kecil karena perbedaan pandangan mereka.
(Back to the story)
"Iya sih, sayang banget. Tapi tenang, kita kan masih bisa ketemu dia di latihan voli nanti," jawab Nara, mencoba menghibur Grace. "Lagian, lo kan udah punya Alzar, hehehe."
Grace hanya menggeleng, pipinya memerah lagi. "Nara, lo ngomong apa sih?"
Nara tertawa dan mencubit lengan Grace. "Bercanda, Grace. Tapi serius, lo suka sama Alzar, kan? Ngaku aja!"
Grace terdiam, matanya masih tertuju pada Alzar yang sedang berlari di lapangan. Ia tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Alzar, tapi ia juga takut untuk mengungkapkan perasaannya.
"Eh, liat, Alzar lagi ngeliatin kita!" seru Nara, menunjuk Alzar yang memang sedang menatap ke arah mereka.
Grace langsung menunduk, jantungnya berdebar kencang. Ia berharap Alzar tidak menyadari tatapannya yang tertuju padanya.
"Grace, dia lagi senyum ke lo!" seru Nara lagi.
Grace mengangkat kepalanya dan menatap Alzar yang memang sedang tersenyum ke arahnya. Senyumnya begitu hangat dan menawan, membuat Grace merasa gugup dan senang sekaligus.
"Grace, lo harus ngomong sama dia!" desak Nara. "Dia pasti suka sama lo juga!"
Grace menggeleng, tak berani untuk menuruti saran Nara. Ia masih terlalu takut untuk mengungkapkan perasaannya.
"Yaudah deh, terserah lo. Tapi gue yakin, lo sama Alzar bakal cocok banget," kata Nara, sambil mengedipkan sebelah matanya.
Grace hanya tersenyum, tidak menjawab. Ia masih terpaku menatap Alzar yang sedang berlaga di lapangan, hatinya dipenuhi dengan perasaan yang rumit.
Suasana lapangan basket bergemuruh, dipenuhi teriakan histeris para siswi yang bersemangat mendukung idolanya masing-masing. "Alzar! Alzar"
"Devin!" Alzian" Alzian!" teriak mereka dengan penuh semangat,
"Shankara!, Shankara"
"Isam! Dewa!" Sorak sorai mereka bercampur dengan bunyi bola memantul dan sepatu basket yang bergesekan dengan lantai. Di tengah hiruk pikuk itu, Grace duduk tenang, matanya tertuju pada Alzar yang sedang beraksi di lapangan. Ia terpesona oleh permainan Alzar. Bukan hanya skillnya yang memukau, tetapi juga aura percaya diri yang terpancar dari Alzar saat ia menguasai lapangan. Setiap gerakannya memiliki keanggunan dan kekuatan yang tak terbantahkan. Grace terpesona oleh cara Alzar mengolah bola, seolah bola itu perpanjangan dari tubuhnya sendiri. Ia menatap dengan saksama saat Alzar melemparkan bola dengan presisi tinggi, menghujam keranjang dengan ketepatan yang luar biasa. Grace terkesima melihat cara Alzar mengolah bola dengan jari-jarinya yang lincah, mengolah bola dengan kecepatan dan ketepatan yang menakjubkan. Ia terpaku melihat Alzar melewati lawan-lawannya dengan gerakan yang cepat dan luwes, seolah ia menari di atas lapangan.
Grace takjub melihat kerjasama Alzar dengan timnya, terutama dengan Shankara yang begitu kompak, seolah mereka membaca pikiran satu sama lain. Shankara, yang juga anggota tim inti Sanford Tiger Reign, menunjukkan sisi lain dari dirinya di lapangan basket.
Dengan postur tubuh yang tinggi dan kuat, ia menjadi benteng pertahanan yang tangguh, menghalau setiap serangan lawan dengan kekuatan dan strategi yang brilian. Shankara memainkan peran sebagai "anchor" dalam pertahanan, ia menempatkan dirinya di tengah, mengawasi pergerakan lawan dan menentukan arah pertahanan tim.
Ia memanfaatkan postur tubuhnya yang tinggi untuk memblokir tembakan lawan, menekan lawan dengan tekanan fisik yang kuat, dan menghalau serangan lawan dengan gerakan kaki yang cepat dan antisipasi yang tajam.
Kerjasama mereka di lapangan menunjukkan kekompakan yang luar biasa, seolah mereka telah berlatih bersama selama bertahun-tahun.