"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#24
"Minum Kasih."
Septi memberikan air minum mineral ke Kasih yang terlihat masih syok karena kejadian tadi.
"Makasih Sep."
Septi merasa kasihan dengan Kasih.
"Kamu nggak papa kan.?"
Kasih meletakkan minumannya dan menganggukkan kepalanya.
"Hah..."
Kasih menghela nafasnya.
Septi telah membawa Kasih pergi dari perusahaan sebelum waktunya pulang karena tidak mungkin juga diteruskan di sana suasananya sudah tidak kondusif. Dia sudah tidak berpikir apapun nanti dampaknya di belakang dan dipikir nanti.
"Setelah ini kita gimana Sep.?"
Kasih khawatir dengan kelanjutan magangnya.
"Kasih, yang penting itu kamu selamat dulu. Nggak usah mikir magang kita lapor ke kampus Kasih."
"Kita nggak punya bukti Sep. Hiks...hiks.."
Kasih malah menangis dan Septi memeluknya.
"Kamu tenang Kasih, kita hadapi bersama aku mau menjadi saksi kamu. Jangan takut Kasih kita bisa, kalau kita diam saja dan tidak berani dia akan semena-mena sama kita."
"Makasih ya Sep."
"Sudah jangan nangis, kita pulang yuk."
Kasih menganggukkan kepalanya. Namun saat mau beranjak adzan ashar berkumandang.
"Kita ke masjid ya Sep."
"Iya."
Mereka menaiki sepeda motor mereka masing-masing dengan Septi membuntuti Kasih dari belakang.
Motor berbelok ke masjid dan segera mengambil wudhu lalu melaksanakan sholat dhuhur.
Selesai sholat Kasih duduk di serambi masih kalut dengan pikirannya sendiri.
"Kamu langsung pulang atau ke warung dulu Kasih."
"Ke Warung Sep, ambil tempat kue dulu."
Septi melihat wajah Kasih masih seperti orang takut dan bingung.
"Kasih, telepon Mas Akmal deh saran aku."
kasih menatap Septi dan menggelengkan kepalanya.
"Kasih, dia harus tau."
"Anti Mas Akmal pasti marah Sep. Aku nggak mau Mas Akmal sampai ribut sama Pak Reza."
"Tapi Mas Akmal yang akan bisa bantu kita Kasih."
Sebenarnya Septi sudah dari tadi ingin meminta Kasih supaya menelepon Akmal namun masih ia urungkan.
Kasih terdiam lalu terasa ponselnya bergetar dan Septi pun melihat Kasih mengambil ponselnya.
"Itu panjang umur."
Kasih malah bengong, tidak buruan mengangkat telepon dari Akmal.
"Ayo Kasih jawab."
"Aku harus ngomong apa, Sep."
"Sini biar aku yang ngomong."
Septi mengambil ponsel Kasih dan yang punya diam saja pasrah.
"Assalamualaikum Kasih."
"Waalaikumsalam Mas, ini Septi."
"Kasih kemana Sep.?"
Suara Akmal terdengar khawatir tidak biasanya Septi yang menjawab teleponnya Kasih.
"Kasih, ada Mas ini di sebelah saya. Tapi bisa nggak Mas, Mas Akmal sekarang ke sini ada hal yang penting yang harus kita bicarakan."
"Tidak terjadi sesuatu kan sama Kasih."
Akmal benar-benar sudah tak tenang.
"Aman Mas, tapi Mas Akmal segera ke sini ya di masjid An-Nur. Kita butuh bantuan Mas Akmal."
Septi pintar berbicara dan Akmal langsung mematikan ponselnya dan bergegas menyusul mereka.
"Kenapa kamu minta Mas Akmal untuk ke sini, kalau dia banyak pekerjaan bagaimana coba."
"Tenang, sudah jam pulang kerja kalau dia beneran sayang sama kamu dia akan datang dan tidak peduli mau seberapa banyak pekerjaannya pasti meluangkan waktu untuk kamu Kasih."
Kasih diam saja dan mereka akhirnya menunggu Akmal sampai datang.
Sekitar 30 menit kemudian ada mobil yang masuk ke pelataran masjid.
"Kasih.."
Akmal yang sudah sangat mengkhawatirkan keadaan Kasih dia langsung berlari menghampirinya yang bersama dengan Septi ada di depan masjid.
"Kamu kenapa Kasih."
Akmal berjongkok dihadapan Kasih yang terlihat wajahnya tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Hiks..hiks..."
Kasih tak terasa mengalirkan air matanya di pipi mulusnya, Akmal rasanya ingin menggenggam tangannya mengusap air matanya dan menjadikan pundaknya sebagai sandaran untuk Kasih.
"Kasih..."
Suara Akmal lembut namun Kasih belum bisa berkata-kata. Septi memeluk tubuhnya untuk menjadikannya lebih tenang.
"Kenapa Kasih, Septi.?"
"Sebentar Mas , nanti Septi cerita sekarang Mas Akmal duduk dulu."
Akmal masih menatap wajah Kasih yang sembab karena menangis saja sejak tadi dan sabar menunggu dia mau cerita.
"Minum Kasih."
Septi memberikan sebotol air mineral dan Kasih menerimanya.
"Jadi, Kasih kenapa.?"
Akmal berani bertanya kembali setelah melihat Kasih sudah agak tenang.
"Kasih, biar aku yang cerita ya.?"
Tanya Septi, karena dia tidak mau temannya itu menangis lagi dan Kasih pun menganggukkan kepalanya.
"Kasih tadi dikantor mengalami kejadian yang tidak mengenakkan Mas."
"Apa.!!"
Akmal langsung berpikir yang tidak enak.
"Kasih, tadi dipanggil sama sekretarisnya Pak Reza katanya diminta untuk masuk ke ruangannya. Sebenarnya Kasih juga sudah menolak dan minta penjelasan kenapa dirinya dipanggil. Namun, Mbak Rina juga tidak mengetahui katanya Kasih hanya disuruh masuk ke dalam ruangannya Pak Reza."
"Terus, Kasih diapakan sama Reza.!"
Akmal semakin panas.
"Tenang Mas, karena Aku merasa tidak enak dengan melihat Kasih seorang diri masuk ke dalam ruangannya Pak Reza akhirnya aku pun berdebat sama Mbak Rina untuk minta masuk ke dalam ruangannya. Aku ditolak terus sama mbak Rina namun aku nekat handle pintu aku dorong dan Kasih..."
"Hiks..hiks..."
Kasih menangis lagi dan memeluk Septi.
"Kurang ajar Si Reza, Aku mau membuat perhitungan sama dia.!"
Akmal emosi, Kasih pun melepaskan pelukannya di tubuh Septi dan menatap ke arah Septi sambil menggembungkan kepalanya.
"Jangan Mas."
"Kasih, biarkan saja Mas Akmal bertindak. Kita harus melaporkan ini ke kampus gak usah takut." Ucap Septi.
"Tapi, kamu nggak diapa-apakan kan Kasih.?"
"Kasih tadi waktu aku masuk, ada dipojokan dan Pak Reza hampir saja menyentuhnya."
Terang Septi dan Kasih hanya menunduk.
"Cari masalah dia.!!. Berani menyentuh calon istri Ku.!!!"
Akmal sangat emosi.
"Kasih nggak disentuh kok Mas."
Kasih sambil mengusap air matanya yang menetes kembali.
"Kalau sampai Dia menyentuh kamu, sekarang juga Mas cari dia."
"Mas, nggak Mas."
Cegah Kasih.
"Kasih, kamu mau membiarkan dia seperti itu." Septi juga malah ikutan emosi.
"Kamu harus melaporkannya Kasih ke kampus supaya ada tindakan dari perusahaan untuk Dia. Enak saja sudah membuat kamu seperti ini masih dibiarkan saja. Kamu tidak usah takut Mas akan pasang badan untuk kamu."
Akmal memang sangat marah dan siap berduel dengan Reza.
"Magang Kasih gimana Mas, nanti kalau kelulusan Kasih ditunda gimana.?"
"Kamu tidak perlu takut, kamu bisa magang di perusahaan tempat Mas kerja nanti Mas yang akan mengurus semua."
"Kasih Mas Akmal bener dan tenang saja aku ada bersama kamu, kita hadapi bersama."
Kata Septi yang siap pasang badan juga.
"Bukti kita apa Sep.?, mana percaya Kampus sama kita."
"CCTV, bisa dicek."
Usul Septi karena diruangan kerjanya pasti ada CCTV.
"Tidak semudah itu kan Sep, kita minta rekaman CCTV."
"Tenang Kasih, Mas yang akan mencari bukti itu."
Ucap Akmal, Iya benar-benar merasa geram dan harus menyelesaikan masalah ini.
🙂🙂🙂🙂
masih arogan atau langsung baik😂