Berawal dari sahabatnya yang fans sekali dengan seorang Gus muda hingga mengadakan seminar yang akan diisi oleh Gus yang sedang viral dikalangan muda mudi itu.
Dari seminar itulah, Annisa menemukan sosok yang selama ini dikagumi oleh banyak orang salah satunya Bunga, sahabatnya sendiri.
Awalnya, menolak untuk menganggumi tapi berakhir dengan menjilat air ludah sendiri dan itu artinya Annisa harus bersaing dengan sahabatnya yang juga mengagumi Gus muda itu.
Lantas gus muda itu akan berakhir bersama Annisa atau Bunga?
Ketika hati telah memilih siapa yang dia cintai tapi takdir Allah lebih tau siapa yang pantas menjadi pemilik sesungguhnya.
Aku mencintai dia, sedangkan dia sudah bertemu dengan takdir cintanya dan aku masih saja menyimpan namanya didalam hati tanpa tau bagaimana cara untuk menghapus nama itu.
Bukan hanya aku yang mengejar cinta, tapi ada seseorang yang juga tengah mengejar cinta Allah untuk mendapatkan takdir cinta terbaik dari yang maha cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebuah Kata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wisuda
Toga hitam sumber kebahagiaan setiap mahasiswa kini melekat indah diatas kepala gadis minimalis dengan riasan wajah yang tampak menawan.
Annisa, gadis itu kini terlihat seperti boneka hidup dengan senyum manis yang terpancar dari wajah cantiknya itu.
Riuk pikuk kampus, menambah kesan tersendiri bagi gadis mini yang kini sudah menyandang gelar S.H, Annisa tak pernah berpikir dirinya akan berada pada titik yang sekarang.
Lika liku dalam perkuliahan cukup membuat gadis itu menjadi pribadi yang semakin dewasa dan mandiri, bahkan menjadi pribadi yang lebih lembut dari sebelumnya.
Annisa, Bunga dan Bisma memang memiliki target untuk tamat 3,5 tahun setelah itu mereka akan bekerja sesuai bidang mereka masing-masing. Bagi Annisa, mengenal Bunga dan Bisma adalah hal yang luar biasa yang Allah berikan untuknya dimana saat semua orang merasa pertemanan kampus sangat toxic tapi tidak bagi gadis itu.
Walaupun Bisma, sangat menyebalkan tapi pria itu tau bagaimana cara memperlakukan dirinya dengan baik dan Bisma juga kerap kali membantu Annisa dalam berbagai hal.
Sedangkan Bunga sendiri, gadis lemot yang sering kali membuat dirinya naik darah itu mampu memberikan kesan tersendiri bagi Annisa, pasalnya Bunga merupakan pelangi bagi gadis minimalis itu selama 3,5 tahun di kampus.
"Akhirnya WisUdah, hahaha." ucap Bunga diakhiri tawa bahagia.
"Cieee wisuda gelarnya udah, wisuda ibadah seumur hidupnya kapan?" goda Annisa membuat Bunga menatapnya tak suka.
"Apaan sih Ca! Baru juga senang, eh dibikin badmood lagi."
Annisa terkekeh melihat ekspresi Bunga saat ini, "Ada yang salah emangnya? Bukannya dulu kamu mau nikah cepat?"
Bunga menggeleng, "Itu dulu, waktu ngejar gus Habibi tapi sekarang udah nga!" tegasnya.
Annisa mengerutkan keningnya tak percaya, "Kenapa? Nikah itu enak loh." godanya lagi.
Bunga membuang nafas jengkel, "Icha! Kamu tuh bikin aku kesal deh! Kamu tau sendiri kan, kalau aku sedang menata kembali hati yang udah patah tak beraturan ini." ucap Bunga dramatis.
Annisa menggeleng tak menyangka melihat sahabatnya yang penuh drama, "Kenapa masih menata? Bukannya gus Habibi gak jadi nikah, kan udah viral itu berita."
Bunga terdiam sejenak, "Entah kenapa saat aku mendengar berita itu, aku gak ada senang-senangnya Cha, padahal dulu aku mengejarnya mati-matian."
"Udah move on?" tanya Annisa.
Bunga mengangkat bahunya, "Bukan move on tapi terlanjur patah oleh harapan."
"Hallo girl, akang Bisma come back." seru Bisma dengan riang bersama antek-anteknya dibelakang.
Pria tampan itu tampak semakin tampan dengan toga diatas kepalanya, Annisa dan Bunga cukup terpana dengan ketampanan Bisma hanya saja, itu berlangsung sangat sebentar.
"MasyaAllah, calon istriku cantik sekali." puji Bisma.
"Aku tau aku cantik, tapi jangan nyebut calon istri juga kali." balas Bunga songong.
Bisma membelalakan matanya tak percaya, "Astagfirullah, lo mimpi ya? Siapa juga yang bilang lo cantik? Gue itu lagi muji Icha, bukan kembang sepatu kek lo." geramnya.
Bunga memajukan wajahnya kedepan wajah Bisma, "Buka matamu! Aku dan Icha itu sama, kenapa kamu gak pernah muji aku sedikitpun?!" kesal Bunga, sepertinya gadis itu sedang PMS.
Bisma terdiam sembari menelusuri matik mata Bunga yang kini menatapnya tajam dengan mata yang sudah mulai basah, Bisma menarik nafas pelan, "Sorry, tumben lo baperan?" tanya Bisma merasa bersalah.
"Aku manusia, ya baper lah." ketusnya.
"Bis, udahlah! Jangan diganggu dulu." cegah Annisa yang sedari tadi diam.
Bisma hanya mengangguk, "Btw, tamat dari sini mau kerja dimana Cha?" tanya Bisma.
"Belum tau Bis."
"Gimana kalau kerja di perusahaan gue aja? Lo mau ga jadi HRD?" tawar Bisma.
"Lo serius? Gue gak punya pengalaman apa-apa Bis." ucap Annisa ragu.
Bisma mengangguk, "Gue serius Icha, gue yakin lo pasti bisa. Lo kan pintar."
Annisa tersenyum mendengar pujian itu.
"Kalau lo mau besok lo bisa ke kantor gue, alamatnya nanti gue kirim."
"Kantor kamu apa kantor bokapmu?" timpal Bunga.
"Kantor gue lah, gue perintis bukan pewaris, jangan remehin gue dong." kesal pria itu.
"Iya maaf, soalnya bentukan kek kamu anak mami, jadi meragukan jika punya perusahaan sendiri."
"Orangtua gue memang orang kaya tapi mereka tidak pernah mengajarkan gue untuk hidup enak tanpa usaha. Gue udah diajarkan hidup mandiri dari kecil."
"Kalau gak make uang dari orangtua, darimana kamu dapat uang buat foya-foya sama geng-geng kamu, bahkan kamu juga bantu biayain uang kuliah Rio saat itu." tanya Bunga kepo.
"Bunga, udah jangan mulai lagi." cegah Annisa takut terjadi perperangan dia hari indah ini.
"Dia biayain uang kuliah gue pake hasil kerja keras dia sendiri, gue tidak akan menerima bantuan Bisma jika itu uang dari orangtuanya," sahut Rio.
"Gue rasa lo gak lupa jika Bisma seorang model, selebgram dan pembisnis. Kalau lo lupa ini gue ingatin." lanjut Rio.
Bunga hanya terdiam, dirinya merasa bersalah pada Bisma. Gadis lemot itu merasa ada yang aneh dari dalam dirinya, semejak satu bulan terakhir Bunga merasa moodnya mudah sekali berantakan.
Apakah itu karena Gus Habibi?
Bungga melirik Bisma yang hanya diam, "Sorry," lirihnya.
Bisma mengangguk, "Gak papa, semua orang pasti menilai gue seperti itu, jadi gak ada masalah lagi, gue juga udah terbiasa dicap anak mami." balasnya semakin membuat gadis itu merasa bersalah termasuk Annisa.
Pasalnya Annisa pernah mengatakan jika Bisma adalah anak orang kaya yang hanya bisa menghabiskan uang orangtuanya saja.
"Lo nyindir gue?" tanya gadis itu merasa tersindir.
Bisma terkekeh, "Lo ngerasa disindir?"
Annisa mendengus kesal, "Menurut lo? Yakali ga, kan gue juga pernah ngomong kek gitu ke lo."
"Buat lo mah gye ikhlas Cha, kan gue cinta." goda Bisma.
Annisa menatapnya jengkel, "Mamam tuh cinta, lagian siapa juga yang cinta sama lo? Udah deh Bis, mending lo lupain gue."
"Gue bakal lupain lo kalau lo memang udah ada suami, kalau belum ya gue bakal tetap maju."
"Terserah! Jangan nyesal sama keputusan lo."
Bisma mengangguk, "Gue yakin sama keputusan gue kok."
"Onty, onty,,,," panggil bocil laki-laki yang kini tengah berlari kearahnya.
Terlihat sangat menggemaskan, hingga Bisma saja terpana akan kedatangan bocil itu, katakanlah Bisma kalah tampan.
Annisa menoleh kearah sumber suara, "Assalamualaikum, Hasan, kamu ke sini sama siapa?" tanya Annisa yang sudah menyamakan tinggi badannya dengan Hasan.
Hasan menoleh ke berakang diikuti Annisa, "Tama Om Bibi, tata Umah Om Bibi halus datang te atala udahnya onty." jelas Hasan sebisanya, semoga dapat dimengerti.
Habibi tampak tampan dengan balutan koko maron dan celana hitam dasar yang entah kenapa membuat pria itu semakin terlihat mempesona.
Lihat saja, semua mata menatapnya terang-terangan sedangkan yang ditatap hanya menunduk melihat sepatunya yang kini melangkah menuju Hasan dan Annisa.
"Assalamualaikum," salam pria itu yang dibalas dengan senang hati oleh semua makhluk disana kecuali Bisma.
Walaupun Bisma dan Habibi sudah saling mengenal bahkan Habibi memiliki peran dalam membantu pria itu menuju kebaikan akan tetapi tetap saja Bisma merasa jika Habibi adalah lawan untuknya.
"Selamat atas wisudanya," ucap Habibi kepada mereka semua yang direspon dengan anggukan dan ucapan terima kasih oleh mereka.
"Gus ngapain kesini? Dan bocah ini siapa?" tanya Bunga penasaran.
"Dia Hasan, anak kakak saya." jelas Habibi seadanya.
"Trus apa hubungannya dengan Icha? Dan, kenapa Hasan terlihat dekat sekali dengan Icha?" tanya Bunga semakin penasaran.
Hasan yang tadinya berdiri didepan Annisa kini meraih tangan Annisa dan memegang tangan gadis itu disebelah kiri sedangkan sebelah kanan Hasan memegang tangan Habibi, "Ini om aku, tlus ini onty aku." ucap Hasan membuat semua menatap bocah itu tak percaya sedangkan Annisa hanya menunduk malu dan Habibi melirik gadis disebelah kiri Hasan.
Bisma berjalan kearah Hasan dan mensejajarkan tinggi badannya, "Hei, onty Caa ini punya aku, bukan punya om kamu." jelas Bisma menahan kesal pada bocah itu.
Rasanya Bisma ingin menenggelamkan Hasan saat ini juga, "Ndak! Onty tuman tunya om ibi, dutan tunya om elek." kesal Hasan membuat semua orang menahan tawa karena ucapannya, baru kali ini ada manusia yang mengatakan Bisma jelek.
Bisma menyegit kesal, "Kamu bilang apa? Jelas aku lebih tampan daripada om kamu." kesalnya.
Hasan bersidekap dada dengan pipi digembungkan, "Tak ucah mimpi deh om, onty Ca ndak au tama om elek."
Bisma menarik nafasnya kesal, "Udah Bis, masa anak kecil dilawan, malu sama umur." timpal Annisa.
Bisma mendogak menatap pujaan hatinya dengan wajah memelas, oh Bisma terlihat sangat menggemaskan, "Tapi, gue gak suka lo dijodohin sama Gus Habibi, mana dia bilang gue jelek lagi." kesalnya.
Annisa tersenyum melihat wajah memelas Bisma, "Dikatain jelek aja merajuk, aslinya orang juga tau kalau itu bohong." balas Annisa.
Bisma berdiri didepan Annisa, "Jadi lo ngakuin kalau gue tampan kan?"
"Tuh liat, Onty Caa aja bilang aku tampan, kamu aja yang gak mau jujur, dasar bocil." ucap Bisma beralih menatap Hasan yang sudah menatapnya dengan tatapan perperangan.
Annisa hanya bisa membuang nafas lelah, "Mau sampai kapan berdebat seperti ini?" tanyanya jengkel sendiri.
Bisma hanya bisa terdiam saat mendapat tatapan maut dari pujaan hati, tak ingin memperpanjang masalah dengan bocil ngeselin serupa Hasan, kini Bisma melirihat Habibi yang tengah diam dengan raut wajah datar seperti biasanya sedangkan Bunga, gadis itu sibuk dengan pikirannya yang sedari tadi memikirkan apa hubungan Habibi dengan Annisa?
Mengapa Hasan terlihat begitu akrab dengan sahabatnya itu?
Bagaimana bisa Annisa bisa menjalin komunikasi dengan seorang tiktokers seperti Habibi? Sungguh, ini diluar kenyataan bagi Bunga.
Kini mereka hanya tinggal berempat lima dengan Hasan sedangkan teman-teman Bisma sudah pergi tanpa pamit saat Bisma tengah berdebat dengan Hasan.
Katakan saja jika mereka kurang etika tapi memang tak ada yang bisa dikode untuk pamit, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing membuat Danil, Randy dan Rio pergi begitu saja.
Usai perdebatan antara bocil besar dan bocil kecil kini mereka berada ditaman kampus yang cukup ramai didatangi oleh pihak keluarga wisudawan wisudawati kampus mereka.
Annisa tampak canggung saat ini sedangkan Bunga hanya terdiam sembari memahami suasana sekitar dan Bisma? Pria itu tengah bermain dengan Hasan.
Kenapa Bisa? Tentunya bisa, bukankah Bisma bocil juga jadi sesama bocil harus bisa berteman bukan?
Lihatlah kini, Bisma tengah merangkak diatas rumput taman dengan Hasan yang berlari seperti orang ketakutan. Mereka bermain harimau-harimauan dan pria seperti Bismalah yang menjadi korban Hasan saat ini.
Ditengah kecanggungan itu, suara seseorang mengintruksi mereka semua, "Assalamualaikum, maaf mba telat Icha, kamu gak marah kan?" tanya Zulaikha merasa bersalah.
Annisa berdiri menyambut kehadiran Zulaikha dan suaminya Adam, "Ngak mba, aku bahagia banget mba udah mau datang keacara aku, makasih ya mba, makasih gus Adam." ucap Annisa dengan kalimat canggung diakhirnya.
Zulaikha tersenyum bahagia melihat gadis mini didepannya itu kini sudah selesai melakukan tanggung jawabnya, namun berbeda dengan Zulaikha, Adam menatap kosong kedepan, sejak pernikahannya bersama Zulaikha, Adam menjadi lebih pendiam daripada sebelumnya.
"Eh ada gus Bibi, sejak kapan gus disini?" tanya Zulaikha yang telah menyadari kehadiran Habibi sedangkan Adam menatap sahabatnya tajam.
"Satu jam yang lalu, saya kesini karena Hasan yang minta." jelas Habibi apa adanya.
Memang mba Lala yang meminta dirinya untuk mengantarkan Hasan bertemu Annisa. Sejak kepulangan Annisa dari rumah Zulaikha, Hasan sudah menyanyakan beberapa kali tentang kapan pagi datang. Anak kali-laki Lala itu terus saja mendesak malam untuk cepat pergi agar dirinya bisa bertemu dengan Annisa, onty yang baru saja Ia kenal tapi sudah sangat lengket seperti prangko.
Adam melihat kearah Hasan dan Bisma yang tengah bermain, "Sejak kapan kalian dekat?" tanya Adam datar.
"Siapa? Yang dekat itu Hasan bukan saya." balas Habibi tak kalah dingin.
Melihat perubahan sikap antara Habibi dan Adam, Annisa yakin ada masalah diantara mereka, "Aku mengenal Hasan di acara nikahan mba Ikha kemaren." sahut Annisa.
Adam hanya mengangguk paham, sedangkan Habibi menatap sahabatnya kesal. Kenapa Adam masih saja mempedulikan gadis seperti Annisa? Bukannya Adam telah berjanji untuk setia pada Zulaikha?
Bagaimana jika Zulaikha tau sema ini? Dasar pria bodoh yang tak bisa menjaga semuanya.
Pikir Habibi geram akan tingkah Adam yang lupa akan statusnya.