Terlahir dengan tubuh fisik yang sangat lemah, Satria selalu di intimidasi oleh orang-orang sekitarnya. Namun kebangkitan kekuatan merubah segalanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Simpatict, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tim pelatihan akademi berjalan beriringan menuju hutan belantara,hutan terdekat dari kota Lore. Satria dan Alia berjalan paling belakang,sedangkan Luna dan Mimi berjalan paling depan, kemampuan Luna sangat berguna untuk mendeteksi bahaya.
"Satria, menurutmu apa yang harus kita lakukan ketika para siswa mendapatkan bahaya?," tanya Alia.
"Memangnya akademi tidak mengutus personil penjaga?," tanya Satria balik.
"Ada,tapi mereka tidak selalu bersama kita,jika benar-benar darurat barulah pihak penjaga datang," jawab Alia.
"Ada 61 siswa termasuk aku, kemungkinan besar jika terjadi serangan mendadak bisa saja jatuh korban,jika akademi tidak bertindak cepat,korban jiwa tidak terelakkan," balas Satria.
"Kamu sudah bisa berfikir sejauh itu,luar biasa sekali untuk remaja sepertimu." Ujar Alia sambil tersenyum menggoda.
Satria mengangguk. "Itu wajar,karena sebelum kita belajar di akademi,kami sudah bekerja untuk berpatroli di sekitar desa."
"Jadi tinggal di desa tidak sepenuhnya buruk, Mimi,Luna dan Bayu bisa memiliki kemampuan tempur di atas rata-rata dan kamu lebih baik lagi," puji Alia.
"Mereka bertiga dilatih oleh kepala Desa langsung, sedangkan aku berlatih dengan Shinta,jadi kalau mengatakan pengalaman tempur,mereka bertiga lebih banyak dari aku,karena mereka sering ikut berburu hewan buruan sejak kecil," jelas Satria.
Alia manggut-manggut. "Sebentar lagi kita akan sampai di tempat kemah,aku akan menemui Mimi dulu untuk memberikan arahan,biar dia yang bekerja sebagai ketua kelas." Kata Alia seraya berjalan menyusul Mimi.
Satria mengangguk,ia masih berjalan di posisi paling belakang sendirian.
Lambat laun semuanya tiba di area perkemahan,Mimi memberikan instruksi kepada semua siswa untuk membangun tenda nya masing-masing.
Mimi berdiri di depan semua siswa. "Disekitar kita sudah ada petakan tanah, kalian hanya perlu menerima nomor petakan tanah untuk membangun tenda."
Mimi mulai membagikan nomor urut untuk semua orang,setelah mendapatkan nomor,setiap siswa membangun tenda yang sudah dipersiapkan oleh akademi.
"Mimi,kenapa aku tidak mendapatkan nomor!,bahkan hanya ada 60 tenda." protes Satria.
"Maaf, nomornya hanya ada 60, sepertinya pihak akademi lupa menghitung," jawab Mimi.
Satria cemberut. "Baiklah, sepertinya aku harus tidur di dahan pohon."
"Kalau kamu mau,kamu bisa tinggal satu tenda denganku," kata Mimi menawarkan.
"Satria,kamu bisa tinggal di tendaku,biar aku saja yang tidur di luar," sahut Luna.
Mimi memelototi Luna. "Aku ketua kelasnya,kamu tidak boleh berbicara saat ini."
Luna mengerucutkan bibirnya, kemudian ia menyerahkan nomornya pada Satria. Mimi juga menawarkan hal yang sama kepada Satria.
"Kalian tidak usah berebut untuk tinggal di luar,biar Satria tinggal denganku di dalam tenda yang lebih besar," sela Alia seraya mengeluarkan tendanya yang lebih besar.
Mimi dan Luna menengok ke arah Alia dan menatapnya dengan tatapan tajam.
"Apa-apaan kalian berdua,sudah sana bangun tendanya cepat,kita ada kegiatan sebentar lagi," lanjut Alia.
Luna dan Mimi berbalik, kemudian mencari petakan tanah bagiannya masing-masing.
"Satria, merepotkan sekali gadis-gadis itu,aku harus terus mengawasinya karena Shinta yang meminta bantuan,supaya dua gadis itu tidak ribut," keluh Alia.
"Terserah padamu,aku juga tidak perduli,menjadi tampan memang sangat merepotkan." balas Satria sambil cengengesan.
"Percaya diri sekali ya,tapi aku tidak tahu bagaimana nyonya Liana menemukan ayahmu,aku bahkan belum pernah bertemu dengannya," ucap Alia.
"Mungkin ayahku sangat tampan,sampai aku menjadi seperti ini." kata Satria seraya duduk di tanah.
"Kamu memiliki sedikit kemiripan dengan nyonya Liana, kemungkinan memang diwariskan dari ayahmu tampangmu itu." Kata Alia seraya geleng-geleng kepala.
Waktu berlalu,setiap siswa sudah membangun tendanya masing-masing,Alia memerintahkan untuk membuat tim perburuan hewan buruan,untuk mereka makan bersama di malam hari.
Satria pergi bersama Mimi kali ini, sedangkan Luna,Bayu dan Ani menjadi satu tim ganjil,karena jumlah siswa yang memang tidak genap.
Menuju tempat yang agak jauh dari tempat perkemahan, Satria dan Mimi berjalan beriringan.
"Satria,kamu tinggal bertiga dengan Luna dan Ani,apa boleh jika aku ikut tinggal bersama mereka?," tanya Mimi.
"Bagaimana dengan orang tuamu,rumah itu milik Shinta,kalau Shinta mengijinkan,ya tidak masalah buatku," jawab Satria.
Mimi tersenyum masam. "Lalu kenapa kak Shinta mengijinkan Luna dan Ani tinggal serumah denganmu?."
"Itu karena waktu Shinta membawaku ke desa Kiwa,istri kepala Desa sudah banyak membantunya,jadi Shinta mengijinkan mereka tinggal sebagai rasa terimakasih," jawab Satria.
Mimi mengangguk. "Aku mengerti,jika seperti itu,aku mungkin tidak memiliki kesempatan."
Mereka terus berjalan mencari hewan buruan,tapi sebuah portal alam rahasia tiba-tiba muncul tidak jauh dari hadapan mereka.
"Portal alam rahasia tingkat D,apa kamu ingin memasukinya?," tanya Satria.
Mimi tersenyum dan menggelengkan kepalanya,ia mengeluarkan alat deteksi portal alam rahasia yang dibawanya.
"Masih baru terbentuk,itu masih bisa dihancurkan sebelum makhluk di dalamnya semakin kuat, jaraknya terlalu jauh dari kota,kalau tiba-tiba rusak,warga kota berada dalam bahaya." Ucap Mimi seraya menggunakan alat penghancur portal.
Seketika portal langsung hancur tanpa meninggalkan bekas.
"Alat yang canggih,apakah semua anggota guild Reksa memilikinya?," tanya Satria.
"Tidak, ini diberikan oleh ayahku, lagipula itu hanya portal alam rahasia tingkat D yang baru terbentuk,kalau lebih tinggi,alat ini tidak berfungsi." Jelas Mimi seraya memasukkan alatnya kedalam ruang penyimpanan.
Terus bergerak maju, Satria menemukan hewan buruan. Seekor kelinci putih yang lucu,tapi karena mereka lapar,tidak perduli dengan kelucuan seekor kelinci. Mereka memanggangnya dan memakannya dengan santai.
Satria menepuk jidatnya. "Bukankah kita seharusnya berburu untuk makan bersama nanti,kenapa sudah habis duluan."
Mimi terkekeh geli. "Kita bisa mencarinya lagi kan,jadi tidak perlu bertingkah seperti itu."
Setelah itu mereka melanjutkan perburuan, Satria menemukan hewan buruan lagi,kali ini seekor rusa yang cukup besar,setelah melumpuhkannya, Satria dan Mimi kembali ke perkemahan menggunakan teleportasi.
Alia melihat Satria dan Mimi muncul bersama seekor rusa yang cukup besar,ia tersenyum gembira. "Kalian menemukan hewan buruan dengan cepat, hadiahnya akan segera diberikan."
"Apa hadiahnya?." Tanya Satria penasaran.
"Hadiahnya adalah,kalian harus membersihkan hewan buruan itu,lalu mengumpulkan dagingnya untuk kita bakar sama-sama nanti,sambil menunggu semua siswa kembali," jawab Alia.
"Itu sih bukan hadiah,aku lelah,lebih baik aku istirahat sebentar." Balas Satria seraya berjalan menuju tenda.
Alia menatap tajam ke arah Satria,tapi ia tidak berbicara apa-apa.
Sementara Mimi sendirian mengurus daging rusa yang dibawanya.
"Kasihan sekali gadis kecil satu ini,aku akan membantumu," ucap Alia.
Mimi masih cemberut dan terdiam,yang membuat Alia bertanya-tanya. "Apa yang terjadi padamu, kenapa cemberut setelah kembali bersama Satria?."
"Tidak ada,aku hanya iri sama Luna dan Ani,yang bisa tinggal serumah dengan Satria," jawab Mimi.
Alia tertawa terbahak-bahak. "Hanya itu saja,aku pikir kamu diperlakukan buruk oleh Satria."
"Mana ada sahabat yang memperlakukan buruk pada sahabatnya sendiri," balas Mimi.
"Kalau kamu ingin tinggal di rumah Shinta,kamu harus minta ijin padanya,tapi kamu tidak boleh ribut dengan Luna hanya karena berebut Satria,kasian Satria kalau dibikin pusing oleh tingkah kalian berdua," ucap Alia.
Mimi mengangguk sambil terus membersihkan daging buruan.
Waktu berlalu,semua siswa sudah kembali dengan hasilnya masing-masing,pesta bakar-bakar segera dimulai setelah semua berkumpul di area yang luas.
Sebagai ketua kelas,Mimi memerintahkan untuk membuat sepuluh tempat panggangan,agar waktunya tidak terlalu lama.
Satria juga sudah berkumpul dengan semuanya, timnya sendiri hanya lima orang,jadi mereka mendapatkan tambahan, yaitu wanita yang selalu menatap Satria ketika berada di bus.
"Kenalkan,aku Linda,aku bergabung dengan akademi belum lama,tapi aku tidak melihatmu saat pertama kali tiba di akademi." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya ke arah Satria.
Satria menyambut uluran tangan Linda, kemudian berjabat tangan. "Aku Satria,murid yang tidak terkenal,salam kenal."
Linda tersenyum manis. "Salam kenal, semoga kita bisa menjadi teman setelah ini."
Luna dan Mimi saling menatap, kemudian melangkah ke sisi kiri dan kanan Satria. "Kamu tidak di ijinkan." Ucap mereka berdua bersamaan.
Linda tertegun sejenak, kemudian ia terkekeh melihat tingkah Luna dan Mimi.