Apa yang kau harapkan dari seseorang yang pergi tanpa pamit?Tidak menyangka Naura bertemu kembali dengan sang mantan suami. Ardan,
saat anaknya menceritakan seorang pria baik yang ia kenal. Namun, di balik kemarahannya pada Ardan, ada perasaan yang sulit di mengerti oleh Naura.
memutuskan untuk menghilang tetapi takdir selalu mempertemukan. Meski masih tidak suka dengan kelakuan Ardan. Rasa bersalah yang di tunjukkan Ardan, membuat Naura mencoba memaafkan kembali.
Dan Ardan juga mencari tahu alasan pergi tanpa pamit yang di lakukan oleh Naura.
Ketika keduanya sudah mendapatkan jawabannya. Apakah dunia akan setuju bahwa itu adalah hal yang tepat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ylfrna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Tidak Baik-baik Saja
Setelah dua hari kematian ayahnya, Naura harus kembali ke rumah Ardan. Selama dua hari itu juga ia di awasi oleh pengawal Ardan yang berjaga disana.
Saat tiba di rumah Ardan, kedua matanya menyapu seluruh sudut ruangan dengan gelisah, kali ini ia tidak ingin bertemu dengan Ardan
"A-Ardan?" Naura terlonjak kaget sehingga ia memberhentikan aktivitas menyusun pakaiannya ke dalam koper
"Kau sedang apa disini?" Tanya Naura
Ardan tersenyum hangat "Kau lupa ini rumahku!"
Kemudian Ardan menarik tubuh Naura, membawanya dalam dekapan. Naura memberontak, namun Ardan dengan cepat mengunci tubuhnya
"Kenapa kau terlalu lama pulang ke rumah? Kau membuat ku khawatir"
"Aku tidak suka jika kau menghilang"
Naura terdiam, ia berusaha menyadarkan diri bahwa Ardan lah yang membunuh papa nya
"Lepaskan aku!"
Ardan melonggarkan pelukan nya
"Aku tidak baik-baik saja ketika kau tidak ada di sisiku"
"Omong kosong! Kau tidak perlu bertingkah seakan menginginkan kehadiran ku, mulai sekarang kau tidak berhak atas diriku, kau telah membunuh papaku. Lebih baik kita bercerai, dendam mu sudah terbalaskan bukan?" Naura berkata dengan jujur
"Tidak, aku tidak akan menceraikan mu"
Ardan mendorong tubuh Naura ke atas tempat tidur, kemudian Ardan mengambil posisi untuk berada di atas tubuh Naura. Ardan juga mencekal tangan Naura sehingga ia tidak bisa lolos
"Dengarkan baik-baik, berhenti lah untuk mengatakan perceraian. Kau tau? Aku tidak akan membiarkan kau pergi dari sisiku" Ardan tersenyum menyeringai
"Sepertinya sudah lama kau tidak memuaskan ku? Sudah lama juga kita tidak melakukan hal yang menyenangkan? Bagaimana jika kita melakukan nya? " Ucap Ardan mengecup pipi Naura
"Ardan hentikan"
Ardan tertawa dengan lantang, di detik selanjutnya, Ardan berhenti tertawa
"Kau tau Naura apapun yang sudah menjadi milikku tidak boleh pergi dariku, dan kau pun tau jika dahulu Papamu sangat menginginkan ku? Dan lihat bagaimana ia berhasil menjadikan aku menantunya?"
Naura tidak menjawab, kemudian pria itu memberikan hujanan kecupan pada wajah Naura "Tetap di rumahku, jangan pernah lari dariku"
Ardan mengecup leher Naura "Agh!" Tubuh Naura menggelinjang ketika Ardan meremas kuat kedua Bongkahan nya
"He-hentikan Ardan" Suruh Naura. Namun, Ardan tidak menghiraukan nya. Ardan terus saja melakukan sesuka hatinya. Tangan nakalnya tidak berhenti menjamah tubuh Naura. Sebelum kedua matanya menangkap nama Kevin di panggilan masuk milik Naura, hingga membuat dirinya harus berhenti
Ardan meraih ponsel Naura dan menjauh dari Naura, kemudian Ardan menoleh ke arah Naura, lingkar mata yang sudah penuh amarah, rahangnya terlihat menonjol, terlihat ia akan murka
"Kau masih menyimpan nomornya? Huh?" Ardan dengan suara beratnya lalu tangannya mencengkram rahang Naura. Wajah Naura memerah karena cengkraman Ardan yang menguat
"Kau masih berani berhubungan dengannya?"
"Apa yang aku lihat di pemakaman? Seperti itu adanya kalian berdua?" Kesabaran Ardan sudah habis, ia tidak bisa menahan nya lagi
Melihat Naura hanya diam, kedua tangannya menjambak rambut miliknya, Naura memejamkan kedua matanya ketika Ardan melemparkan ponselnya ke lantai. Ardan terdiam untuk sesaat, melihat ponsel tersebut sudah pecah
"Sekarang kau mengerti kenapa aku meminta bercerai?" Ucap Naura berbohong, Ardan terdiam, wajahnya kembali terlihat menyeramkan.
Sorotan matanya mengisyaratkan kekecewaan
"Naura jangan bercanda denganku?"
"Ardan kau lupa-"
Tiba-tiba Ardan ingat soal laki-laki yang di cintai Naura, kabar burung itu ia dapat dari ibu tirinya Naura, Ardan tertawa sembari mencekik batang leher Naura dengan kuat "Sialan, wanita murahan, ternyata kau adalah wanita hina. Kau yang tidak pantas untukku Naura"
Kemudian Ardan melepaskan tangannya ketika Naura meringis kesakitan
"Kau begitu menjijikkan, berapa harga yang kau tawarkan untuk mendapatkan cinta darinya? Huh?" Amarah Ardan terlihat sangat menggebu-gebu
"Kau ingat hari dimana kau di buang oleh keluargamu? Lalu aku datang dan apa yang aku lakukan selama ini untuk menyembuhkan lukamu, menghibur mu dari keterpurukan? "
"Kau adalah wanita yang selalu ingin aku jaga, tetapi tidak denganmu, kau membiarkan dia menyentuh dan merusak mu" Tutur Ardan
"Aku sangat menyedihkan bukan? Atau kau yang sangat menyedihkan? Seharusnya dari awal aku tidak menikahi wanita murahan seperti mu. Namun semua sudah terjadi dan kau harus membayar semuanya, Naura. Kau tidak akan bisa lolos dariku"
Kini Naura hanya diam, tatapan Ardan seolah mengatakan jika dia sangat terluka, di antara milyaran wanita kenapa hanya Naura yang berhasil menikahinya? Hingga membuatnya tidak ingin kehilangan wanita tersebut
"Bagaimana kau akan menceraikan ku?" Tanya Naura, Naura juga mencari keuntungan kabur saat ini
"Seharusnya begitu, tetapi itu tidak akan pernah terjadi, jangan pernah bermimpi kau akan keluar dari rumahku, kapan perlu kau harus mati di rumah ini" Sahut Ardan kemudian pergi dan membanting pintu kamar dengan kuat
"Kurung dia di rumah ini" Suruh Ardan kepada Pengawal nya sebelum meninggalkan rumah
"Siap tuan!"
Naura tau dia tidak akan baik-baik saja setelah kejadian ini, firasat itu sudah dulu hadir, dengan pikiran yang berkecamuk Naura mempercepat membereskan pakain nya ke dalam koper.
Merasa sudah cukup, Naura langsung keluar dari kamar. Namun, ketika ia membuka pintu utama. Pintu itu sudah terkunci, bahkan sambungan telepon di rumah itu sengaja di putus oleh Ardan. Naura mulai panik tetapi tidak menemukan jalan keluar.
Naura menunggu di belakang pintu entah berapa lama yang ia habiskan untuk menunggu Ardan. Saat memasuki pukul sepuluh malam. Ardan pulang dengan wajah yang masih di penuhi amarah
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Ardan hampir saja menendang Naura dengan kaki nya
"Aku mau pulang, di rumahku masih berduka, ibuku membutuhkan aku"
"Mulai hari ini kau tidak akan mengunjungi rumah itu, karena semua peninggalan Papamu sudah menjadi milik ibu tirimu dan sudah seharusnya kau enyah dari rumah itu!"
"Tidak Ardan, aku mohon!"
"Naura, berhenti memohon untuk sesuatu yang menjijikkan"
"Ardan aku hanya pulang sebentar" Ucap Dinda dengan nada lembut
"STOP MENCARI PERHATIAN KU!" Teriak Ardan
"Dia bukan ibumu, dia juga ikut menjual mu kepada keluarga Cakrawangsa?"
"Aku tau, aku hanya pergi sebentar"
"Diam aku sudah muak atau kau yang akan ku bunuh"
"Silahkan, bahkan itu yang aku harapkan, tolong bunuh aku! Aku mohon? Aku sudah lelah dengan penyiksaan yang kau berikan. Dan kini papaku sudah tidak ada, aku tidak tau lagi cara melanjutkan hidup"
Ardan tidak merespon permintaan Naura, ia meninggalkan Naura, kini Ardan sudah mengunci dirinya di kamar. Naura menangis terisak, membayangkan kehidupannya saat ini. Kabur pun percuma di luar rumah begitu banyak pengawal Ardan yang berjaga malam.
siapa yg mo daftar lagi masih dibuka nih😌