Polisi Cantik Milik Sang Penguasa

aku update dua bab

Nafas Jayden memburu ketika melihat Darius masuk ke dalam ruangan istrinya, rasa khawatir yang dia rasakan pada Nana berubah menjadi rasa marah ketika melihat lelaki di depannya.

"Bisa-bisanya kau membuat istriku terluka!" Jayden berteriak dengan kencang, lelaki itu bahkan menatap Darius dengan tatapan amarah yang membara.

Sedangkan Darius tentu saja tidak berani menjawab ucapan Jayden, tadi kebetulan ada anak buah Jayden yang menyusul para polisi, dan memberitahukan kondisi Nana hingga tanpa pikir panjang Darius langsung menyusul ke rumah sakit, sedangkan polisi yang lain mengurus kasus yang akan mereka hadapi, tentu saja ada tim lain yang akan bergabung karena operasi besok tidak bisa di lakukan oleh tim Nana.

Nana yang sedang memejamkan mata karena kepalanya terasa pusing langsung kembali membuka matanya ketika mendengar suara teriakan Jayden pada Darius, sungguh teriakan Jayden membuat kepala Nana semakin pusing. Tapi, Nana tidak bisa berbuat apa pun, wanita itu bahkan tidak bisa berbicara, padahal dia ingin melarang Jayden untuk terus berteriak,

"A-aku ...." lidah Darius seolah kelu untuk di gerakan, bahkan dia pun tidak mampu menatap suami dari mantan kekasihnya.

"Pergi dari sini, dan jangan pernah menemui istriku.'' Jayden langsung mengusir Darius, sungguh Jayden tidak akan rela lelaki itu kembali menemui istrinya.

Waktu menunjukan pukul 7 pagi, Jayden keluar dari ruang rawat Nana, kondisi Nana sama sekali belum membaik, luka di tubuh Nana benar-benar parah, dan sekarang wanita itu sedang tertidur setelah di berikan obat oleh dokter. Dan sedari malam, setelah Jayden membentak Nana karena khawatir, Jayden tidak berbicara sepatah katapun pada Nana.

"Kenapa aku bisa sampai di sini,'' lirih Jayden, seperti biasa egonya kembali tumbuh ketika berhubungan dengan Nana, dia tidak percaya dia bisa datang ke rumah sakit ini tengah malam, padahal dari rumahnya ke rumah sakit ini membutuhkan waktu dua jam.

"Tidak, aku tidak boleh ada di sini, dia bisa besar kepala jika aku terus di sini." Sepertinya kai ini ego Jayden kembali menang walaupun di dalam lubuk hatinya da merasa khawatir, tapi egonya menyuruhnya untuk pulang karena dia tidak ingin Nana besar kepala.

3 minggu kemudian

Nana meringis ketika dokter melepas gips di tangannya, sakitnya benar-benar terasa, tapi Nana berusaha untuk tidak berteriak.

"Nona, kami akan memasang gips lagi saat anda akan pulang nanti sore, jadi tolong jangan banyak bergerak,' ucap suster hingga Nana mengangguk, dan setelah suster pergi Nana dengan pelan menyenderkan tubuhnya ke belakang.

iNi dah 3 minggu berlalu semenjak Nana masuk ke dalam rumah sakit , dan setelah 3 minggu berlalu di rawat akhirnya Nana di perbolehkan untuk pulang, sebenarnya kondisi Nana belum pulih 100 persen, tapi Nana memutuskan untuk meminta di pulangkan karena dia merasa tidak nyaman setiap hari sendiri.

Selama 3 minggu di rawat, Jayden tidak pernah datang menjenguknya, dan Nana juga tidak mengharapkan Jayden datang, karena Nana berpikir bahwa Jayden tidak akan perduli dengan apa pun yang menimpanya mengigat dia hanya orang asing.

Tapi walaupun Jayden tidak datang lagi ke rumah sakit, lelaki itu sudah menyuruh suster untuk membantu Nana, hingga selama 3 minggu ini Nana tidak pernah kesulitan utuk makan dan juga melakukan hal lain karena selalu di bantu oleh suster yang Jayden perintahkan.

Selama 3 minggu ini selain memikirkan kondisinya yang drop, Nana juga memikirkan pekerjaan, wanita itu merasa gagal menjadi seorang kapten, dan misi yang seharusnya dimenangkan oleh timnya malah di ambil alih oleh tim lain, dan pasti setelah dia masuk bekerja, dia akan kembali di olok-olok oleh teman sekantornya.

"Lalu sekarang, bagaimana aku akan pulang." Saat melamun, tiba-tiba Nana terpikirkan sesuatu, Dia meminta pulang pada dokter, tapi dia lupa dia akan pulang dengan siapa sedangkan kondisinya seperti ini. Selama 3 minggu ini Nana juga tidak memegang ponsel, karena ponselnya terjatuh ketika dia diserang, bukan hanya itu Nana juga tidak memegang uang sedikitpun karena saat itu dia hanya membawa ponsel saja dalam sakunya.

Dan sepertinya Nana tidak punya pilihan lain, dia harus meminjam ponsel perawat untuk menelepon Jayden, meminta tolong pada Jayden untuk mengirimkan uang ataupun sopir untuk menjemputnya.

***

"Apa bagaimana mungkin dia ingin pulang sekarang!" Jayden berteriak ketika mendengar anak buahnya yang mengatakan bahwa Nana akan pulang nanti sore.

Lelaki itu tentu saja terkejut karena kondisi Nana belum membaik, sebab selama ini dia selalu memantau Nana lewat suster yang mengurus Nana, dua hari kemarin dia tidak menanyakan kondisi Nana pada suster itu hingga sekarang Jayden tidak tahu, bahwa nanas sudah diizinkan pulang.

"Ini keinginan nona Nana, dan dokter juga sudah mengizinkannya untuk pulang. Maaf jika telat memberi info karena barusan aku mendengar pembicaraan suster."

Jayden mengusap wajah kasar ketika mendengar ucapan anak buahnya, dan pada akhirnya Jayden pun menyuruh anak buahnya Untuk mengantarkan anak ke rumah.

"Kenapa wanita itu begitu bodoh, sudah tahu belum pulih Kekeh ingin keluar dari rumah sakit!" Jayden menggerutui keputusan Nana. Jika Nana berpikir bahwa Jayden tidak khawatir pada Nana, tentu saja salah, karena sebenarnya Jayden sangat mengkhawatirkan kondisi wanita itu. Beberapa kali Jayden ingin datang melihat kondisi Nana secara langsung, tapi dia tidak mau membuat Nana besar kepala jadi Dia memutuskan untuk tidak datang.

***

Waktu menunjukkan pukul 05.00 sore, tangan Nana baru saja dipasangi gif, sadari tadi suster masuk Nana ragu-ragu untuk berbicara, sebenarnya bukan hanya ingin meminta tolong untuk menelepon Jayden, tapi dia juga ingin menanyakan apa biaya rumah sakit yang sudah dibayar atau belum.

"Sus ...." Panggil Nana yang pada akhirnya memberanikan diri untuk memanggil suster yang selama ini mengurusnya.

"Ia nona."

"Boleh aku meminjam ponselmu, aku ingin menelpon seseorang dalam mintanya menjemputku di sini." Akhirnya Nana berbicara, walaupun dia begitu ragu untuk meminta tolong.

"Sudah ada yang menjemput anda di luar, dan biaya rumah sakit juga sudah dibayarkan. Jadi anda tidak perlu khawatir, nanti setelah satu minggu anda datang lagi untuk mengganti gips, tidak perlu ke rumah sakit ini , Anda bisa melakukannya di rumah sakit terdekat."

Belum Nana belum menjawab ucapan suster barusan, pikirannya malah tertuju pada ucapan suster yang mengatakan sudah ada yang menjemputnya, padahal dia belum menelpon Jayden.

Setelah pemasangan gip selesai, suster dan dokter pamit pada Nana, dan baru saja Nana akan turun dari berangkat bersiap untuk keluar dari ruang rawatnya, pintu terbuka dari luar muncul sesosok lelaki berjas yang tak lain adalah Rio anak buah Jayden.

"Aku anak buah tuan Jayden, dan aku akan mengantarmu pulang."

Nana mengangguk, wanita itu berusaha turun dari berangkar, sesekali dia meringis karena kakinya terasa nyeri. Walaupun kondisi nanas sudah membaik, tapi kaki dan tangan Nana masih sama, walaupun kakinya tidak patah seperti tangannya, tapi Nana masih merasakan nyeri di kedua lututnya apalagi saat itu lututnya diinjak habis-habisan oleh lelaki yang mempunyai kekuatan luar biasa.

"Apa Anda ingin memakai kursi roda?" Tanya Rio, Nana menggigit bibirnya dia subuh tidak enak pada Rio tapi tidak mungkin dia berjalan hingga pada akhirnya dia menggangguk.

****