Bukan Kamu

Hari ini Angga meminta persetujuan Pak Agung yang kesekian kalinya, namun hanya dijawab nanti, nanti, dan nanti. Jawaban itu membuat Angga kesal. Ketika Pak Agung sedang makan di kantin Angga menghampirinya dia terus memohon.

"Ayolah Pak kapan Bapak akan menyetujuinya? " Tanya Angga yang ikut duduk di hadapan Pak Agung yang sedang makan.

"Tunggu dulu semua perlu waktu! " Menjawab sambil makan.

"Waktu terus Bapak ini" Menjawab dengan nada merengek.

"2 minggu ini kamu terus menemui Bapak dan menanyakan hal yang sama kamu tidak capek? "

"Tidak Pak, sebelum jawaban SETUJU saya dapatkan". Angga Menegaskan kata setuju.

" Bikin ekstrakurikuler baru itu butuh biaya banyak untuk sekolah kita yang masih baru. Kita perlu ring basket, bola basket, lapangan juga, terus kamu juga pasti buat seragam, ruangan, dan yang lainnya". Masih menikmati makanan disela menjawab pertanyaan Angga.

"Kan gampang Bapak bisa minta anggaran kepada pemilik sekolah, pasti uangnya banyak bisalah! Kecuali kalau mintanya sama Pak Agung itu baru nggak akan dikasih. Kan Pak Agung pelit nggak punya duit, makannya saja tiap hari kayak gini, mending nikah Pak biar ada yang masakin". Jawab Angga dengan menutup mulutnya yang keceplosan. Sepertinya ucapan Angga membuat Pak Agung marah.

"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.. Ngomong apa barusan? Uhuk.. Uhuk Bapak pelit? Nggak punya duit?dan...." Tanya Pak Agung yang masih tersedak dengan ucapan Angga.

"E enggak Pak, bercanda! Ini minumnya biar nggak batuk lagi" Memberi minum kemudian pergi berlari. Kabur adalah jalan terbaik, Angga berfikir kali ini dia sudah kelewatan. Ini adalah kejadian sebelum Pak Agung terpeleset.

***

Angga menceritakan kejadian ini kepada Rezza. Bukannya ikut membantu malah Rezza tertawa geli mendengarnya. Dia membayangkan Angga yang setiap hari harus memohon kepada semua guru di sekolah. Padahal dia orangnya cukup dingin dan gengsian.

"Kamu nggak ada niatan bantuin apa? Masa kamu tega biarin aku mondar-mandir mohon sana mohon sini? Ayah kamu kan... " Angga belum selesai bicara namun mulutnya sudah disumpal dengan cemilan.

"Makan ya... Buat tenaga biar makin semangat perjuangannya, itu urusan kamu" Jawab Rezza yang masih terus memasukan cemilan ke mulut Angga sampai penuh.

Rezza tidak suka jika kedudukan Ayahnya sebagai pemilik sekolah menjadikan dia berkuasa. Dia ingin hidupnya sama dengan temannya. Tidak merasa diistimewakan adalah hal yang Rezza inginkan.

***

"ekhem... "

"kamu kenapa sih Za? " melihat tubuh Rezza yang terus bergetar karena tertawa.

"hah? kenapa memangnya? " tanya balik.

"iya kamu dari tadi ketawa terus. apa sih yang lucu? "

"e e enggak nggak ada yang lucu kok"

"jangan bilang kamu masih ingat kejadian yang tadi waktu istirahat ya? "

"ya gimana? orang masih kebayang terus " menjawab dengan tawa kecil.

"ih ngeselin ya kamu"

"ya kamu sih aneh, kamu kan nggak tahu apa yang lagi di bahas. Tiba-tiba kamu dateng terus langsung ikut ngomong." Jawab Rezza.

"Emang yang kalian bahas bukan makanan?" tanya Yumi dengan muka polos.

"bukan! " menggelengkan kepalanya.

"sudah lah, Yumi sampai Bingung bagian mana yang lucu. "

"i i i iya s sudah tidak usah di bahas lagi" tertawa kembali.

"Rezza!! "

"hmmm aku sudah tidak tertawa" menggerakkan tangannya seperti mengunci mulutnya untuk berhenti tertawa.

"Rezza ikut ekstrakurikuler apa disekolah? Dan kenapa pilih itu" Yumi bertanya di sela pelajaran berlangsung.