Alucard, seorang pemuda berusia 21 tahun yang hidupnya berubah total setelah mengalami kejadian misterius. Suatu pagi, ia terbangun dan menyadari bahwa tubuhnya telah berubah drastis—kekuatan nya meningkat, dan ia mendapati dirinya haus akan darah. Tanpa ingatan yang jelas tentang apa yang terjadi, Alucard menemukan dirinya perlahan-lahan berubah menjadi seperti vampir. Kebingungan dan ketakutan menguasai dirinya saat ia mencoba memahami situasi aneh yang menimpanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rivky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6
2 Februari, Sehari setelah Alucard menemukan perubahan pada tubuhnya.
Aku sedang berjalan pulang bersama Luna, yang tersenyum lebar di sampingku. Saat ini, satu hal yang terus menghantuiku adalah bagaimana cara menjelaskan perubahan tubuhku kepada ibuku.
Aku menatap cermin di jendela sebuah bangunan. Sebelumnya, tinggi ku 175 cm dan sangat kurus, seperti seseorang yang kekurangan darah. Sekarang, setelah menjadi vampir, tinggi ku meningkat menjadi 180 cm, dengan otot yang lebih tegap dan kulit yang lebih pucat. Rambut hitam dan mata biruku juga terlihat lebih cerah. Meskipun aku masih terlihat mirip dengan diriku yang dulu, tapi perubahannya cukup mencolok.
Menurut Luna, transformasi vampir memaksa tubuh mencapai kondisi puncaknya, dan perubahan ini akan berhenti hanya setelah tubuhku berkembang sepenuhnya. Biasanya, ini memakan waktu sekitar seminggu.
Luna tampaknya menikmati hari ini, dia sepertinya menganggap berjalan kembali ke rumah ku sebagai semacam kencan atau sesuatu. Rupanya, dia tidak pernah meninggalkan rumah nya selama beberapa tahun; dia mengatakan ini secara tidak sengaja. Dan karena itu, dia ingin tahu tentang segalanya. Dia seperti anak kucing yang penasaran, berhenti setiap kali melihat sesuatu yang menarik dan membelinya. Sedangkan Kaguya tampak kesulitan membawa barang belanjaan nya.
Di perjalanan, aku melihat pada mobil polisi yang sedang melaju kencang.
Vrummm! Vrummm!
Polisi itu mengejar sebuah truk, dan hanya dalam sekejap, aroma yang tak asing dari truk tersebut menyelinap di indra penciumanku. Ini adalah momen yang tepat untuk menguji kemampuan ku. Aku meraih kacamata hitam murahan yang baru saja ku beli, harganya hanya 5 dolar, dengan bingkai besar dan lensa gelap yang ketinggalan zaman.
Tujuanku membeli kacamata ini hanya satu.
Ketika aku mengaktifkan Red world, mataku berubah menjadi merah darah. Agar tidak menarik perhatian, aku sengaja membeli kacamata besar ini. Meskipun begitu, aku tetap bisa melihat jelas dengan penglihatan khusus tersebut walaupun terhalang kacamata.
Dunia di sekelilingku berubah menjadi merah begitu aku mengaktifkan Red world. Fokusku tertuju pada truk itu, dan aku menyadari ada 20 vampir di dalamnya.
“Dua puluh vampir, ya?” gumamku pelan.
“Kamu bisa melihat sejauh itu?” tanya Luna, sedikit terkejut. Dia juga bisa melihat sejauh itu, tapi penglihatan ku lebih stabil, tidak terganggu oleh halangan seperti bangunan, rumah, atau apapun.
Ini kemampuan yang sangat berguna untuk pengintaian.
“Ya, mungkin mereka anak buah Lucy?” jawabku dengan nada datar. Aku mencium aroma vampir tua itu dari mereka, hanya mencium sekejap, tapi itu sudah cukup.
"Hmm, dia benar-benar menarik banyak perhatian. Kalau tidak dibunuh oleh Inkuisisi, dia akan mati di tangan vampir bangsawan," ucap Luna tanpa emosi. Dia mungkin akan menyuruh orang-orangnya untuk menyelidiki lebih jauh.
Langkah Violet tiba-tiba terhenti ketika dia melihat boneka beruang besar di etalase toko anak-anak. Dia berlari sangat cepat dan memasuki toko.
Meninggalkan aku dan kaguya berdua, aku kemudian bertanya.
"Kaguya, kenapa para bangsawan akan membunuh Lucy?"
Kaguya, yang membawa tas belanjaan Luna, menjawab dengan nada datar. "Karena dia melanggar aturan."
Kaguya menatapku dan melanjutkan, "Aturan nomor 4 bagi vampir; jangan pernah mengungkapkan identitasmu sebagai vampir kepada manusia. Semua yang terkait dengan dunia vampir tidak boleh tercampur dengan urusan manusia... Aturan ini bisa diabaikan hanya jika seorang vampir berniat mengubah manusia tersebut menjadi vampir."
"Kalau dia melanggar aturan ini, para bangsawan akan memburunya dan membunuhnya," tambah Kaguya, dengan sikap tenang, meski dia tengah membawa banyak barang belanjaan. Ironis, tapi aku paham maksudnya. Aturan ini sebenarnya adalah peringatan bagi para vampir muda.
Pesannya jelas seperti itu.
Tak lama kemudian, Luna kembali dengan membawa boneka beruang besar dengan wajah bahagia.
"Ayo, kita hampir sampai," kataku.
Kedua wanita itu mengangguk setuju, siap melanjutkan perjalanan.
•••
Sesampainya di rumah, aku membuka pintu dan berteriak, "Bu, aku pulang!"
"Alucard!? Kenapa kamu tidak menjawab telepon!? Aku mulai—" Suaranya terhenti saat melihatku berdiri di ambang pintu dengan dua wanita di sisiku.
"Alucard…?" Dia mendekatiku dengan curiga.
Aku menatap ibuku, yang akan berusia 40 tahun. Meski ada sedikit lemak di perutnya, dia masih tampak terawat dengan baik; rambut hitam panjang, mata biru, dan tubuh melengkung.
"Aneh…" Dia berujar dengan wajah bingung. "Aku merasa kamu masih anakku, tapi di saat yang sama, kamu sudah berubah terlalu banyak." Dia menatapku dengan tatapan yang mengatakan 'kamu tidak bisa membodohi ku'.
"Saat aku berusia 13 tahun, kita pernah pergi ke restoran dan bertemu mantan temanmu, wanita yang kamu panggil 'Thot'," aku mulai meyakinkan ibu ku
"Siapa namanya?" Dia bertanya.
"Aphrodite," jawabku, meski sebenarnya dia bernama Renata, tapi ibuku selalu memanggilnya Aphrodite.
"Itu belum cukup untuk membuktikan bahwa kamu anakku!" Dia bicara seolah-olah ini adalah sebuah pertarungan yang harus dimenangkannya.
"Pada ulang tahunku yang ke-21, kamu membawaku ke depan rumah bordil dan berkata akan meninggalkanku di sana jika aku tidak punya pacar."
Ibuku pura-pura batuk dan berkata, "Ya, kamu memang putraku. Tapi jangan katakan itu keras-keras! Apa yang akan orang pikirkan jika mereka tahu aku hampir menyerahkan keperjakaan putraku hanya karena ingin dia punya pacar?" Dia mendengus.
Mendengar kata-kata ibuku, mataku mulai berkedut, tapi aku hanya bisa tersenyum. Ibuku mungkin aneh, tapi dia ibu yang baik. Dia tidak 'normal' seperti ibu-ibu lain, tapi dia adalah ibuku, dan aku sangat mencintainya.
Dia mendekatiku dan berkata, "Kamu terlihat lebih pucat dari biasanya. Apakah belum makan? Dan sepertinya kamu juga sudah tumbuh lebih tinggi." Dia meletakkan tangannya di atas kepalaku, mencoba mengukur tinggi badanku.
Ibuku tingginya sekitar 170 cm, sedikit lebih pendek dari tinggi badanku sebelum aku berubah menjadi vampir, yang kala itu 175 cm.
"Ini pubertas, Bu," jawabku, alasan klasik yang mungkin pernah dikatakan setiap pria kepada ibunya setidaknya sekali dalam hidupnya.
"Pubertas…?" Dia mengulang kata-kataku dengan ragu.
Kemudian, dia menatap Luna dan Kaguya. Melihat betapa cantiknya mereka, pikiran ibuku kembali tenggelam dalam dunianya sendiri.
".....Astaga!! Kamu akhirnya kehilangan keperjakaanmu dan karena itu kamu tumbuh lebih tinggi!? Kyaa! Tunggu sebentar! Aku akan menelepon ayahmu!" Tiba-tiba dia berlari menuju tangga.
"Leon!! Turun ke sini segera!! CEPATTT!!" teriaknya.
Dengan indra baruku, teriakannya terdengar lebih keras dari yang seharusnya. Dan dari ekspresi terkejut Kaguya dan Luna, aku tahu mereka merasakan hal yang sama.
"Ada apa, Bu!? Aku sedang menonton film!! Aku masih harus bekerja nanti!! Aku ingin menyelesaikan film ini sebelum pergi bekerja!!" terdengar suara dari atas.
"Putra kita kehilangan keperjakaan dan membawa pulang dua gadis cantik!!"
"Apa!? Tunggu sebentar!! Aku sedang dalam perjalanan!!"
Luna dan Kaguya menatapku, dan aku mencoba menjaga wajah pokerku untuk menyembunyikan rasa malu yang mulai merayap.
Saat aku berusaha menenangkan diri, ayahku mulai menuruni tangga.
Begitu dia muncul di depanku, dia menatap Kaguya dan Luna, lalu mengangguk puas padaku. "Seperti yang diharapkan dari anakku, gen tukang batu mengalir dalam darahmu. Kamu membawa pulang dua gadis cantik! Satu oriental dan satu dengan penampilan yang mulia! Aku khawatir kamu akan menjadi perjaka seumur hidup!"
Dia benar-benar mengabaikan penampilanku yang berubah, bukan!? ( ≧Д≦)
Aku menatap ayahku, yang tahun ini berusia 50 tahun. Dia memiliki rambut cokelat dan mata hitam, tinggi 183 cm dengan perut buncit dan lengan berotot. Dia mengenakan celana pendek dan kaos putih.
Ayahku adalah seorang tukang batu, bekerja di konstruksi. Meskipun sudah pensiun, dia masih sering ke tempat kerja lamanya untuk memberikan nasihat atau apalah. Aku tidak terlalu paham. Yang aku tahu, dia sudah pensiun, tapi entah kenapa dia masih menganggap dirinya bekerja. Mungkin kebiasaan lama sulit dihilangkan.
Aku memberikan batuk palsu untuk menarik perhatian, "Luna, ini ayahku, Leon Morningstar, dan ini ibuku, Anna Morningstar," kataku sambil memperkenalkan mereka.
"Senang bertemu dengan kalian," kata Luna dengan sikap anggun.
"Ibu, Ayah. Wanita cantik berambut putih ini adalah Luna, istriku. Dan yang berambut hitam ini adalah pelayan pribadinya."
"…Hah…?"
yu, gabung! caranya mudah hanya cukup kalian Follow akun saya, maka saya otomatis akan mengundang kalian semua untuk belajar bersama kami. Terima kasih