NovelToon NovelToon
Alogaritma Cinta

Alogaritma Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak imey mey

Annisa,seorang perempuan yang bekerja sebagai pelayan restoran dan tinggal di lingkungan pesantren dan diam2 mengagumi gusnya.Dia tinggal bersama ibu dan adik perempuannya yang bernama syifa.Hingga suatu ketika ibunya meninggal dan keadaan menjadikan Annisa di suruh tinggal di kediaman gus tersebut, karna sangat adik juga sedang mengenyam pendidikan di pondok pesantren itu.Hari-hari Annisa pun berubah, dia di hadapkan dengan persoalan dan orang-orang yg belum pernah di temui sebelumnya. Kira-kira akan seperti apa Annisa akan melewati perjalanan hidupnya kali ini? Apakah kekaguman nya terhadap gus nya akan bersambut...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak imey mey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTEMUAN YANG TIDAK TERDUGA

BAB 26

    Sore hari itu Ning Risa Dan Annisa masih menikmati suasana alun alun di kota Bandung.Pemandangan yang begitu memanjakan mata dan perut mereka. Begitu banyak orang dan jajanan kaki lima.Mereka duduk berdua di rerumputan yang luas.Seolah mereka enggan beranjak dari tempat itu.

"Mbak Annisa, nanti kita mau sholat maghrib dimana?"

Annisa yang di tanya,dia menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri.

"Disekitar sini masa tidak ada masjid Ning"

"Ada kok, tapi agak masuk ke gang sana, apa mau kesana saja?"

"Ya sudah nanti di sana saja"

"Aku kira mau di rumah saja sholat maghrib nya"

"Emang bisa ngejar waktu nya?"

"Insya Allah kalau aku yang bawa mobilnya gak nyampe setengah jam"

"Aduuhhh gak deh, mending di sini aja,"

"Hahahhaha.... tenang aja mbak, gak bakalan kenapa-kenapa kok, aman"

"Gak ya makasih"

Ning Risa senang bisa mengerjai Annisa seperti itu.

"Mbak... Kira-kira besok aku nikahnya sama siapa ya?"

"Kok Ning malah tanya saya?"

"Ya terus saya tanya siapa?"

"Yaaaa gak tahu,"

"Hadeehhh.... kenapa jadi puyeng gini ya mikirin calon suami"

"Emang udah ada calon Ning?"

"Saya tuh sebenernya suka sama seseorang, tapi... "

"Tapi kenapa?"

"Takut gak di restuin sama abah dan ummi"

"Siapa?"

"Hehehehe..... rahasia"

"Masa sama temen sendiri mainnya rahasia?"

"Maaf ya calon kakak ipar, bukan maksud adik ipar mu ini tidak mau memberi tahu, tapi saya hanya ingin memantapkan hati terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan"

"Nanti keburu diambil orang nangis"

"Ehh... hah... ihhh.. jangan dong, belum juga mulai"

"Orang mas mu aja banyak yang ngantri, padahal kami belum memulai"

"Iya juga ya,, tapi saya takut mbak Annisa"

"Belum di coba kan, coba aja dulu"

"Kalau gagal gimana?"

"Ya coba lagi"

"Kalau masih gagal?"

"Berarti Ning belum beruntung"

"Yaaaahhh... capek pasti,bantuin ya mbak"

"Gimana saya mau bantuin,orang saya gak tahu siapa orangnya"

"Ihhh... mbak Annisa mah gitu,saya mau ngomong tapi kan malu"

"Kenapa mesti malu?"

"Ya masalahnya orang itu gak tahu kalau selama ini saya suka sama dia, nanti di cie-cie ini sama mbak"

"Ishhh... Ning ini"

"Dan ada satu lagi faktornya yang buat saya jadi males ungkapin nya"

"Kenapa gitu?"

"Dia punya adik perempuan yang mirip kunti"

"HAHHHH!!!?"

"Pasti gak percaya kan?"

"Maksudnya gimana?"

" Ya.. gitu.. itu yang buat saya bingung, ummi sama abah mau gak nerima adiknya dia yang kayak kunti?"

Annisa menghela nafasnya pasrah, dia tidak tahu lagi harus bertanya seperti apa.

"Emangnya Ning Risa pernah ketemu kunti ya?"

"Sering mbak, bahkan belum lama ini kita ketemu kan sama dua kunti"

" Hah.. maksudnya?"

"Mbak Salamah dan Ning Zulaikha"

"Astagfirullah Ning, gak baik ngomong kayak gitu"

"Emang gitu kok kenyataannya, dikit-dikit nangis, terus ketawa, nanti nangis lagi,, persis kan.. gila nya juga sama"

"Terus sekarang mau gimana?jangan terlalu benci sama orang Ning, nanti bisa kualat loh"

"Kualat gimana mbak?"

"Ya bisa aja Ning jadi bagian salah satu dari mereka, misalnya jadi iparnya gitu, kalau saya tidak salah dengar,salah satu dari mereka itu punya kakak kan?"

Ning Risa tampak gelagapan ketika di tanya seperti itu dan kelihatan salah tingkah.

"Kenapa Ning kok jadi gugup gitu?"

"Ahhh... ehh gak, gak apa-apa,mending sekarang kita jalan ke masjid yuk mbak, udah mau adzan nih"

Ning Risa segera mengajak Annisa pergi menuju masjid, untuk mengalihkan pembicaraan.Annisa terlihat heran kenapa tiba-tiba Ning Risa terlihat begitu aneh dan terkesan menghindari sesuatu.Mereka berdua berjalan kaki menuju masjid yang ada di seberang alun-alun, begitupun dengan kang Rohman yang sebelumnya sudah di beri tahu oleh Ning Risa jika mereka ingin sholat maghrib di masjid terlebih dahulu. Selesai sholat maghrib, mereka pergi ke parkiran tempat mobil nya berasal, rencananya mereka akan langsung pulang.Tapi ketika mereka ingin naik mobil, suara panggilan mengurungkan niat mereka.

"Ning Risa?"

Suara itu terasa familiar di telinga Ning Risa, yang membuat akhirnya dia menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya.

"Ahhhh... ternyata benar ini Ning, assalamu'alaikum Ning"

"Wa'alaikumussalam"

Ning Risa begitu terkejut,kenapa dunia begitu sempit hingga ia bertemu dengan orang yang ingin sekali ia hindari.

"Apa kabar Ning?"

"Ah.. saya baik, kamu?"

"Alhamdulillah saya juga baik,emm.. Ning kesini sama siapa?"

"Emm... itu sama kang Rohman dan... "

"Dia...???"

"Emm.. ya kenalkan dia calon kakak ipar saya,calon istri mas Rasya, mbak Annisa, lihat dia cantik kan?"

Wanita yang di tanyain oleh Ning Risa itu melihat dari atas ke bawah, dan sebaliknya, ada sebuah rasa sakit dan nyeri dalam dada wanita tersebut ketika Ning Risa mengatakan bahwa yang ada di hadapan nya saat ini adalah calon istri dari Gus Rasya. Ya wanita yang dimaksud adalah Ning Zulaikha.

"Kenapa kamu ngeliat calon kakak iparku seperti itu Ning Zula?"

"Ah....emm.. bukan seperti itu, maksud saya apa benar dia calonnya Gus Rasya?"

"Kan tadi udah saya bilang, apa perlu saya sewa toa untuk memperjelas semuanya?biar satu alun alun ini juga bisa dengar"

Annisa yang mendengar perkataan Ning Risa yang agak kasar, segera menghampirinya dan memegang lengan Ningnya, supaya tenang.

"Assalamu'alaikum Ning Zula, kenalkan saya Annisa"

Annisa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Ning Zulaikha. Tapi Ning Zulaikha malah tertegun dan enggan menyambut uluran tangan tersebut, hingga tangan Annisa kembali di turunkan.Ning Risa yang geram langsung maju selangkah menghadap Annisa dan Ning Zulaikha.

"Udah mbak, kalau dia gak mau menjabat tangan mbak Annisa, gak apa-apa, mending kita pulang yuk dari pada capek ngeladenin orang yang gak punya adab"

Ning Risa mengatakan demikian karena kesal dengan sikap Ning Zula yang tidak menyambut niat baik Annisa.

"Tunggu Ning.. tunggu sebentar, saya tidak bermaksud begitu, saya hanya.. hanya.. "

"Hanya apa? kamu kira sopan berlaku seperti itu? apalagi yang mau kamu katakan.. hah?"

"Maaf Ning... saya hanya terkejut dan sedikit syok"

"Lalu... sekarang kamu mau apa?"

"Tadi nya saya ingin bertanya pada Ning Risa"

"Mau bertanya apa?soal mas Rasya?"

Ning Zula menganggukan kepalanya tanda ia mengiyakan apa yang di tanyakan Ning Risa.

"Ohhh... nih kamu tanyakan sendiri sama calon istrinya, dia pasti tahu mas Rasya dimana, iya kan mbak ipar?"

Annisa sedikit bingung dengan keadaan yang di hadapinya saat ini, apa yang harus ia lakukan sekarang.Sedangkan Ning Zula juga merasakan getaran aneh di dalam dadanya, ketika Ning Risa selalu menyebutkan kata *calon istri*.Ia merasa tak terima dengan kalimat itu, apalagi memang ia mengakui bahwa Annisa termasuk wanita yang cantik dan terlihat kalem.Tapi ia berusaha menolaknya,karena ia akan berusaha mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Ning Zula?... kenapa malah melamun... ini loh kaki aku sudah pegel tahu nungguin situ ngomong, atau kalau gak gini, aku sama mbak Annisa pulang, sementara kamu ngobrol aja sama kang Rohman tuh"

"Hah... ngobrol sama saya Ning?terus nanti saya pulangnya gimana?"

Kang Rohman yang tiba-tiba di tunjuk, menjadi kikuk dan merasa bingung.

"Suruh anterin dia lah, gitu aja kok repot"

Dengan entengnya Ning Risa menyuruh Ning Zula nanti yang mengantar kang Rohman pulang.

"Tapi Ning... "

"Udahhhh.... sekarang udah malam, aku capek pengen sampe rumah terus tidur, kalau kalian masih mau nemenin mbak kunti disini terserah"

"MBAK KUNTI???!!! "

Mereka bertiga Annisa, Ning Zulaikha dan kang Rohman bertanya secara serentak, membuat Ning Risa sedikit kaget.

"Iya.... kenapa?"

Annisa yang sudah tahu kemana arah pembicaraan itu segera menengahi.

"Emm... Ning Zula, apa ada yang perlu anda tanyakan kepada saya, kalau ada silahkan bertanya, insya Allah saya akan menjawab jika saya mampu"

"Saya hanya ingin bertanya mengenai Gus Rasya, apa benar kami calon istrinya?"

"Iya benar Ning, saya calon istrinya,"

"Apa kamu yakin dengan itu?"

"Maaf Ning maksudnya apa?"

"Kamu itu bukan dari kalangan kami, kami ini anak seorang Kyai, apa kamu sadar dengan apa yang sudah kamu katakan?"

"Yang penting kita sama-sama manusia kan Ning? Ning makan nasi saya pun sama, derajad kita sama di mata Allah, yang membedakan itu hanya akhlaq dan keimanannya, betulkan?"

Ning Risa dan kang Rohman yang mendengarkan hal tersebut,menjadikan mereka melongo dan kagum dengan penjelasan yang di berikan oleh Annisa.Ning Risa bertepuk tangan.

"Woaaahhhh.... bravo mbak iparku, ayo lawan terus jangan mau ngalah sama mbak kunti... ayooo"

Kang Rohman yang dari tadi penasaran siapa mbak kunti itu akhirnya memberanikan diri bertanya pada Ning nya.

"Ning kok dari tadi nyebut mbak kunti terus sih, emang ada mbak kunti beneran ya, Ning bisa liat setan?"

"Bisa, emang kang Rohman gak liat?"

Kang Rohman menggelengkan kepalanya.Ning Risa yang sadar menepuk jidad nya.

"Kang Rohman beneran gak liat ?"

"Enggak Ning"

"Mau liat gak?"

"Serem gak Ning?"

"Kalau menurut saya sih gak serem, tapi nyebelin,dari kemarin gangguin mulu"

"Jadi Ning Risa sering di gangguin?"

"Gak sering sih kang, tapi akhir-akhir ini dia selalu nongol, kaya sekarang"

"Hahhhh..?? "

"Iihhh kang Rohman gak bakal ngerti, udah kita liat aja pertarungan mbak ipar sama tuh orang,"

"Kamu...!!!"

"Kenapa Ning ucapan saya benar kan?"

"Kamu tahu Annisa, saya tidak akan menyerah begitu saja, saya akan tetap berjuang untuk mendapatkan Gus Rasya"

"Saya persilahkan Ning.. saya tidak akan menghalangi"

"Heh... percaya diri sekali kamu"

"Semua ini saya dapatkan dari Gus Rasya, dia mengajarkan banyak hal ke saya, salah satunya tentang rasa percaya diri dan keikhlasan"

"A.. apa?"

"Ya.... kami sering berdiskusi satu sama lain,dan tentunya membahas tentang bagaimana rencana kedepan"

Ning Zula mengepalkan tangannya erat, kekesalan menguasainya saat ini, cemburu? itu pasti.

"Apa ada yang mau di tanyakan lagi? Kalau tidak saya pamit mau pulang karena ini sudah malam"

"Dengar Annisa... saya tidak akan membiarkan apa yang sudah kalian rencanakan itu terjadi, selama saya masih hidup saya akan melakukan berbagai cara, entah itu halal maupun haram"

Setelah mengatakan hal itu, Ning Zula segera pergi meninggalkan Annisa yang terdiam. Sesaat ia teringat dengan ibu dan adiknya.Annisa melihat ke langit dan memejamkan mata nya sambil mengucap doa dalam hati,

*Ya Allah semoga engkau melindungiku dan orang-orang yang aku sayangi,buatlah orang itu mengurungkan niat jahat kepada ku dan keluargaku ya Allah, dengan segala kebesaranMu aku berlindung kepadaMu*

Annisa mengusap wajahnya yang sedikit mengeluarkan air mata.

"Mbak Annisa gak apa-apa?"

"Saya gak apa-apa Ning, sekarang pulang yuk, nanti kemalaman"

Akhirnya mereka pulang ke arah pondok pesantren,dalam perjalanan, Annisa menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya sambil berdzikir.Saat ini yang ia butuhkan hanya ketenangan batinnya. Jujur ia sedikit takut dengan ancaman dari Ning Zulaikha barusan.Andai Gus Rasya menlfonnya saat ini, pasti ia akan sedikit tenang.

"Mbak Annisa... kalau misal ini berat dan mbak butuh mas Rasya, mbak boleh kok telfon, apa perlu aku yang telfonkan?"

"Tidak usah Ning, terima kasih, saya gak apa-apa kok, lagian nanti takut mengganggu"

"Iya juga sih.. kita gak tahu saat ini mas Rasya lagi ngapain, ihhhh... aku geregetan tahu mbak, rasanya pengen cepet-cepet mas Rasya pulang terus aku aduin semuanya, supaya mas Rasya tahu bahwa calon istrinya baru saja di ancam"

"Hemmm.... kalau bisa mas mu jangan sampai tahu dulu ya, saya gak mau mengganggu belajarnya, biar dia bisa konsentrasi, untuk sekarang kita pasrahkan sama Allah ya"

"Aku tuh heran, kok mas Rasya mau temenan sama orang yang kayak gitu ya?"

"Ya mungkin dulu mereka gak kaya sekarang sifatnya"

"Terus sekarang kita harus ngelakuin apa mbak, apa kita harus ngomong sama abah dan ummi? ini tuh udah bahaya banget loh, dia udah berani ngancem segala, bener-bener stress tuh orang"

"Maaf Ning bukannya saya tidak sopan, tapi bukankah Ning Risa punya temen mbak kunti ya, kenapa gak Ning suruh aja tuh mbak kunti nakut-nakutin Ning Zulaikha, kan Ning Risa gak usah capek mikirin nya"

Pernyataan dari Kang Rohman membuat Ning Risa melongo dan membuat Annisa tidak bisa menahan tawanya.

*Hahhhhh.... andaikan aku punya mbak kunti beneran yang bisa aku suruh suruh, tapi kan masalahnya bukan gitu maksudnya*gumamnya dalam hati.

1
Afuadi
lanjut thor...semangat
Alfa reza Hidayat
lanjut
Dey Desuka
aku....
gak tau....wkwkwkkkk
Dey Desuka
hmmmmm.......ternyataaaaa
Dey Desuka
mungkin kyai Abdullah ya thor
🌺Ana╰(^3^)╯🌺
Ceritanya menginspirasi dan memotivasi, thank you author 🙏
Emitt Chan
Dari awal sampe akhir bikin baper, love it ❤️!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!