Arabella adalah gadis yang selalu mendapat julukan gadis apatis, gadis batu, gadis sombong, gadis angkuh dan masih banyak lagi julukan yang melekat padanya karena sikapnya yang antipati, dingin dan acuh tak acuh pada apapun disekitarnya.
Karena sikapnya itu membuat orang-orang di sekitarnya menjauh dan membencinya bahkan banyak yang mencacinya. Hal itu pula yang membuat seorang Elang Bahuwirya sangat membencinya.
Lalu apa jadinya jika Bella menjadikan sikapnya itu hanya sebagai topeng belaka. Topeng yang ia gunakan untuk menutupi segala luka di hatinya.
Dan bagaimana permainan takdir akan membawa Elang yang sangat membenci Bella malah saling terikat sebuah benang merah karena jebakan dari Bella.
"Walau di dunia ini hanya tersisa satu wanita, aku tetap tidak sudi mencintai gadis angkuh dan sombong sepertimu!!" ~Elang~
"Aku juga tidak mengharapkan itu!!" ~Arab
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23
Elang mengendarai mobilnya ditengah kemacetan setelah jam makan siang. Walau mereka berdua saling diam di dalam mobil, tapi tak tampak sama sekali ada kecanggungan di antara keduanya.
"Sebenarnya kau mau kemana sama Rayan?" Tanya Elang tanpa beralih menatap Bella.
"Bukan urusanmu!!" Ketus Bella.
"Kau masih istriku Bella, jadi semua tetang mu menjadi urusanku!!" Kini Elang menatap Bella sengit.
"Oh ya? Aku tak pernah berpikir begitu!" Elang hanya mendengus menadapat jawaban tak terduga dari Bella.
Tak ada lagi percakapan setelah itu. Elang yang sudah dongkol memilih mengunci rapat mulutnya. Bella memilih menutup matanya karena bosan terjebak macet di siang bolong begini.
Elang melirik Bella yang tiba-tiba membuka kaca disebelahnya. Bella melambaikan tangannya ke arah dua anak kecil yang berada di seberang jalan.
"Kak Bella!!" Teriak mereka dari seberang sana. Elang tampak bingung karena anak-anak itu mengenal Bella. Berlahan anak jalanan itu mulai mendekat satu persatu.
"Kakak!!" Mereka tampak senang melihat Bella.
"Hay, kalian sudah makan?" Bella bertutur lembut mengahadapi anak-anak itu.
"Belum Kak Bella!" Jawab salah satu anak membawa kantong berisi tisu.
"Loh kok belum? Dimas kamu sudah laku berapa tisunya?" Bella melihat kantong milik Dimas itu masih penuh.
"Udah 10 Kak" Jawab bocah yang berusia sekitar 8 tahun itu.
"Wah sudah lumayan dong, kalau kamu udin?" Bella beralih pada yang lainnya, anak kecil berkulit hitam dan berambut keriting.
"Dari tadi pagi belum ada yang mau Udin semir sepatunya Kak" Udin menjadi terlihat sendu.
"Ya udah nggak papa, yang penting Udin sudah berusaha terus jangan patah semangat. Kakak yakin nanti pasti ada yang mau semir sepatu sama Udin, kalau Kakak ngga bisa. Nih lihat sepatu Kakak aja rusak" Bella memperlihatkan sepatunya yang tadi patah.
"Iya Kak Bella"
Elang hanya diam memperhatikan interaksi Bella dengan anak-anak jalanan itu.
"Ya sudah, kalau gitu beli tisunya 5 ya Mas?"
"Oke Kak"
"Ini uangnya, sisanya buat beli makan sama Udin ya? Ingat jangan rebutan. Di bagi untuk kalian berdua. Tapi kalau ada teman kalian yang belum makan, di beliin juga ya? Ingat kita harus apa?"
"Harus saling berbagi" Jawab mereka berdua bersamaan.
"Pinter, ya udah sana beli makan dulu. Kakak harus pergi, kayanya lampunya udah hijau" Bella melambaikan tangannya kepada dua anak kecil itu. Di usia yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar dan bermain, kini mereka habiskan untuk bekerja keras membantu kedua orang tuanya.
Bella kembali menjadi Bella yang pendiam dan datar setelah kaca mobil tertutup. Mobil Elang memang bergerak tapi masih merayap sehingga Bella bisa melihat ke dua anak tadi berlarian untuk membeli makanan sesuai dengan pesan Bella tadi.
"Kenapa kau baik sekali dengan mereka?" Elang melirik Bella.
Tapi Bella terdiam, tidak tau ingin menjawab apa. Atau lebih tepatnya tidak ingin menjawab.
"Oh aku tau, karena setiap kau melihat mereka, kau teringat masa kecil mu yang menyedihkan itu kan?" Elang tersenyum mengejek kepada Bella.
Bella tak mampu bersuara, dia menatap Elang dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. Tapi saat Elang melihat tatapan dari mata Bella, Elang merutuki mulutnya yang tidak terkontrol itu.
Keheningan menyelimuti keduanya hingga sampai di depan rumah Bella. Tanpa menunggu Elang yang membantunya seperti tadi, Bella lebih dulu membuka pintu mobil dan berlahan menurunkan kakinya dengan hati-hati.
"Ayo aku bantu!!" Elang meraih lengan Bella namun segera ditepis oleh pemiliknya.
" Tidak perlu, aku bisa sendiri!!"
"Sudah ku bilang jangan keras kepala!!" Geram Elang.
"AKU MEMANG KERAS KEPALA, LALU KAU MAU APA??" Sentak Bella dengan kilatan matanya yang memerah.
Elang sempat tersentak hingga membuatnya terdiam beberapa saat.
"Minggir!!" Bella mendorong Elang hingga pria itu terhuyung ke belakang.
Bella berjalan meninggalkan Elang dengan menyeret satu kakinya yang mulai terlihat bengkak dan memerah pada pergelangannya.
Berlahan Bella menaiki satu per satu anak tangga dengan susah payah hingga tinggal dua kali lagi Bella melangkah, ia akan sampai di ujung tangga. Namun dengan kondisi kakinya yang sakit hal itu terasa sangat berat.
Ceklekk..
"Apa yang kau lakukan di kamarku??!!" Desis Bella dengan tajam karena melihat Mirna keluar dari kamarnya.
Mirna terkejut karena Bella sudah berada di belakangnya saat dia bari saja menutup pintu kamar itu.
"I itu Tante cuma taruh baju kamu yang habis di cuci" Mirna terlihat gugup melihat Bella yang tiba-tiba pulang di siang hari begini.
"Aku tidak pernah percaya padamu jadi percuma saja kau berbohong!!" Bella menatap Mirna penuh curiga.
"Tante tidak bohong Bella!! Kamu bisa lihat cctv kalau tidak percaya!!" Mirna mencoba setenang mungkin agar Bella tidak terus mendesaknya.
"Menyingkir dari sini!! Aku tidak ingin melihatmu!!" Dengan jurus kaki seribu Mirna langsung hilang dari pandangan Bella.
Bella menggeram menahan amarahnya. Rasanya sudah habis stok kesabarannya. Jika bukan karena Bella masih ingin mengawasi Mirna dan Marisa. Sudah pasti Bella sudah mendepak kedua manusia tak berguna itu keluar dari rumahnya.
***
Bi sumi mengoleskan minyak gosok ke kaki Bella yang mulai bengkak dan sedikit membiru. Kemudian memijatnya dengan pelan dan hati-hati.
"Sakit nggak Non?"
"Enggak Bi, cuma sedikit nyeri aja" Bella menyandarkan tubuhnya pada headboard ranjang sedangkan kakinya di luruskan beralaskan bantal di depan Bi Sumi.
"Memangnya Non Bella kenapa kok bisa sampai keseleo begini? Non Bella jatuh?" Tanya perempuan paruh baya bertubuh gempal itu.
"Nggak Bi, cuma diseruduk banteng aja!" Bella memejamkan matanya menikmati pijatan Bi Sumi.
"Hah serius Non? Memangnya Non Bella kemana saja kok bisa ketemu banteng?" Bi Sumi terlihat panik dan kebingungan.
"Enggak Bi, bercanda kok!!" Bella tertawa cekikikan.
"Ya Allah Non, mbok ya jangan bercanda. Wong Bibi ini khawatir beneran kok malah di becandain" Gerutu Bi Sumi yang membuat Bella semakin terpingkal-pingkal.
Selama ini hanya Bi Sumi lah yang mengerti Bella di rumah itu. Bi Sumi hang selalu melindungi Bella dari orang-orang yang berniat jahat pada Bella. Bi Sumi juga tau semua yang Bella lalui, meski Bella menyembunyikan semua itu dari orang lain.
Semenjak Bella datang ke rumah itu, Bi Sumi sudah berjanji kepada almarhum Mira jika dia akan menjaga Bella untuk Mira. Dan terbukti sampai sekarang. Walau Mira telah berpulang, Bi Sumi masih berada di sisi Bella.
"Halo?" Bella mengangkat panggilan pada ponselnya. Sementara Bi Sumi masih memijat kaki Bella dengan telaten.
"Aku sudah tau siapa orang yang menjadi perantara wanita kejam itu!!" Suara seorang laki-laki di seberang sana.
"Bagus!! Tapi apa kamu sudah menemuinya?" Bella tersenyum bahagia pada Bi Sumi. Walau Bi Sumi tidak mendengar apa yang di bicarakan si penelpon tapi melihat ekspresi Bella, Bi Sumi okut tersenyum.
"Belum, aku masih menunggunya menemui target. Kalau kita menemuinya sekarang, pasti dia akan mengelak dan kita kehilangan yang selama ini kita cari!! "
"Baiklah, terserah padamu bagaimana baiknya. Yang jelas kau harus hati-hati, jangan sampai kamu dan anak buah mu mencurigakan dan bisa tertangkap lebih dulu!!" Bella terlihat khawatir tenteng keselamatan pria yang sedang berbicara dengannya itu.
"Kamu tenang saja!! Kita bergerak dengan hati-hati. Dan sementara itu saja yang ingin ku sampaikan. Aku harus pergi" Tanpa menunggu jawaban dari Bella, sambungan telepon itu sudah di matikan.
"Bi sebentar lagi mereka akan mendapatkan pembalasan dariku Bi" Bella memegang tangan Bi Sumi dengan raut bahagia hingga air matanya ingin menetes.
"Iya Non, Bibi selalu berdoa untuk itu!!" Bi sumi tak kuasa menahan haru karena melihat wajah Bella begitu bahagia, karena selama ini hanya wajah datar yang Bella miliki hingga Bi Sumi lupa raut wajah cantik penuh senyuman milik Bella.
"Bibi akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu Non, sudah cukup penderitaan dan pengorbanan mu selama ini. Jika di luar sana banyak yang mencaci maki dan menghina mu karena sikap yang selama ini kamu tunjukkan, tapi di mata Bibi, tidak akan ada orang yang bisa menandingi kebaikan mu"
-
-
-
-
-
Happy reading, semoga kalian suka dan jangan lupa tinggalkan jejak mu😘😘