NovelToon NovelToon
Kebebasan Berahasia

Kebebasan Berahasia

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa / Suami ideal / Office Romance
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jojo ans

Kanesa Alfira, yang baru saja mengambil keputusan berani untuk mengundurkan diri dari Tano Group setelah enam tahun dedikasi dan kerja keras, merencanakan liburan sebagai penutup perjalanan kariernya. Dia memilih pulau Komodo sebagai destinasi selama dua minggu untuk mereguk kebebasan dan ketenangan. Namun, nasib seolah bermain-main dengannya ketika liburan tersebut justru mempertemukannya dengan mantan suami dan mantan bosnya, Refaldi Tano. Kejadian tak terduga mulai mewarnai masa liburannya, termasuk kabar mengejutkan tentang kehamilan yang mulai berkembang di rahimnya. Situasi semakin rumit dan kacau ketika Kanesa menyadari kenyataan pahit bahwa dia ternyata belum pernah bercerai secara resmi dengan Refaldi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jojo ans, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

"Jangan bercanda Mas, sungutku

dengan wajah kesal. "Aku nggak pernah bercanda kalau itu tentang keberlangsungan hubungan kita," balas Mas Adi dengan wajah serius,

"Aku nggak percaya," sahutku dengan nada sedikit naik. Ya, aku tidak akan percaya dengan omong kosong yang dilontarkan oleh Mas Adi karena itu pasti akal-akalan dia untuk menjebakku agar kembali pada kehidupannya.

Tidak.

Aku tidak ingin lagi melihat pengkhianatan lelaki itu. Dulu, aku telah memberikannya beberapa kali kesempatan namun semuanya berulang dan membuat hatiku sakit.

Aku berdiri dan mengambil clutch bagku lalu melangkah sengaja menulikan telinga mendengar panggilan Mas Adi. Aku keluar dari sana dengan hati super dongkol.

Seminggu berlalu.

Pagi ini aku bangun dengan kondisi yang sama seperti kemarin, namun morning sickness yang ku alami kali ini lebih parah. Tiba-tiba juga aku ingin pelukan Mas Adi.

"Nesa, Mama mau bicara."

Suara mama terdengar saat aku baru saja selesai membasuh wajah dengan air. Beliau masuk ke dalam kamar yang memang sedang tidak ku kunci. Wajah Mama nampak aneh menurutku.

"Kenapa Ma?" tanyaku sembari

mengelap wajah dengan tisu. "Udah lama Mama perhatikan kamu tiap pagi mual dan muntah, setelah itu kamu baik-baik saja nggak ada sakit apapun. Sebenarnya Mama nunggu kamu bicara karena sejujurnya masuk campur masalah kamu itu harusnya nggak usah Mama lakukan sebab

kamu udah dewasa, udah pernah membangun rumah tangga. Tapi kayaknya kalau Mama nggak tanya kamu nggak bakal cerita."

Tiba-tiba ucapan mama membuatku gugup, takut dan merasa bersalah.

"Sekarang mama tanya." Aku menahan napas.

"Kamu hamil?" Rasa mual diperutku semakin menjadi.

"Jawab pertanyaan Mama."

Nada bicara mama tiba-tiba naik seoktaf. Saat itulah tangisanku pecah.

"Siapa?" Mengabaikan tangisanku, Mama tetap melanjutkan introgasinya.

Ya, orang tua mana yang tidak akan bertanya ketika anak perempuannya tiba-tiba hamil sementara statusnya

adalah seorang janda. "Adi?"

Aku semakin mengeraskan tangisan.

"Mama akan telpon dia untuk ke sini besok. pokoknya masalah ini harus segera diselesaikan. Apa kata orang

nantinya."

"Mama bukannya nggak bela kamu tapi kamu harusnya sudah tahu mana

yang baik dan mana yang buruk."

Mama menepuk pundakku sebentar lalu beranjak dari kamarku, dari ekor

mata aku melihat Mama mengusap mata, sudah pasti beliau juga menangis karena aku.

Tuhan, kenapa semuanya jadi rumit seperti ini?

Entah kenapa sore ini aku menjadi sangat takut, bukan karena melihat kemarahan Papa pada Mas Adi tapi karena aku takut mas Adi akan merancang segala sesuatu untuk mengikatku lagi. Saat aku masih sibuk dengan pikiranku, deruh mesin mobil.

terdengar oleh telingaku.

Astaga apakah itu Mas Adi? Aku mengintip dari jendela kamar dan mataku langsung melihat mobil yang begitu familiar dalam ingatanku.

Sial! Rasanya aku semakin gugup.

Tak lama setelah itu aku mendengar

suara Mama dari arah luar kamar yang memanggilku agar segera keluar. Penampilan sangat sederhana, lagipula kenapa juga aku harus berdandan seperti yang kulakukan beberapa tahun lalu saat Mas Adi melamarku.

Sekarang aku tidak sedang

berbunga-bunga seperti saat itu jadi

aku hanya memakai kaos oblong

berwarna putih dan celana jins hitam

selutut.

"Iya Ma," balasku.

Setelah memastikan segalanya termasuk persiapan hati akhirnya ku putuskan keluar kamar. Saat sampai di sana kulihat Mas Adi sedang

bicara dengan papa, entah apa yang mereka bicarakan aku tidak sempat mendengarnya. Namun seperti itu begitu serius karena wajah Papa nampak menegang.

"Duduk," tandas Papa saat aku hendak

membuka suara.

Aku tidak membalas namun segera

melakukan apa yang diperintahkan

Papa.

"Kapan itu?" tanya Papa.

Aku menoleh. Kapan apa maksud

papa?

"Saat di belibur ke Labuan Bajo,"

jawab Mas Adi dengan begitu tenang. Aku langsung melotot, jadi itu maksud

pertanyaan Papa. Astaga! Kenapa harus ditanya dari sana? Pipiku terasa panas.

"Berapa kali?"

"Uhk..Uhkk..."

Aku terbatuk, sepertinya tersedak dengan salivaku sendiri karena mendengar pertanyaan papa yang selanjutnya. Memangnya harus sedetail itu dia bertanya?

Sementara kupandangi wajah Mas Adi yang sangat tenang.

"Sekali."

Oh gila, pipiku rasanya ingin segera

meledak.

"Lalu sekarang apa yang akan kalian

lakukan? Jujur saja papa adalah orang

pertama yang akan mempertahankan

bayi itu."

"Mama orang kedua," sahut Mama.

"Aku orang ketiga Pa," imbuh Mass Adi.

Sementara aku adalah satu-satunya

orang yang tidak membuka suara.

"Aku dan Fira sejujurnya nggak pernah

bercerai."

"Mas!" teriakku.

Boleh saja dia membodohi dan

membohongiku tapi tidak dengan

mama dan papa, Mas Adi tidak berhak

melakukannya.

"Nggak usah membuat kebohongan

ya," kesalku.

"Aku nggak bohong dan aku punya

semua buktinya, balas Mas Adi

dengan nada serius.

"Kalau Mas Adi Cuma mau bercanda lebih baik Mas Pulang. Nggak perlu

bertanggung jawab, aku bisa urus anak

ini sendirian."

Aku berdiri dan menunjuk wajah Mas Adi dengan tangan yang bergetar.

Pelupuk mataku berair, sebegitu

kesalnya aku sampai rasanya ingin

berteriak dan meraung untuk

mengeluarkan tangisanku. Mas

Adi selalu punya cara licik untuk

mempertahankan semuanya.

"Duduk Nesa," teriak Papa dengan

suara keras dan tegas.

Aku kembali duduk.

"Kenapa bisa kamu dan Nesa belum

bercerai Adi? Bukankah waktu itu

sudah sah? Coba kamu jelaskan."

Papa dan Mas Adi sama, mereka

sama-sama jenis manusia yang

menghadapi masalah selalu dengan

kepala dingin, berbeda denganku yang

suka sekali menggebuh-gebuh apalagi

aku tahu bahwa aku benar.

"Semuanya manipulasiku Pa."

Aku mengerutkan kening saat

mendengar jawaban Mas Adi pada

papa.

"Manipulasi? Maksudnya gimana itu Adi?"

Kali ini Mama yang membuka suara.

1
Kakashi Hatake
Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!
Jojo ans: baik, besok aku update ya😇❤️
total 1 replies
Yami CB
Ada apa thor, kok masih lama update? Aku berharap cerita ini tidak berhenti sampai di tengah jalan.
Jojo ans: besok update kok😇
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!