NovelToon NovelToon
The Rise Of The World Ruler

The Rise Of The World Ruler

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Ada sebuah legenda yang mengatakan jika penguasa dunia akan bangkit kembali. Saat fenomena aneh membentang memenuhi langit. Dan naga abadi terbangun dari tidur panjangnya. Dia pasti kembali dari tempat persembunyiannya setelah ratusan ribu tahun meninggalkan dunia.

***

Ratusan ribu tahun berlalu begitu saja. Legenda yang telah menjadi sebuah cerita dongeng perlahan menjadi kenyataan. Hingga, bayi laki-laki kecil di temukan tanpa busana terbuang di bawah pohon yang telah membeku di ujung Utara. Yang selalu di sebut tempat terdingin di dunia. Seorang pemburu bersama anaknya yang masih berusia sepuluh tahun, menemukan bayi kecil itu kemudian membawanya pulang. Mereka memberinya nama Lie Daoming. Dan menjadikannya anak angkat. Selama sepuluh tahun, kehidupan mereka sangat tenang dan damai. Hingga pembantaian dan penculikan membuat Lie Daoming harus kehilangan keluarganya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga kecil di ujung selatan kota

"Kenapa melamun?" menyodorkan semangkuk kecil obat hitam kental. "Setelah minum ini perut kamu akan baik-baik saja. Ayah sudah menyiapkan makan malam. Kita harus segera keluar," ujar Daoming dengan lembut.

"Apa ini? Apa kakak yakin ini bisa di minum?" Yang Rui mengeryit tidak yakin. Saat melihat obat itu dia justru ingin muntah lagi. "Kakak. Aku sudah baik-baik saja," menutup mulut dan hidungnya. Bau obat itu sangat pahit dan amis. Yang Rui menggelengkan kepalanya.

"Yang Rui," ujar Daoming dengan tekanan.

"Baik," Yang Rui langsung mengambil obat, dan meneguknya dalam sekali tegukan.

Eemem...

Obat yang ada di dalam tenggorokan hampir saja keluar kembali. Dengan cepat Yang Rui menekan lehernya pelan agar tidak muntah.

"Ayo kita keluar," ujar Daoming, dia langsung pergi setelah memberikan obat untuk adiknya.

Di meja makan, empat lauk utama sudah tertata rapi. Ayam goreng, sup ayam, tongseng kangkung dan Daun singkong yang sudah di rebus.

"Ayam goreng," Yang Rui terlihat sudah tidak sabar ingin mengambil ayam goreng yang ada di meja. Namun belum sempat tangannya bisa menggapai piring. Ayahnya sudah memukul pelan tangannya.

"Jangan di ambil dulu. Kita makan bersama," kata taun Hu yang masih sibuk menata piring dan sendok.

Daoming ikut membantu menyiapkan beberapa kue yang masih ada di dalam bungkusan. Ubi bakar juga terlihat ada di dapur. Semua makanan langsung di letakkan di meja makan. Pesta kecil perayaan hari pertama masuk sekolah telah selesai di siapkan. Kehangatan keluarga melekat kuat di antara mereka.

Saat waktu telah menunjukkan tengah malam, suara terdengar dari halaman depan. Hentakan, ayunan pedang, dan gerakan yang tuan Hu lakukan membuat Daoming terbangun.

Anak itu berjalan dari kamarnya menuju halaman depan. Dia melihat pedang embun beku mengayun dengan sangat indah. Setiap gerakan terarah dengan sangat baik. Kilatan tajam membelah angin malam,

Sriiiiiinggg...

Daun berjatuhan terbelah menjadi dua bagian.

Sssrrrriingggg...

Kekuatan pedang mengarah pada salah satu pohon,

Kreeeekkkkk...

Bumnnnm...

Pohon patah menjadi empat bagian, setiap sayatan terlihat sangat halus.

"Ayah kedua," suara Daoming membuat tuan Hu menghentikan latihannya.

Pria itu melihat kearah belakang, "Apa ayah kedua membangun kan mu?"

"Tidak. Aku hanya ingin melihat ayah kedua berlatih pedang embun beku," melihat kearah pedang yang sudah ada di dalam sarungnya. "Ayah kedua sangat hebat," ujarnya berjalan menghampiri ayahnya.

"Ayah kedua sudah tidak sehebat dulu lagi," duduk di bangku panjang di halaman depan. "Kekuatan dan ilmu pedang yang ayah kedua miliki telah terikat dengan kerajaan. Setiap generasi dari penerus pedang embun beku akan selalu menjadi bayangan sang raja," menatap ke arah kegelapan yang ada di hadapannya.

Saat dia menatap anak pertamanya, "Ayah kedua mengerti apa yang ingin kamu tanyakan," memandang kearah rumah. "Pedang embun beku hanya mengakui Raja dari setiap keturunan Feng Moayi. Raja pertama yang telah membangun kerajaan dengan penuh kejayaan dan kekuatan. Ayah dari Yang Rui sendiri, keturunan ke tujuh puluh yang semestinya berkuasa. Feng Qiao, raja saat ini hanyalah anak angkat Raja Feng Chao Hai. Yaitu kakek dari Yang Rui."

"Apa ayah akan merebut tahta Raja Feng Qiao?"

Tuan Hu menggelengkan kepalanya. "Raja Feng Jiazhen, telah memberikan perintah. Membiarkan Yang Rui hidup seperti anak-anak lainnya. Tidak ingin pangeran kecil menduduki tahta dingin itu. Dan ayah, akan berusaha mengabulkannya. Biarkan semua berjalan seperti sekarang ini. Kehidupan tenang seperti ini akan lebih baik untuk pertumbuhan Yang Rui."

"Ayah kedua. Aku ingin berlatih pedang embun beku," Daoming menatap yakin kearah ayah keduanya.

Tuan Hu diam.

Tapi Daoming masih menatap dengan harapan.

"Daoming, aku tidak ingin kamu menjadi pedang sang Raja. Kamu kuat. Bahkan sangat kuat. Kekuatan yang ayah kedua tekan di tubuh kamu terlalu menakutkan jika di gunakan di dunia ini. Tubuh kamu juga belum bisa menerima kekuatan itu. Untuk saat ini ayah hanya ingin kamu seperti anak-anak lainnya. Bersekolah, bermain, dan ayah kedua ingin kamu juga bisa bermanja-manja sama seperti Yang Rui. Aku hanya ingin kalian hidup dengan tenang," menepuk pundak anaknya dengan sedikit tekanan. "Ayah akan memikirkannya kembali," ujarnya memberikan sedikit harapan untuk anaknya.

Daoming mengangguk.

"Bagiamana dengan teman-teman mu di sekolah? Apa mereka mudah di ajak berteman?" kata tuan Hu menatap anaknya.

"Aku masih membutuhkan waktu untuk terbiasa," saut Daoming menundukkan kepalanya.

"Tidak masalah. Setelah kamu sudah terbiasa, kalian pasti akan akrab dengan sendirinya. Kita masih memiliki dua jam untuk tidur. Ayo," bangkit dari tempat duduknya. "Besok kamu masih harus bersekolah lagi," berjalan masuk kedalam rumah.

Daoming juga bangkit lalu berjalan pergi mengikuti ayah keduanya masuk ke dalam rumah.

Seperti hari sebelumnya. Mereka harus bangun pagi dan berangkat sebelum matahari terbit. Namun kali ini tuan Hu juga harus mencari pekerjaan di kota.

Dengan selimut tebal, Yang Rui masih berbaring di kereta belakang. Dan tuan Hu duduk di kereta bagian depan untuk mengemudikannya. Sedangkan Daoming menunggangi kuda putihnya. Angin pagi hari berhembus lebih kencang dari hari-hari sebelumnya. Dan hawa dingin semakin kuat menyergap mereka bertiga.

"Ayah, kenapa hari ini dingin sekali?" kata Yang Rui menggigil kedinginan di dalam selimutnya. "Kenapa kakak harus menaiki kuda itu sendiri? Cuaca dingin seperti ini lebih baik kakak duduk di sebelah ku saja. Agar tidak masuk angin."

"Sekarang sudah memasuki musim panas. Saat siang hari cuaca akan sangat panas. Dan saat malam dan pagi hari cuaca akan menurun," ujar taun Hu menjelaskan.

Daoming melompat kearah kereta dan duduk di sebelah Yang Rui.

Melihat hal itu Yang Rui terlihat senang, dia langsung bangkit dan memeluk kakaknya agar terasa lebih hangat. Entah mengapa, saat dia ada di pelukan kakaknya. Cuaca sedingin apa pun tidak akan dia rasakan. Justru rasa hangat akan terasa sangat nyaman. "Apa kakak tidak takut kuda itu kabur?"

"Kuda itu sudah percaya dengan kakak. Tidak mungkin kabur begitu saja," kata Daoming santai. "Apa masih dingin?" mempererat pelukannya.

Yang Rui menggelengkan kepalanya. "Tidak. Pelukan kakak sangat hangat. Bahkan lebih hangat dari pelukan ayah," ujarnya.

Tuan Hu tersenyum mendengar perkataan anak keduanya.

"Apa kamu mau menamai kuda baru kita?" ujar Daoming.

"Iya. Mau. Kakak bagaimana kalau kita menamainya Kaibo?" mendongakkan wajahnya melihat kakaknya.

"Baik. Nama yang bagus," saut Daoming.

Yang Rui terlihat senang mendengar kakaknya menyetujui nama yang ia berikan.

Setelah tiga jam berlalu, mereka akhirnya sampai di sekolah Yang Rui. Yang Rui langsung bangkit dan berlari masuk ke sekolah. Beberapa temannya juga langsung mengerubunginya.

"Sepertinya dia sudah mulai akrab dengan teman sebayanya," kata tuan Hu yang langsung melanjutkan keretanya kembali.

"Ayah benar. Dia terlihat sangat senang saat bersama temannya," saut Daoming yang langsung melompat kembali ke atas kudanya. "Ayah aku akan pergi ke sekolah sendiri."

Ciiiahhhhhh...

Daoming melanjutkan perjalannya kesekolah.

"Baik. Hati-hati, jangan terlalu ngebut."

Tuan Hu berteriak dengan kuat agar anaknya bisa mendengarnya.

"Baik."

Setelah sampai di depan akademi Liiu Yaoshan, Daoming mengikat kudanya di tempat yang sudah di sediakan. Saat dia ingin masuk, "Akademi Shilin," ujarnya membaca tulisan yang di depan pintu masuk.

"Jangan di pedulikan," menepuk pundak Daoming yang masih ada di depan pintu masuk. "Kepala sekolah yang menggantinya. Dia hanya ingin melihat nama apa yang pas untuk akademi," pengawas Du datang dengan membawa sekeranjang buah persik. Dia mengambil satu buah lalu di berikan kepada Daoming. "Aku memiliki pohon persik di depan rumah. Setiap berbuah, aku pasti memetiknya untuk di bawa ke akademi. Ambil saja, ini gratis."

"Terima kasih," mengambil buah persik pemberian pengawas Du. Saat dia mencoba satu gigitan. Rasa manis langsung menyebar di mulutnya.

"Bagiamana?" pengawas Du memperhatikan.

"Buah ini segar dan manis," saut Daoming dengan mengigit kembali bauh di tangannya.

Dari arah ruang kelas, dua murid terlihat berlari menghampiri mereka berdua.

"Pengawas Du," Zihan mengulurkan tangannya. Dia murid yang duduk di kursi bagian belakang baris pertama dari pintu.

Pengawas Du memberikannya satu buah persik. "Apa hanya kalian berdua yang baru datang?"

"Iya. Yuze dan Yongsheng masih belum datang," kata Zihan dengan mulut penuh gigitan buah. "Daoming. Aku Zihan. Salam kenal. Kemarin aku ada keperluan mendesak jadi tidak bisa memperkenalkan diri."

"Iya. Tidak masalah," saut Daoming santai.

"Aku Yuwen," dia murid yang duduk di kursi bagian belakang baris ke tiga dari pintu utama. Yuwen langsung mengambil buah yang ada di keranjang dan memakannya.

"Aku Su Zhou, seharusnya kamu sudah tahu nama ku," siluman kecil itu sudah ada di depan Daoming dalam hitungan detik saja.

Daoming mengangguk.

Dari arah pintu masuk akademi, dua murid lainnya baru saja datang. Mereka langsung menghampiri gerombolan yang masih ada di depan ruangan kelas.

"Daoming, aku Yu," belum sempat mengatakan namanya murid lainnya menyelak.

"Aku Yongsheng."

"Aku Yuze."

"Daoming," saut Daoming menanggapi.

"Aku kira kamu tidak akan kembali lagi. Jadi aku tidak memperkenankan diri kemarin," kata Yuze menjelaskan.

"Benar. Akan melelahkan jika terus memperkenalkan diri kepada murid baru yang hanya masuk satu hari saja lalu tidak pernah kembali lagi," saut Zihan kesal.

"Guru Jierui sudah datang. Kalian harus segera masuk kelas," kata pengawas Du yang langsung membuat semua murid berlari dengan cepat masuk kedalam ruangan.

"Daoming ayo," teriak Zihan yang berhenti di depan pintu kelas, melambaikan tangannya kepada Daoming yang masih diam dengan kebingungan.

Daoming langsung berlari masuk ke dalam kelas.

"Guru Jierui sangat membenci murid yang telat masuk kelas meski hanya satu detik saja," bisik Zihan ke telinga Daoming sebelum duduk di bangkunya.

1
Ismaeni
ceritanya cukup bagus ,menarik diikuti,bahasanya enak dan tidak kaku...semangat thor
Dewi Sartika
bagus banget
Time traveler
Nyimakk thorr
umar aryo
Luar biasa
Maz Tama
sekte iblis
Maz Tama
semangat thor
Maz Tama
seru alur cerita nya
Maz Tama
lanjut thor
Maz Tama
sedih Thor...cepat jadi kuat daoming
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!