Di sebuah desa bagian timur kabupaten Jember yang mulai terjamah zaman modern hiduplah sebuah keluarga yang harmonis dan terpandang di daerahnya. Sepasang suami istri yang dikaruniai sepasang putra dan putri.
Putra sulung mereka Akbar Maulana telah menikah dan memiliki seorang putri yang lucu. Sedangkan putri bungsunya yang cantik,manis menjadi primadona di desa nya masih asyik dengan usahanya hingga belum menikah di usia yang menurutnya masih sangat muda untuk berkeluarga yaitu 24 tahun. Iya, Maureen Maulana namanya.
Sedangkan di ibu kota, tepatnya di pondok pesantren terkenal yang di asuh Kyai Abdul Aziz yang namanya sering di tampilkan di sosial media,berita koran maupun di televisi. putra semata wayangnya pun tak kalah menjadi sorotan, diusianya yang tergolong muda yaitu 30thn bergelar doktor lulusan Mesir tentu untuk membantu proses pendidikan di ponpes orang tuanya dan menjadi pengusaha sukses mandiri tanpa bantuan orang tuanya. sungguh pria idaman wanita " ialah Faizul A'la
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon maliyaiskan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan yang harus dihadapi
Hatiku berbunga-bunga saat mobil yang dikemudikan mas Akbar memasuki pelataran pondok, awalnya kaget sih karena ramai ada acara yang ku ketahui tengah memperingati hari kelahiran nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu mas ku jadi urung ikut masuk dengan alasan gak enak, juga keburu takut gak nutut ketempat tujuannya.
Senyum selalu ku perlihatkan kepada sesiapapun yang bersitatap denganku. Aku bersenandung didalam hati menggambarkan suasana hatiku yang bahagia. Akhirnya sebentar lagi kami akan bertemu, setelah dua hari tidak berjumpa suami alimku itu. Dua hari rasanya seperti dua tahun menurutku, lebay sih memang tapi beneran hehee
Ku tapakkan kakiku di teras rumah yang selama dua bulan ini menjadi surga suka duka ku. Dengan pelan ku ucapkan salam " Assalamualaikum " namun tidak ada jawaban, ruang tamu nampak kosong. Saat melangkah menuju ruang tengah, sayup-sayup aku mendengar namaku sedang disebut-sebut. Ku pelankan langkah kakiku berdiri dibalik pintu penghubung ruang tamu dengan ruang tengah
Obrolan mereka bikin aku penasaran dong, pasal mereka menyebut namaku dan Fathimah. Terlebih disana juga ada suamiku
" Lalu kapan kau akan memberitahu Maureen tentang statusmu dengan fathimah le? dia tetap harus tahu. Alangkah baiknya jika dia mendengar langsung darimu daripada harus mendengar dari orang lain le " Ucap Abi yang makin bikin aku penasaran, memangnya hubungan apa. Mereka sepupuan, kan aku udah tahu
" Faiz belum siap Abi " Jawab suamiku yang makin menambah kebingunganku. Kenapa harus tidak siap, memangnya apa yang belum ku ketahui
mertuaku kembali bersuara " Sebagai istri pertamamu ia berhak tahu, agar tidak terjadi Boomerang di rumah tangga kalian " alisku mengerut, Sebenarnya ada apa sih ini
" Sangat berat Bii.. Faiz belum siap " Ucap suamiku yang makin membuatku yakin bahwa ada yang tidak beres ini pastinya
" Lalu sampai kapan kau akan menyembunyikan bahwa Fathimah juga istrimu. Sampai perut Fathimah membesar " Ucap seseorang yang ternyata bukan hanya ayah mertuaku yang ada di sana. Ya pemilik suara itu adalah ibu mertuaku yang selama ini ku ketahui orangnya lemah lembut, tapi yang baru saja ku dengar, ia berkata dengan nada ketus.
Bak ter sambar petir, udah pasti. Rasanya sangat syok mengetahui kebenaran ini. Sakit hati, marah, dan kecewa tentu saja menghampiriku saat itu juga. Lantas kapan mereka menikah, bukankah tadi Abi bilang akulah istri pertama. Berarti mereka menikah baru-baru ini dan aku tidak tahu. Lebih parahnya lagi mertuaku yang selama ini aku anggap sangat baik ternyata juga tahu dan tidak memberitahuku. Ini gila benar-benar gila
Kakiku gemetar,lemas tak berotot rasanya. Air mataku mengalir tanpa dikomando. Dadaku sesak menuntut suara untuk segera terlontar. Namun segera ku bekap mulutku dengan tangan, agar tak mengeluarkan suara yang membuat mereka sadar bahwa aku telah pulang.
Perlahan ku langkahkan kakiku untuk mundur ke belakang. Setelah keluar akupun berlari menuju toko yang ternyata masih di buka oleh karyawanku. Mereka melihat ke arahku yang berjalan dengan tergesa-gesa. Ijah yang merupakan salah satu karyawanku sempat menyapaku, namun tak ku hiraukan. Dengan langkah panjang ku langkahkan kakiku menuju ruang pribadiku yang tak seberapa luas dibandingkan ruang kerjaku di Jember. Ku tutup pintunya lalu ku kunci dari dalam
Aku menangis tergugu namun kutahan agar tak mengeluarkan suara. Ku sumpal mulutku dengan sapu tangan yang ada di laci meja kerjaku.
huuuuu..huuuu...hikks
Terus ku tumpahkan kekecewaan dan kemarahanhu di ruang sempit ini. Bermain dengan segala prasangkaku yang tak terhitung.
Kenapa? Kenapa mereka lakukan ini padaku. Apa salahku, apakah selama ini aku belum bisa menjadi istri dan menantu yang sesuai dengan harapan mereka? Rasanya aku telah berusaha semampuku untuk menjadi baik dengan sebaik-baiknya.
Mengapa harus sekarang saat aku telah jatuh cinta pada Hubby? Huuuu... huuu air mataku terus saja gugur tak mampu ku bendung.
Dan baru di dua bulan pernikahan, haruskah aku merasakan poligami? Ummaaahhhh.... sakiiit ummaahhh... hatiku menjerit memanggil-manggil nama cinta pertamaku.
Lalu apa alasan mereka menyembunyikannya dariku? padahal mereka adalah keluarga terhormat yang selama ini disanjung-sanjung oleh abah. Lantas bagaimana perasaan Abahku nanti jika tahu putri yang sangat ia sayangi tersakiti macam ini. Huuuu huuuu maafin adek abaaahhh...
Ternyata benar kata Fathimah bahwa aku sebenarnya adalah orang ketiga diantara mereka. Yang akhirnya mereka bersatu juga saat ini. Hancur segala angan yang selalu aku rajut dalam rumah tangga ini, Mengapa Hubby bisa Setega ini pada adek? tidak bisakah kita bicara terlebih dahulu tentang kekuranganku sebelum kau menikah lagi by?
Cukup lama aku menangis hingga tidak sadar saat ini pukul berapa. Ku dengar suara ketukan pintu yang ku ketahui adalah Ijah. Dengan langkah gontai ku buka pintunya
" Assalamualaikum Ning"
" Waalaikumsalam" jawabku
" Toko udah kami tutup. Terus bagaimana dengan Ning? Ngapunten ini sudah jam dua belas malam Ning " Ucap Ijah yang menatapku dengan salah tingkah mungkin karena mataku yang bengkak sembab karena lama menangis
" Maaf mbak, saya tidak sadar jam. Silahkan mbak dan yang lainnya kembali ke asrama untuk istirahat. Biarkan saya menginap disini. Pintunya dikunci dari luar saja gak apa-apa. Titip sendal saya untuk dimasukkan ya mbak." Ucapku dengan suara serak
" Njih Ning, kalau begitu saya pamit " Ucap Ijah
" Tunggu mbak, maaf merepotkan. Tolong sampaikan kepada teman-teman yang lain untuk tidak mengatakan kepada siapapun bahwa saya tidur di toko malam ini "
" Njih Ning, assalamualaikum "
" Waalaikumsalam " Jawabku kembali menutup pintu menguncinya dari dalam lalu menuju kasur spon kecil yang memang ku taruh disana untuk jaga-jaga jika aku ngantuk disiang hari
Ku rebahkan tubuhku menatap langit-langit toko yang menyilaukan mataku karena sinar lampu yang lurus tepat berada diatas kepalaku. Masih bisa ku dengar suara kasak kusuk anak-anak yang mungkin membicarakan tentang permintaanku barusan. Tak lama dari itu Braaakkk suara pintu toko tertutup, pasti mereka telah kembali ke asrama.
Ku raih benda pipih di dalam saku baju ku yang dari tadi tak ku sentuh sama sekali. Banyak pesan dan panggilan WhatsApp dari suamiku. Entahlah sekarang aku jadi malas untuk menjawab pesan-pesannya apalagi bertemu dengannya.
namun perhatianku beralih ke pesan yang dikirimkan Mbak Wulan, aku tersenyum melihatnya. Kakak iparku itu mengirimkan video Bella yang lagi merajuk karena ku tinggal tanpa berpamitan tadi
" Ate ana ndaa, Ella mau ate. Kok ate pelgi gak bilang-bilang, Awac nanti kalau Ella ketemu ate Ella mau ecklim yang banyak " Rajuknya mengerucutkan bibirnya yang mengundang gelak tawa para penumpang mobil yang dikendarai masku
" Tante pulang sayang ketemu O'om, tadi Tante udah bilang ke Bella tapi Bella tidur dibangunin gak bangun-bangun" Ucap mbak Wulan
" Huwaaaaaa nggak Ella mau ate, Ella mau cama ate aja. Ella kangen ate ndaa, ayo anterin Ella ke ate " tangisnya
Syukurlah ada video Bella yang bisa menghiburku malam ini. Setelah puas menangis akhirnya ku putuskan untuk segera tidur, kepalaku rasanya ingin pecah mungkin karena kelamaan menangis dan kepikiran akan kenyataan yang harus aku hadapi setelah ini. Aku harus istirahat, kesehatanku lebih penting dalam situasi seperti ini.
.."aku tresno karo sampeyan".. maukah jadi istriku sehidup semati
diubel up dong thor...
rujuk harus melalui perjalanan yang berat ya Thorrr.
jangan² benar nih kalau dokter Ahmad dan Gus Faiz ternyata berteman..terus bagaimana rencana Maureen tidak jalan lahh