My Destiny

HAPPY READING..

***

Rehan mengerutkan keningnya. heran sekaligus tak setuju dengan apa yang Mika inginkan darinya.

"Memangnya apa peduli ku?" protesnya.

Tak menyangka kalau Mika sampai berpikiran untuk membuat Rehan pergi hanya karena Mika akan kedatangan sahabatnya besok.

"Aku mohon Rey..please bantu aku kali ini..." ucap Mika. bahkan sampai menangkup kan kedua tangannya memohon agar Rehan mau membantunya.

"Tidak..." jawab pria itu ketus.

toh tidak ada untungnya bagi Rehan kalaupun harus membantu Mika.

lagian ini juga rumahnya. Rehan berhak datang dan pergi kapanpun ia suka.

Mika tak kehabisan akal.

Gadis itu terus memohon agar Rehan mau membantunya. setidaknya jangan pulang dulu sebelum kedua sahabat Mika pulang.

"Tidak sampai malam kok... paling sampai jam 8 malam... Tolong Rey, bantu aku..." rengeknya.

"Ini kan rumahku, kenapa juga kau menyuruh ku untuk tidak pulang? dan apa hakmu? apa kau lupa tentang isi perjanjian kita waktu itu?" ucap Rehan. mengingatkan isi perjanjian yang mereka buat dengan keadaan sadar dan tanpa paksaan. bahkan disana jelas tertulis poin dari Mika sendiri. "Tidak mencampuri urusan masing-masing..." ucap Rehan mengingatkan pada Mika tentang isi poin yang ditulis gadis itu.

Jadi Rehan bebas melakukan apapun. asal tidak mengganggu Mika. jadi mau Rehan di rumah ataupun tidak, tentu bukan urusan Mika. dan kalaupun ada yang datang, anggap saja tak ada Rehan disana. beres kan?

"Tapi Rey.. mereka belum mengetahui kalau aku dan kau sudah menikah..." rengek Mika lagi. akan lebih gawat jika Karin dan Sasa mengetahui hal yang selama ini Mika rahasiakan. bagaimana reaksinya nanti?

Ya walaupun suatu saat akan diketahui oleh orang lain, hanya saja jangan sekarang.

setidaknya jangan untuk waktu dekat.

"Biarkan mereka tau..." jawab Rehan enteng. sama sekali tak peduli dengan keinginan Mika.

"Jangan donggg..." teriak Mika hampir menangis. Mika hanya tak ingin pernikahan ini diketahui sahabatnya. Mika belum punya jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dari sahabatnya.

"Aku mohon bantu aku kali ini saja...pleaseee...". Mika terus membujuk Rehan. tak peduli kalau pria itu terus menolak. Mika akan terus berusaha sampai pria itu berubah pikiran.

"Hanya kali ini... aku janji hanya kali ini aja..." janji Mika.

Rehan mendengus kesal. Mimik wajah Mika berubah. ia tau kalau Rehan akan luluh dengan permohonannya.

lihatlah wajah pria itu, sama sekali tidak teha untuk menolak bukan?

"Tidak!".

Mika benar-benar kecewa. ia kira Rehan akan menuruti keinginannya. tapi dugaannya salah.

pria itu benar-benae keras kepala. entah usaha yang bagaimana lagi yang bisa Mika lakukan untuk membuat Rehan setuju.

"Aku mohon Rey, bantu aku kali ini... besok Karin dan Sasa akan kesini... dan bagaimana jika mereka tau kalau aku tinggal bersama seorang pria? mereka akan berpikir yang tidak-tidak..." keluh Mika.

"Kenapa? kau tinggal dengan suamimu sendiri..." ucap Rehan. bukankah tidak ada yang melarang hal itu?

Aneh...

"Tapi Rey, mereka belum tau kalau aku sudah menikah..." jelas Mika.

"Kenapa tidak bilang saja bahwa kau sudah menikah.. apa susahnya?".

Bahkan Rehan juga tak peduli dengan pendapat orang lain tentangnya. yang mana mungkin saja karyawan di Perusahaan juga sudah mendengar desas-desus pernikahan mereka. tapi memang belum ada yang menyinggung di depan Rehan langsung. jadi pria itu tidak merasa terganggu ataupun tidak nyaman. semuanya masih baik-baik saja.

"Mana bisa begitu? aku masih kuliah Rey, memalukan bukan jika gadis seusiaku menikah? apa kata orang-orang nanti? beda lagi kalau aku tidak kuliah dan bekerja.. mungkin masih dimaklumi. tapi beda lagi kalau masih sekolah... mungkin orang akan bilang kalau aku hamil duluan..." jelas Mika. seperti itulah pemahaman di negeri ini.

"Apa ada seseorang yang akan terluka jika mengetahui fakta bahwa kau sudah menikah?" cerca Rehan. bukan cemburu, hanya saja mungkin itulah alasan yang membuat Mika menyembunyikan semua ini. karena ada seseorang yang harus ia jaga hatinya.

Pria yang waktu itu misalnya.. batin Rehan.

"Mana ada?". Jelas Mika tak setuju dengan ucapan Rehan barusan. karena memang pada kenyataannya, Mika tak menjalin hubungan dengan pria manapun.

"Ya mungkin saja kan.. lagian aku melihatmu berjalan dengan pria itu beberapa kali..." goda Rehan.

"Pria? pria yang mana?" Mika bingung. Pria mana yang Rehan maksud itu.

"Ck... Pura-pura bego...".

Mika masih tak paham. tapi ada hal lain yang lebih penting daripada membahas pria seperti ucapan Rehan tadi.

Mika harus membujuk Rehan lagi. berusaha agar pria itu mau atau sekedar membantunya kali ini.

"Rey, aku hanya memintamu untuk pulang terlambat, setidaknya pulang setelah Karin dan Sasa pulang... nongkrong dimana kek atau kemanapun asal tidak pulang ke rumah ini dulu...".

"Apa bayaranku untuk itu?". Rehan justru meminta bayaran untuk permintaan Mika.

"Bayaran apa?" tanya Mika tak paham.

"Kalau tak mau ya sudah..." jawab Rehan tenang. ia juga tak mau rugi untuk melakukan sesuai dengan keinginan Mika.

"Baiklah, akan aku traktir makan.. bagaimana?" bujuk Mika.

"Tidak!" tolak Rehan.

Mentraktir makan? ck... kekanakan sekali...

"Lalu apa?" tanya Mika penuh frustasi. bayaran apa yang pantas untuknya? Mika tak memiliki ide apapun.

Sejenak Rehan berpikir. ada sesuatu yang memang ia perlukan dari Mika. hanya saja beberapa hari terakhir Rehan ingin meminta bantuan dari gadis itu, tapi ragu. mungkin sekarang lah waktu baginya.

"Temani aku di malam minggu nanti..." ucap Rehan yakin.

"Baiklah baiklah... aku temani hari minggu ini...kemanapun kau mau.. tapi janji, besok Jangan pulang sebelum aku mengabarimu kalau sahabatku sudah pulang..." ucap Mika bersepakat.

"Oke..." jawab Rehan tenang. pada akhirnya ia sudah memiliki partner untuk malam minggu nanti.

Bahkan sampai pagi hari.

ketika Rehan sudah berada di dapur menyiapkan sarapan untuk mereka sebelum beraktivitas.

Mika yang baru saja tiba kembali mengingatkan Rehan tentang pembicaraan semalam.

"Kau tidak lupa kan? jangan pulang dulu nanti malam..." ucap Mika mengingatkan.

"Hm," jawab Rehan acuh.

Mendengar jawaban Rehan yang seenaknya, Mika tak begitu yakin. bisa saja pria itu lupa atau bahkan sengaja membuat rencana Mika gagal nantinya.

"Rey..." panggilnya.

"Hm," jawab pria itu sambil sibuk memanggang roti untuk sandwich.

"Lihat aku!" perintah Mika.

Rehan menengok sekilas, "Jelek!". singkat padat dan jelas. mengomentari penampilan Mika.

Apa dia bilang!

"YA! kenapa kau mengataiku jelek?".

"Bukankah kau memintaku untuk melihatmu tadi? sudah ku lihat dan kau terlihat jelek..." ucap Rehan.

Sialan! umpat Mika dalam hati.

Padahal Mika sudah berdandan sanis mungkin. dan ia yakin kalau pria manapun juga akan tertarik padanya. hanya saja pria di depannya itu yang tidak normal. sehingga mengatainya jelek.

Dasar buta! lagian lebih baik kalau dia tak tertarik padaku.. hehehe...

"Jangan lupa,.. aku akan menelepon mu dan kau boleh pulang nanti..." ucap Mika lagi. sedangkan Rehan tak menjawab.

Ucapan Mika benar-benar tidak ada pwnyingi baginya.

"Rehan.. aku serius, Rey..." ucap Mika putus asa. bahkan keberadaan dirinya yang berdiri di samping Rehan juga seperti tak ada gunanya. pria tak peduli.

Tapi dugaan Mika salah.

Rehan mengabaikan rotinya. memblokir pergerakan Mika dan menyudutkanya di meja Dapur.

"Kau mau melihatku serius?" ucap Rehan. tatapannya mengunci tatapan mata Mika. dengan jarak yang begitu dekat. bahkan Mika tak bisa bergerak sama sekali. apalagi dengan kedua tangannya yang berada di kedua sisi tubuhnya. membatasi pergerakan Mika.

Untuk pertama kalinya mereka saling bertatap muka dengan jarak yang sedekat ini. jantung Mika seakan berhenti berdetak. gadis itu bahkan sampai lupa caranya untuk bernafas dengan lega.

"Ck...".

Rehan tersenyum.

meninggalkan Mika dan kembali untuk membuat sarapan.

Mika yang salah tingkah langsung merapikan rambutnya. berjalan meninggalkan Rehan dan duduk di kursi makan tanpa mengatakan apapun.

Apaan yang tadi itu? batin Mika.

Sekarang jantungnya berdetak tak karuan.

"jantungku...". gumam Mika sambil menyentuh dadanya.

***