. Tak terasa saat Farah melihat jam ditangannya waktu sudah menunjukkan pukul 12: 00 siang. saatnya jam makan siang. Farah yang kelaparan pun langsung turun kebawah untuk menuju kantin, namun! Dia terusik dengan perkataan salah satu tamu disana yang mengatakan ada dokter psikiater baru yang datang, seketika jantungnya mulai berdebar kencang . “Apakan itu kakak?“ ucap batinnya.Dan disaat yang bersamaan,
Farah hampir menabrak seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8
"Jadi aku harus bagaimana, aku baru pertama
kali melakukan hal ini." Sahut Farah.
"Pindak ke sisi kiri." Ucap Ical. Farah
menuruti perintah Ical. "Salah bukan kesitu." Ucap Ical.
"Bagaimana?" Sahut Farah.
"Jika bukan karna Pera aku tidak akan
mau." Ucap Ical.
"Kau fikir aku mau duduk di pangkuanmu jika
bukan karna Pera." Sahut Farah.
Akhirnya Pera mengarahkan bagaimana mana posisi
yang benar. "Kenapa bukan kamu saja yang di foto?" Tanya Farah.
"Kalau aku yang di foto siapa yang mengarahkan
di sini." Jawab Pera.
"Kalau kamu yang di foto bukannya tidak perlu
di arahkan." Sahut Farah.
"Pokoknya yang di foto harus kamu." Ucap
Farah. Farah pun berhenti berdebat dengan Pera. Saat Pera mengarahkan bagaimana
pose yang benar, tiba-tiba mereka terjatuh kaki Pera terlipat menimpa kaki
Ical. Kaki Ical cedera sampai harus di larikan ke rumah sakit karna terjadi
pergeseran tulang pada kakinya.
Pera yang bertanggung jawab atas semua kerugian
yang Ical alami. Tapi di sisi lain Farah tetap harus melanjutkan pemotretannya
meski sendirian.
Farah menggunakan sepuluh baju yang berbeda dengan
tema foto yang berbeda-beda juga.
"Apakah aku di gajih untuk melakukan hal
ini." Gumang Farah. Malam semakin gelap, akhirnya pemotretan Farah pun
selesai.
Pera yang sedang sibuk mengurus Ical di rumah sakit
tidak tahu menahu apa yang terjadi dengan Farah di studio foto. Farah hanya
kembali tersenyum ikhlas menerima semua perlakuan Pera kepadanya.
Farah kembali pulang kerumahnya namun, dia teringat
bahwa ada hal yang harus dia selesaikan malam ini juga di kantor. Farah memutar
kemudi setir mobilnya dan kembali menuju rumah sakit. Satu jam, dua jam telah
berlalu akhirnya pekerjaan Farah selesai. Saat melihat jam di tangannya sudah
lewat pukul 10:00 malam.
Sebenarnya Farah ingin langsung pulang ke rumah
tapi perutnya lapar jadi Farah berniat untuk pergi ke tempat makan dekat rumah
sakit. Saat membuka pintu kantornya ada orang yang terjatuh "Kamu tidak
papa?" Tanya Farah. Farah berfikir bahwa orang yang di hadapannya ini
adalah salah satu tamu yang harus rawat inap namun, tersesat. "Mari saya
antar ke kamar anda." Ucap Farah.
"Bisakah kamu bantu aku untuk berdiri
dulu."
Farah terkejut ternya itu bukan tamu melainkan
Iplan.
Farah mengulurkan tangannya membantu Iplan berdiri.
"Sedang apa kamu di sini." Tanya Farah.
"Aku sedang menunggumu." Jawab Iplan.
Farah kebingungan kenapa Iplan menunggunya di depan
pintu kantor Iplan bukanlah tipe orang yang sabar jika menunggu fikir Farah.
"Kamu harus bertanggung jawab karna telah membuatku jatuh." Ucap
Iplan. Farah sudah menduga kalau Iplan akan mengatakan hal itu. Apakah dia akan
membawaku ke tempat makan, atau ke bioskop, atau ke taman bermain lagi fikir
Farah.
"Ayo kita ke bukit." Ucap Iplan. "Ke
Bukit jam sepuluh malam, apa yang akan kamu lakukan di sana." Sahut Farah
heran.
"Kalau kamu sudah sampai, kamu pasti akan
paham." Ucap Iplan. Farah pun mengiyakan permintaan dari Iplan, sungguh
Farah adalah wanita yang tidak bisa menolak permintaan orang lain Karna
mempunyai empati di luar rata-rata orang normal.
Mereka berdua pun turun kelantai dasar dan ternyata
Iplan sudah menyiapkan semuanya di lantai bawah tepatnya di lobi rumah sakit
ada tas ransel besar untuk orang berkemah dan kotak kompor yang bisa di bawa
kemana saja lalu juga ada kotak misterius yang Farah tidak tau apa isi di
dalamnya. Semua barang itu di masukkan ke dalam mobil Farah.
Mereka pergi ke bukit dengan kira-kira satu jam
perjalanan sampai puncak bukit. Sesampainya mereka di puncak bukit Iplan
mengeluarkan semua barang yang ada di dalam tasnya ada tenda dan peralatan
untuk tidur di orang, ada kursi lipat dan meja kecil.
Kotak misterius yang di bawa Iplan ternya isinya
makanan mentah ada daging, sayuran yang suda di tusuk seperti sate, ada
beberapa buah potong dan kaleng soda empat rasa.
"Dia benar-benar sudah menyiapkan
semuanya." Gumang Farah.
Pera pergi ke rumah sakit untuk mengantarkan Ical
yang terluka, Ical harus di rawat di rumah sakit beberapa hari. Kaki Ical juga
di pasang gips dan proses pemulihannya kurang lebih 4 bulan sampai sembuh
total.
"Pera." Panggil Ical.
Pera menatap Ical. "Bisakah kamu tinggal di
sini malam ini?." Tanya Ical.
"Tidak bisa." Dengan tegas Pera menjawab.
"Bukannya kamu harus bertanggung jawab karna
sudah membuat aku terluka?." Ucap Ical.
"Aku bertanggung jawab atas semua kerugian
yang kamu alami secara materi, jika kamu ingin ada yang menemani di rumah
sakit, kamu bisa menyewa penjaga. Aku bisa mencarikannya jika kamu mau."
Sahut Pera.
Pera pergi dengan sikap dingin kepada Ical.
"Aku harus bagaimana mana lagi agar kamu mau
melihatku dengan hangat bukan sikap dingin seperti ini." Gumang Ical.
*KEMBALI*
"Apa yang akan kamu lakukan dengan semua
ini?" Tanya Farah.
"Kita akan bercerita sambil duduk di depan
perapian lalu membuat barbeku bersama dan kita akan kembali bercerita di dalam
tenda sambil berbaring." Jawab Iplan.
Semua sudah selesai di rapikan oleh Iplan saatnya
mereka melakukan kegiatan seperti yang Iplan katakan. "Apa yang ini kamu
ceritakan?" Tanya Farah.
"Kamu tau 1 + 1 = berapa?"
"2."
"2 + 2 = ?"
"4."
"4 + 4 = ?"
"8." Pertanyaan itu masih berlanjut
sampai 1,048,576. "Apakah kau akan terus melanjutkannya?" Tanya
Farah.
Iplan hanya tersenyum saat Farah bertanya seperti
itu.
"Siang, malam?" Tanya Iplan.
"Malam." Jawab mereka bersama.
"Kuah, goreng?"
"Goreng."
"Dingin, panas?"
"Dingin."
Mereka selalu memiliki jawaban yang masa sampai
pertanyaan "Di cintai, mencinta?" Mereka juga sama-sama menjawab
mencintai. "Kenapa mencintai, bukannya di cintai lebih enak yah? Wanita
kebanyakan akan memilih dicintai. Jika dicintai kita bisa mendapat sesuatu yang
lebih dari kita berikan dari orang yang mencari kita." Ucap Iplan.
"Mencintai itu pilihan kita, tapi dicintai
bukan atas kendali kita." Sahut Farah.
"Bagaimana jika ada yang mengungkapkan cinta
padamu, apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Iplan.
"Aku akan mendengarkan pengakuan cintanya lalu
menolaknya dengan lembut." Jawab Farah.
"Bagaimana masa bisa kamu menolak seseorang
dengan lembut." Ucap Iplan.
"Aku akan berterima kasih Karna dia telah
mencintaiku, lalu memberi beberapa nasehat seperti aku tidak pantas mendapatkan
cinta setulus itu dari orang sepertimu dan waktumu telah banyak terbuang karna
mencintai orang sepertiku. Berusa mendapatkan cinta dari orang yang kita cintai
memang tidak salah, tapi jika cintamu sudah tidak ada titik terangnya sama
sekali ku pikir orang itu harus menyerah. Bukankah itu tidak baik untuk dirinya
sendiri." Sahut Farah.
"Bagaimana jika kamu juga mencintai orang yang
sedang mencintaimu tanpa kamu sadari?" Tanya Iplan.
"Akan terlihat jelas jika aku sedang mencintai
seseorang, dan jika kebetulan orang yang ku cintai juga sudah lama mencintaiku.
Yah, aku pikir itu akan berjalan begitu saja. Mungkin, karna aku belum pernah
merasakannya jadi aku tidak tau." Jawab Farah.
"Aku lapar, ayo kita mulai membakar!"
Ucap Iplan.
"Kuharap perasaanmu padaku tidak lebih dari
ini." Ucap Farah dalam hati.
Mereka mulai memanggang semua bahan makanan yang
dibawa oleh Iplan.
Iplan membuat saus andalannya yang sangat enak,
Farah bahkan tidak menyangka bahwa Iplan sehebat itu dalam membuat saus.
"Apakah kamu pernah bekerja di tempat
makan?"
"Tidak."
"Dimana kamu mempelajari ini?"
"Aku mempunyai teman yang hobi sekali masak
jadi aku belajar darinya dengan melihat saja."
Semua sudah siap di hidangkan. Dengan perlahan
mereka mulai memakan semua makanan yang sudah di siap kan. Iplan juga sesekali
membuat lelucon yang membuat Farah tertawa sambil makan.
"Ayolah, aku tidak bisa memasukkan makanan ku
ke mulut jika kamu terus membuat lelucon seperti itu." Ucap Farah.
Iplan tidak menghentikan aksinya mulai dari membuat
gigi palsu dari apel, membuat lidah dari daging. Sungguh malam yang penuh
dengan kehangatan dan canda tawa yang menyenangkan.
Akhirnya semua makanan yang di bawa oleh Iplan
sudah habis mereka makan.
"Aku tidak percaya sudah menghabiskan semua
makanannya." Ucap Farah.
"Farah." Panggil Iplan.
"Aku tidak terbiasa dengan kamu yang jika
memanggil nama asliku berarti akan membicarakan sesuatu yang serius." Ucap
Farah.
"Tidak, xargus." Sahut Iplan.
Ekspresi Iplan yang awalnya serius kembali santai
karna tau Farah lagi tidak bersemangat untuk obrolan yang serius jadi Iplan
berfikir untuk membuat malam ini hanya penuh dengan senyum dan tawa dari Farah.
Saat Farah melihat jam di tangannya sudah pukul
03:00 pagi. "Aku akan menutup mataku sebentar lalu kita pulang." Ucap
Farah.
Tidak lama setelah itu Farah benar-benar tertidur
lelap. Iplan berpikir untuk membawanya pulang tanpa membangunkan Farah, Karna
Iplan tau Farah sudah lembur bekerja hari ini.