NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - Bantuan

Terdengar suara langkah pelan kaki Aditya yang menyusuri jalan gelap di tengah malam. Tidak ada cahaya yang menerangi selain bulan sabit di langit dan kedua mata Aditya yang menyala redup. Dia menyusuri jalan kecil yang jauh dari perkotaan untuk mencari sesuatu.

Tidak lama kemudian dia berhenti di sebuah rumah kecil yang ada di tengah pepohonan besar. Tidak ada orang yang akan menyangka bahwa ada sebuah rumah di tengah hutan belantara seperti ini. Rumah itu sangat bersih dan terawat walaupun terlihat dari modelnya yang sudah sangat kuno.

Aditya mendekati rumah itu lalu mengetuk pintunya beberapa kali. Tidak terdengar jawaban ataupun tanda-tanda ada manusia di sana. Hanya terdengar suara binatang malam yang saling bersahut-sahutan. Aditya tetap berdiri di sana dan menunggu tanpa mengucapkan apapun.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka tanpa ada siapapun di baliknya. Aditya masuk begitu saja lalu duduk di sebuah kursi kayu yang penuh ukiran naga di atasnya. Pintu kemudian tertutup dengan keras dan suara yang binatang malam yang tadinya terdengar menjadi hening seketika.

"Siapa kau, Anak Muda?" Terdengar suara seorang lelaki tua yang bertanya.

"Aku Aditya Nareswara."

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini?" tanya suara itu lagi.

"Dari salah satu temanku. Aku ingin bertemu denganmu."

Suara itu tidak merespon selama beberapa saat, tapi selanjutnya muncul seorang lelaki tua yang memegang tongkat di tangan kirinya dan memegang lampu di tangan kanannya. Lelaki tua itu kemudian duduk di kursi di depan Aditya.

"Untuk apa kau ingin menemui pria tua ini?" tanya lelaki tua sambil menyalakan sebuah cerutu.

"Aku ingin meminta bantuanmu," jawab Aditya tanpa basa-basi.

"Atas dasar apa aku harus membantumu. Aku bahkan tidak mengenalmu."

"Memang benar, tapi aku mengenalmu. Kau adalah salah satu buronan berbahaya paling dicari di seluruh Nusantara, namamu Mustaza Bachtiar."

Pandangan lelaki tua itu yang tadinya teduh berubah menjadi tajam. "Dari mana kau tau? Apa kau suruhan dari kerajaan? Tapi aku dengar keluarga Nareswara sedang tidak memiliki hubungan yang baik dengan kerajaan saat ini."

"Aku tidak ada hubungannya dengan kerajaan. Aku datang ke sini atas keinginanku sendiri. Aku jamin tidak akan ada orang yang tau," kata Aditya meyakinkan.

"Apa kau tau resiko macam apa yang akan terjadi jika kau berhubungan dengan buronan sepertiku?"

Aditya menghela napas. "Aku tau. Aku tidak punya pilihan lain. Lagipula semua tuduhan yang di arahkan padamu tidak ada satu pun yang benar. Kau bukanlah orang jahat."

Mustaza menatap mata Aditya untuk mencari kebohongan. Ia tidak melihat adanya hal yang disembunyikan dari pemuda di depannya. Walaupun begitu dia masih ragu untuk percaya pada seseorang yang baru ia kenal.

"Apa maumu?" tanya Mustaza.

"Ada seseorang yang akan berencana membunuh keluargaku," jelas Aditya.

"Lalu, apa hubungannya denganku?"

"Apa kau ingin kejadian pembantaian keluarga Bachtiar terjadi pada keluargaku juga?" Aditya merasa jengkel dengan nada bicara Mustaza.

"Dengar, Nak. Aku bukannya tidak peduli pada keluargamu, tapi apa kau tau kenapa aku bisa menjadi buronan?"

"Tentu aku tau. Kau dituduh menjadi gila dan membantai keluargamu sendiri, tapi itu tidak benar. Kerajaan dengan sengaja ingin menyingkirkan keluarga Bachtiar yang selama ini selalu menghalangi mereka."

Mustaza tersenyum sendu. "Kau tau banyak, Nak. Tapi aku tidak akan mengubah keputusanku untuk tetap di sini. Kehilangan keluarga begitu menyakitkan untukku. Aku hanya ingin hidup damai di sisa usiaku."

Aditya terdiam sejenak. "Apa kau tidak ingin membalaskan dendam keluargamu?"

"Tentu saja, tapi kepada siapa? Apakah aku harus menggulingkan keluarga kerajaan yang saat ini berkuasa? Atau aku hanya perlu membunuh sang raja? Keduanya tidak ada yang mungkin untuk dilakukan, Nak."

"Tidak, bukan itu. Kau hanya perlu membalas pada orang yang melakukannya," balas Aditya.

"Maksudmu orang yang membunuh keluargaku adalah orang yang sama yang akan membunuh keluargamu?"

"Iya, aku yakin sekali."

Mustaza tampak berpikir sejenak. Di dalam hatinya dia memang masih menyimpan rasa dendam kepada pembunuh keluarganya. Rasa marah yang selama ini dia tahan semakin hari semakin menjadi-jadi. Tidak mungkin dia bisa hidup damai dengan perasaan seperti ini di hatinya.

"Baiklah, Nak. Aku akan membantumu, tapi memangnya apa yang bisa dilakukan pria tua sepertiku?"

Aditya tersenyum lebar. "Ajari aku cara menggunakan sihir!"

"Untuk apa kau mempelajarinya? Dari aura dan bentuk tubuhmu kau lebih cocok menjadi petarung jarak dekat."

Memang benar keluarga Nareswara sejak dulu merupakan sebuah keluarga kesatria yang hampir semua teknik-tekniknya berfokus pada serangan jarak dekat. Tidak ada satu pun leluhur dari keluarga Nareswara yang menjadi seorang mage. Tapi Aditya juga merupakan keturunan keluarga Ganendra yang melahirkan banyak mage terkenal. Dia pasti punya kesempatan untuk mempelajari sihir.

"Aku ingin mencoba metode apapun yang bisa membuatku menjadi lebih kuat," ucap Aditya dengan sangat yakin. Mustaza bisa melihat kesungguhan di matanya.

"Baiklah, aku akan mengajarimu. Bersiap-siaplah untuk melewati neraka."

...****************...

Seorang pria mengamati kediaman keluarga Nareswara dari kejauhan. Matanya yang hitam sangat tajam bagaikan elang yang siap menerkam mangsanya. Di tangan kirinya terdapat sebuah belati perak yang penuh dengan darah yang sudah mengering.

Tiba-tiba datang beberapa orang yang memakai jubah hitam. "Lapor, Pak. Kami kehilangan anak itu," kata salah satu dari mereka sambil berlutut.

"Siapa namamu?" tanya pria bermata elang itu dengan ekspresi yang membuat siapapun akan merinding saat melihatnya.

"Da- Danar, Pak," ucap bawahannya yang tadi melapor dengan penuh ketakutan.

"Kemarilah!" Pria bermata elang itu melambaikan tangannya.

Pria bernama Danar itu mendekat ke arah bosnya. Dia berdiri dengan tegang menunggu instruksi selanjutnya, tapi tiba-tiba.

"Slash." Kepala pria itu melayang di udara. Para bawahan lain yang masih berlutut bergetar ketakutan. Mereka menundukkan pandangan tidak ada yang berani melihatnya.

"Dasar tidak berguna!! Berdiri kalian semua! Cepat kalian temukan anak itu! Jika tidak, aku akan pastikan kalian bernasib sama dengan teman kalian ini," ancam pria bermata elang dengan suara dingin.

"Baik, Tuan," jawab para bawahannya serentak. Mereka kemudian melesat berpencar meninggalkan pria itu sendirian di sana dengan mayat yang tergeletak masih penuh dengan darah segar.

Pria itu membersihkan darah di tangan dan jubah yang ia kenakan, tapi dia membiarkan belatinya tetap seperti itu. Belati itu sudah kotor dengan darah dan juga sudah tumpul karena tak pernah diasah. Tapi pria itu menikmati membunuh mangsanya dengan cara seperti itu.

Pria itu kemudian kembali menatap ke arah kediaman keluarga Nareswara. Rambut gondrongnya yang diterpa angin melambai-lambai menutupi sebagian wajahnya. Hawa dingin malam yang menerpa tubuhnya dia abaikan seolah dia tidak merasakannya.

"Kemana bocah itu pergi di tengah malam begini?"

^^^Continued ^^^

1
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!