Tama adalah seorang kurir pengantar barang yang melihat kejadian mengerikan di depan matanya, pada malam itu iya menyaksikan pembunuh*n yang dilakukan pria bertopeng
Detektif Lee ditugaskan saat itu menyelidiki kasus pembunuh*n berantai tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Pelaku sebenarnya
Flashback on
"kita harus cepat pergi sebelum ayahmu datang." ucap ibu Tama kepada Tama yang masih berumur tujuh tahun, setelah mengetahui suaminya banyak melakukan pembunuhan, ibu Tama segera membawa Tama pergi jauh namun itu tidak sesuai rencana mereka, ayah Tama tiba di rumah sebelum mereka hendak pergi "kau tidak bisa lari membawa anakku." ucap ayah Tama dengan memegang satu pisau di tangannya, ibu Tama langsung meraih tangan Tama, meletakkan di belakang badannya, "dia anakku, kau tak pantas di sebut ayah, karena kau seorang iblis." ayah Tama seketika menggeram marah sementara ibu Tama berusaha menghindar darinya."kau kira aku tidak tahu apa yang kau lakukan kepada para wanita itu? dimana kau menguburnya?" ucap ibu Tama dengan suara sedikit bergetar "itu urusanku, apa kau mau mati ha?" "mengapa kau menikahi ku?" tanya ibu Tama, ayah Tama pun tertawa terkekeh "karena aku butuh keturunan yang akan menggantikanku." seketika ibu Tama geram ingin memukul kepala ayahnya, namun berhasil di hindari "kurang ajar kau." ucap ayah Tama melototi ibunya, seketika pisau itu menancap di perut ibu Tama "pergi sejauh mungkin." ucap ibunya dengan suara tertatih.
Tama pun berlari dari rumahnya sejauh yang ia bisa,sementara dengan ganasnya ayahnya melampiaskan kebrutalannya kepada ibu Tama, dengan sepuluh tusukan yang ada di perutnya, membuat ibunya mati seketika, hal itu di saksikan oleh ibunya Detektif Lee yang baru saja pindah ke desa itu, ayah Tama langsung mengejarnya hingga membunuhnya di dalam rumahnya, detektif Lee yang masih berumur delapan tahun menahan tangis ketika melihat ibunya terbunuh di depan matanya, Ia bersembunyi di bawah kolong kasur.
Hanya saja pengadilan memutuskan Ayah tama hanya dua puluh tahun dipenjara, dan polisi tidak menemukan korban lainnya, karena tidak ada yang bisa megungkapkan mayat-mayat yang dikubur itu ulah ayahnya Tama.
Detektif Lee mencari ayah Tama untuk balas dendam atas kematian ibunya, namun pria itu menghilang setelah keluar dari penjara,
Flashback off
**
**
"Maafin aku ya Jen, belum bisa jagain kamu." ucap Detektif Ryu yang sedang memegang tangan Jenni yang masih terbaring koma, setelah di operasi Jenni belum sadarkan diri selama tiga hari, sementara jantung Jenni masih berpacu dengan suara denting monitor yang menunjukkan angka stabil, Detektif Ryu hanya tertunduk menunggu kesadaran adik satu-satunya.
Tiba-tiba tangan Jenni bergerak menunjukan tanda kesadaran, Detektif Ryu melihat mata Jenni yang perlahan terbuka, Ia menatap langit-langit rumah sakit dengan sedikit bingung "Jen, ini aku kakakmu." ucap Detektif Ryu menatap mata Jenni.
Jenni hanya terdiam lesu "kakak ku? siapa ?" detektif Ryu seketika meraba kening Jenni "aku Ryu kakakmu, apa kau tidak mengenaliku?" Jenni hanya menggeleng "aku tidak mengenalmu." ucap Jenni, Detektif Ryu seketika lari memanggil dokter dengan wajah yang cemas. Dokter pun memeriksa keadaan Jenni, menurut dokter itu kondisi yang wajar, akibat trauma yang mendalam, dokter pun meninggalkan mereka, menyuruh Jenni untuk beristirahat, dan tidak banyak mengobrol.
Sementara detektif Lee dengan napas terengah-engah mendatangi Detektif Ryu, "bagaimana keadaan adikmu?" ucap detektif Lee melirik Jenni yang tengah terbaring, detektif Ryu pun menggeleng, "sepertinya dia tidak mengingat apapun."
"kita harus cepat menemukan pelakunya." ucap detektif Lee mendekat kepada Jenni. Detektif Ryu seketika marah lalu menarik baju detektif Lee "apa kau tidak melihat bagaimana keadaan adikku?"
"izinkan aku berbicara dengan adikmu sekali ini saja." detektif Ryu meninju wajah Detektif Lee "apa kau buta, biarkan adikku sendiri." aksi mereka dilihat oleh seorang suster, lalu menyuruh mereka untuk keluar dari ruangan Jenni. Akhirnya detektif Lee memilih mengalah meninggalkan ruangan itu.
Tiba-tiba Jenni terbangun memegang tangan Detektif Ryu "apa ada korban lain selainku?"ucap Jenni dengan mata ketakutan,
"apa kau mengingat sesuatu? apa kau mengingat ku?" tanya detektif Ryu kembali. "jawab pertanyaanku?" ucap Jenni menghardik.
Detektif Ryu pun mengangguk "ada dua orang terbunuh, sebelum korbannya adalah kamu, kemungkinan dia orang yang sama." ucap Detektif Ryu menatap dalam mata Jenni "pria itu aneh, dia orang yang sangat aneh." ucap Jenni ketakutan "apa kau masih mengingat wajahnya?" tanya detektif Ryu, Jenni pun mengangguk lalu melepaskan cengkramannya dari tangan Detektif Ryu. "bisakah kau menggambarkan wajahnya?" tanya detektif Ryu, Jenni menelan ludah susah payah lalu mengangguk, Jenni melukiskan sosok seorang pria yang telah menculiknya dan ingin membunuhnya,
Detektif Lee menautkan alisnya, sosok pria yang tidak ia kenali yang telah di lukis oleh Jenni "apakah pria ini yang menculikmu?" Jenni pun mengangguk "aku tidak mengerti sosok seperti apa dia, dia terlihat baik tapi sangat menakutkan secara tiba-tiba." ucap Jenni yang hanya menatap kosong di depannya.
Detektif Ryu pun menghubungi detektif Lee untuk menyerahkan gambar tersebut, karena kasus sebelumnya di tangani oleh detektif Lee, Detektif Lee dengan sekejap tiba di rumah sakit, matanya membulat ia menutup mulutnya dengan ekspresi tak percaya "apa kau mengenalnya?" tanya detektif Ryu, Detektif Lee mengangguk pria di gambar itu adalah Tama.
***
***
Sementara itu Yoona pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan dokter yang menyapa Tama saat itu, yaitu Dokter Hanna.
"permisi apakah dokter Hanna nya ada?" tanya Yoona kepada salah satu pegawai rumah sakit "maaf sebelumnya apakah ada membuat janji dengan dokter Hanna?" Yoona pun menggeleng "tolong bilang, Yoona mencarinya." pegawai itu pun langsung menghubungi Dokter Hanna dengan menyebut nama Yoona, kebetulan dokter Hanna juga tidak ada pasien jadi mempersilahkan Yoona untuk menemuinya.
"Silahkan langsung ke ruangan dokter Hanna di lantai dua." ucap pegawai itu kepada Yoona, Yoona pun seketika pergi menaiki lift ke lantai dua. tidak begitu susah mencari, Yoona seketika menemukan ruangan dokter Hanna
*tok..tok*
Yoona pun perlahan membuka pintu ruangan dokter Hanna, Ia pun menundukkan kepalanya dan Dokter Hanna menyuruh Yoona untuk duduk. "nona Yo, asa perlu apa mencari saya?" tanya dokter Hanna "saya ingin menanyakan tentang Tama, saya tidak tau kalau dia sering menemui psikiater." dokter Hanna pun tersenyum "dia merasa ada seseorang ditubuhnya." Yoona pun tampak kebingungan "maksud dokter apa ya? apa dia sering berbicara tentang ayahnya?"
Dokter Hanna menghela napas panjang "sepertinya Tama mempunyai dua kepribadian, dia pernah menjumpai saya dimalam hari, dia ingin membunuh saya waktu itu, namun tiba-tiba dia mengarahkan pisaunya ke badannya sendiri, ku rasa dia mencoba mengendalikan dirinya, setiap kali dia ingin membunuh, dia melukai dirinya sendiri " ucap dokter Hanna memegang tangan Yoona, Yoona menggeleng tidak percaya "bagaimana bisa ? dia mempunyai penyakit seperti itu?"
tanya Yoona "bisa saja penyakit itu muncul, karena ada sesuatu yang mengingatkan nya kembali." seketika napas Yoona terjeda mendengar perkataan dokter Hanna. Jantungnya berdegup lebih kencang, Yoona pun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, pikirannya benar-benar kacau, bagaimana mungkin ia tidak menyadari sifat Tama selama ini.