NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

024 : Siswi Baru di Kelas 2-1

Kondisi kelas 2-1 pagi ini terpantau tenang tidak seperti biasa yang selalu terdengar ramai di sana. Meskipun nampak tenang, ternyata para siswa tengah sibuk bekerja sama mengerjakan tugas fisika dari Pak Tirta. Akibat menolak jam tambahan di pertemuan lalu, mereka pun harus mengerjakan semua soal yang ada di bab 7.

"Minggir minggir minggir!" Quin yang baru saja datang segera mendesak kerumunan siswa yang sedang mengerjakan tugas fisika di sekitar bangkunya. Ia pun juga langsung mengeluarkan buku tugas fisika untuk menyalin jawaban temannya. "Eh lihat dong jawaban dari nomor 1 sampai 10 dulu!"

"Kamu belum mengerjakan satupun soal?" tanya Naila.

"Mana sempat aku mengerjakan semua soal itu karena jadwal padatku! Aish... ditambah lagi aku malah bangun kesiangan hari ini!" gerutu Quin.

"Wah, Quin kamu dalam masalah besar! Ada 25 soal dan kamu belum mengerjakan sama sekali?! Aku yang berangkat dari jam setengah 6 pagi baru dapat 12 jawaban soal!"

Quin ada ide. Sembari Naila menunggu jawaban soal berikutnya, ia meminjam sebentar buku Naila, lalu memotret jawaban yang sudah ada untuk disalinnya. Naila terkejut dengan bukunya yang mendadak diambil oleh Quin, "Eh apaan sih Quin, kok diambil?! Aku juga masih kurang banyak nih!"

"Bentar aja aku foto dulu! Nggak kasihan apa kamu sama aku yang satupun belum dapat jawaban?" dengan sigap Quin langsung mengambil foto.

Cekrek cekrek cekrek

Setelah selesai memotret, Quin langsung melempar buku tersebut kepada pemiliknya, "Nah sudah! Nih, ambil tuh bukumu!"

"Ish, gak sopan main lempar-lempar aja!"

Saat Quin hendak mau menulis, ia sejenak melihat ke arah depan dan mendapati sesuatu yang tidak seperti biasanya. "Whooaah... Isya?" Quin berteriak heboh setelah mendapati Isya ada di antara kerumunan siswa yang sedang bekerja sama mengerjakan tugas fisika.

"Ada apa sih Quin?" tanya Isya penasaran dengan Quin yang seringkali mendadak heboh.

"Isya? Tumben banget kamu ikut gabung mengerjakan tugas fisika bersama? Apa kamu belum mengerjakan tugasnya?" tanya Quin yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

"Iya, aku belum mengerjakannya. Makannya aku datang pagi untuk mengerjakan tugas fisika bersama teman-teman. Tidak boleh kah?"

"Boleh kok! Hanya saja rasanya aneh gitu, nggak..." Quin tidak melanjutkan kalimat karena masih dalam proses berpikir mengatakan kata yang tepat untuk kelanjutannya.

"Aneh bagaimana?" tanya Isya dengan tenang.

"Aneh lah pokoknya! Biasanya kamu sudah selesai mengerjakan tugas begitu sampai di sekolah. Dan pastinya sangat pelit ketika dimintai jawaban!" ucap Quin terus terang.

"Masa sih?" Isya nampak tidak percaya.

"Lha memang begitu kenyataannya! Iya kan teman-teman?"

Semua yang mendengar pertanyaan Quin serempak menjawab, "Iya!"

Tentu saja Isya terkejut dengan fakta yang barusan diiyakan oleh teman-temannya. Ia pun melihat sekeliling dengan penuh kebingungan. "Apakah benar aku seperti apa yang mereka katakan?" tanya Isya dalam batin.

Quin jadi merasa terciduk telah membuat situasi agak canggung. "Ah sudahlah! pokoknya..." ucapan Quin terpotong oleh teriakan seorang siswa yang memberitahu bahwa guru sudah datang. "Semuanya duduk di tempat masing-masing, Pak Guru sudah datang!"

Sontak semuanya lari tunggang langgang ke tempat duduk masing-masing, sebelum guru memasuki ruang kelas dan memergoki bahwa mereka sedang mengerjakan tugas di sekolah. Jika benar guru sudah datang, maka Quin lah yang berada di posisi paling bahaya karena dia sama sekali belum mengerjakan tugas. "Ah, sial!" umpat Quin dengan pelan.

Dag dig dug

Jantung siswa kelas 2-1 berdetak tak karuan. Mereka khawatir dengan sosok yang akan muncul dari balik pintu kelas. Khawatir akan mendapat nilai rendah karena jawaban dari soal masih ada yang belum terselesaikan. Di sedikit sisa waktu sebelum Pak Guru benar-benar memasuki ruangan, sebagian dari mereka mengebut menyalin jawaban dengan tulisan alakadarnya bahkan sampai sulit untuk dibaca. "Ayo cepat cepat cepat!"

Ketika tiba waktunya Pak Guru sampai di depan pintu kelas, mereka mendapat kejutan.

Jeng jeng jeng ~

Yang datang bukannya Pak Tirta, tapi malah Pak Nima, wali kelas mereka. "Selamat pagi, semua!" sapa beliau begitu melihat anak didiknya.

"Hah, Pak Nima?!" ucap siswa 2-1 secara bersamaan dengan nada tinggi layaknya terkejut melihat kehadiran orang yang di luar dugaan.

"Kenapa kalian kaget begitu? Nggak senang ya lihat kehadiran bapak di sini?" tanya Pak Nima begitu melihat respon siswanya.

"Eh, nggak kok pak!" mereka pun juga mengelak secara bersamaan. Bukannya tidak suka, hanya saja seperti mendapat kejutan jika wali kelas mereka yang malah hadir di jam pelajaran Fisika.

"Oh ya, kenapa sekarang Pak Nima yang masuk ke kelas dan bukannya Pak Tirta?"

"Jadi begini... Pak Tirta akan sedikit terlambat datang. Barusan dia menghubungi bapak kalau masih ada di bengkel karena motornya sempat mogok di jalan," jawab Pak Nima.

Begitu mendengarnya, seisi kelas merasa gembira. Bahkan beberapa diantara mereka bersorak kegirangan, "Yeah... Yey, horeee..."

Pak Nima bingung dengan reaksi siswanya yang begitu senang ketika mendengar kabar bahwa Pak Tirta akan terlambat datang. Namun, beliau sudah bisa menebak penyebab pastinya, "Hayoo... kenapa nih kalian jadi senang sekali? Pasti karena belum mengerjakan tugas ya?"

"Nggak pak, enggak!" siswa kelas 2-1 kembali mengelak. Terlalu malu untuk mengiyakan pertanyaan Pak Nima secara terang-terangan. Mengerjakan tugas di sekolah secara moral memang terasa memalukan, namun di masa sekarang hal itu sudah menjadi kebiasaan para siswa pada umumnya.

Tidak ingin membuang waktu terlalu lama, Pak Nima langsung mengutarakan maksud kedatangannya. "Oh ya, hari ini kelas kita kedatangan teman baru loh! Bapak sengaja datang kemari untuk memperkenalkannya kepada kalian!"

Semua siswa kelas 2-1 jadi sangat antusias untuk mengetahuinya.

"Benarkah kita akan memiliki teman baru?"

"Siapa dia?"

"Iya, siapa dia?"

"Kalian penasaran kan?" tanya Pak Nima memastikan.

"Iya!" jawab semua siswa.

Pak Nima siap memberi perintah untuk seorang siswi yang masih berada di luar kelas agar menunjukkan dirinya, "Masuklah!"

Nampaklah sepasang kaki jenjang nan indah mulai memasuki ruang kelas 2-1. Siswi baru itu langsung menampakkan diri begitu mendapat perintah dari wali kelas, lalu menyapa teman-teman barunya. "Halo semua!" ucapnya sumringah sembari melambaikan tangan. Siswa kelas 2-1 pun membalas lambaian dan sapaan darinya, "Haiii!"

"Ada pepatah tak kenal maka tak sayang. Bapak mau semua siswa kelas 2-1 ini saling menyayangi satu sama lain. Jadi, marilah kita awali sesi perkenalan dengan teman baru kita ini! Oke, perkenalkan dirimu sekarang juga!" pinta Pak Nima.

"Halo, teman-teman! Perkenalkan nama saya Bella Athalia, biasa dipanggil dengan nama Bella. Saya baru saja pindah dari Kota Bandung karena ikut dengan kepindahan orang tua ke..." ucapan Bella terpotong begitu ia melihat ke arah tempat duduk siswa. Sepertinya dia melihat orang yang sangat familiar di antara siswa kelas 2-1 tepat di depannya.

"Tidak mungkin!" batin Bella. Dirinya yang mendadak diam di tengah sesi perkenalan, membuat seisi ruangan jadi kebingungan. Raut wajah Bella berubah pucat. Tubuhnya nampak gemetar dan seketika dia bungkam tak bisa lagi berkata-kata. Kondisinya saat ini bagaikan seseorang yang sedang melihat sosok hantu bergentayangan.

"Bella? Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Pak Nima. Suara Pak Nima berhasil membuat Bella sadar kembali. "Ah... Iya, saya tidak apa-apa."

"Wajah kamu jadi pucat, apa kamu sedang sakit?" tanya Pak Nima khawatir dengan kondisi siswi barunya yang mendadak berubah.

"Tidak! Saya baik-baik saja!" Bella ingat bahwa dia belum menyelesaikan sesi perkenalannya. Bella harus melanjutkan kalimat yang belum selesai ia ucapkan sebelum teman barunya pada curiga. "Oh ya, saya harap bisa lebih akrab dengan kalian semua!" meski dalam kondisi pucat dan tidak stabil, Bella memaksa dirinya untuk tersenyum supaya terlihat tidak terjadi apa-apa padanya.

Setelah sesi perkenalan dirasa cukup, Pak Nima mempersilakan Bella untuk duduk di bangku yang terlihat kosong. "Bella, tempat dudukmu ada di belakang Naila! Sekarang kamu boleh pergi ke sana!" ucap Pak Nima sembari menunjuk posisi tepatnya.

"Baik pak!" Bella segera menuju ke bangku sesuai arahan dari wali kelas.

Setelah Bella duduk, kini saatnya Pak Nima undur diri karena sekarang beliau harus mengajar di kelas lain. "Baiklah anak-anak, bapak pergi dulu! Bersikap baiklah di kelas dan jangan buat keributan! Paham?"

"Paham, Pak..."

Siswa kelas 2-1 kembali sibuk menyalin jawaban fisika yang belum tertulis di buku tugas mereka. Tentu saja mereka harus bergerak cepat sebelum Pak Tirta datang. Akan tetapi...

Jeng jeng jeng~

Di saat asyik menyalin jawaban, mereka kembali mendapat kejutan. Pak Tirta yang kehadirannya belum diharapkan, tiba-tiba sudah berada di depan pintu kelas. "Halo, anak-anak! Maaf bapak datang terlambat!"

Pyaarr

Seketika suasana pecah menjadi keheningan. Bahkan tangan mereka pun membeku untuk lanjut menyalin jawaban.

"Oke, cepat tukar buku tugas kalian dan cocokkan jawabannya!" perintah Pak Tirta.

"Tidaaakkk!!!" banyak siswa berteriak histeris, apalagi Quin yang buku tugasnya belum ada jawaban sama sekali. Mereka belum siap mendapat nilai merah dan pastinya harus mengulang di soal remidi.

"Nanti dulu Pak Guru!" pinta salah seorang siswa.

"Tidak ada nanti-nanti! Saat ini juga kita cocokkan jawaban soal dari tugas Pak Guru kemarin. Selepas ini masih ada materi baru yang menanti!" jarang sekali Pak Tirta memberi kelonggaran dalam mencocokkan tugas yang beliau berikan.

"Alamak, habislah riwayat saya!" keluh Quin begitu melihat buku tugasnya masih kosong tak berisi jawaban bahkan sepatah huruf atau angka saja.

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!