Orang bilang jatuh cinta berjuta rasanya dan semua orang menantikan kisah cinta termanisnya di masa putih abu-abu, masa-masa yang paling manis dan penuh kejutan di sepanjang hidup. Namun bagi Ayra gadis cantik nan ceria tetapi skeptis dengan pernyataan itu akibat masa lalu yang pahit, telah membuatnya ragu akan bahwa cinta bisa membuat seseorang bahagia. Ayra mencoba menutup hatinya rapat-rapat, meyakini bahwa kebahagiaan hanya ilusi yang berakhir dengan kekecewaan.
Namun di tengah keraguan dan kehidupan yang tenang itu, Ayra bertemu dengan dua laki-laki yang perlahan mengubah dunianya. Akankah Ayra akan kembali merasakan 'heartbeat' di masa SMAnya dan memberanikan diri untuk mendapatkan kisah termanis dihidupnya dengan laki-laki impiannya? Atau justru ia akan terjebak di masa lalu di antara dua pilihan yang sama-sama memikatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweetpao11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24 - Penyangkalan Perasaan
Glenca menatap mata Gefano kemudian menggandeng lengan Gefano, Gefano yang melihat itu hanya terdiam tanpa respon seolah sudah mewajarkan sikap Glenca.
“Gefa, hari ini aku ngikut kamu pulang bareng, boleh kan?” rayu Glenca bergelayut pada lengan Gefano centil.
Gefano hanya terdiam, seperti bingung? Ayra yang menyaksikan hal itu bergidik ngeri seolah ini memuntahkan semua isi perutnya saat itu juga.
Dih…aku kamu-an mana pakai gelendotan segala pula, gatel banget sih jadi cewek, batin Ayra kesal.
Ayra yang semakin kesal melihat Glenca pun langsung terburu-buru berjalan mendahului Glenca dan Gefano, tentu saja dari langkah caranya berjalan akan membuat Gefano sadar.
-----
POV Gefano.
Setelah mengikuti kegiatan klub sastra, Gefano pulang bersama dengan Glenca. Meskipun demikian ia merasa ada sedikit gelagat aneh dari Ayra, sepertinya ia menyaksikan kejadiannya saat bersama Glenca usai kegiatan estrakurikuler sastra tadi, karena baginya sedikit aneh Ayra seperti berjalan terburu-buru tanpa menyapa dan kelihatannya Nathan kakaknya bukan tipe orang yang tepat waktu.
Gefano merebahkan tubuhnya di atas Kasur kecilnya, memikirkan Ayra dalam benaknya. Apa mungkin ia menyukainya? Kenapa pada saat Ayra memposting foto bersama dengan teman laki-lakinya, hatinya terasa sakit? Tapi sejak kapan ia menyukainya.
Gefano bangun dari posisi tidurnya, ia menyesap teh hangat yang sudah ia seduh begitu ia sampai rumah. Rumahnya tampak sangat sepi, karena kedua orang tuanya yang sibuk bekerja, begitu pula dengan kakak perempuannya. Rasanya ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang workaholic, berorientasi pada seputar pendidikan dan karir, ia bahkan tak sempat memikirkan terkait pencintaan. Gefano kemudian mengambil ponselnya hendak mengirim pesan pada Ayra dengan sedikit ragu-ragu.
Gefano: Ra, besok, hari minggu sibuk gak? Besok gue mau ngajak lo ke suatu tempat yang bagus, gue nemuin ini dari rekomendasi sosmed.
Entahlah, ia pun juga tidak mengerti apa kemauan hatinya sebenarnya dan akan lebih baik jika membiarkannya berjalan seiring waktu…
POV Gefano End
----
Ayra baru selesai membasuh seluruh tubuhnya, menyegarkan tubuhnya yang berkeringat. Ayra mengeringkan rambutnya dengan handuk kecilnya sambil meraih ponselnya dengan tangan kanannya dan melihat satu pesan masuk dari Gefano. Ayra pikir semenjak ia mengenyam bangku jenjang SMA, ia sering menghabiskan waktu akhir pekannya dengan teman-teman barunya, terutama dengaan Lucas dan Gefano, hal tersebut cocok dengan kepribadiannya yang menyukai menghabiskan waktu bermain di luar. Ayra langsung membuka room chatnya dengan Gefano dan membalas pesannya.
Ayra: Enggak sih, karena masih baru masuk SMA jadi waktu freenya gue masih banyak yang luang.
Send. Pesan pun terkirim ke Gefano.
Ayra kembali merenungkan pikirannya terkait perasaannya yang bimbang, apakah ia menyukai seseorang lagi?
Kesal. Akhirnya Ayra melempar asal handuk yang ia pakai untuk mengeringkan rambutnya ke kursi belajarnya, Ayra semakin tidak mengerti mengapa setiap kali berinteraksi dengan Gefano jantungnya berdebar-debar. Ini bukan karena ia menyukainya kan?
------
Saat ini Ayra dan Gefano berada di taman kota untuk melihat pemandangan kota di malam hari dan melihat pesta kembang api dan cahaya perkotaan, karena itu Gefano mengajaknya keluar bukan di hari saat masih terang tapi saat hari sudah gelap.
“Udaranya sejuk ya Ra,” ucap Gefano pelan.
“Iya, Gef!”
Suasana kota yang lumayan sepi dengan kilauan lampu-lampu taman, Gefano yang cenderung menghindari kerumunan menyukai taman kota begitu mendatanginya untuk pertama kalinya. Gefano perlahan-lahan mulai nyaman dengan Ayra, ia tau ia bukanlah orang yang sangat mudah mendapatkan teman seperti Ayra. Gefano memulai pembicaraan ringan, berbagi minat dan rahasia masing-masing Mereka berdua berjalan-jalan di sepanjang jalan yang diterangi cahaya lampu jalanan, menikmati waktu kebersamaan mereka dan menciptakan kenangan baru di antara mereka berdua.
Mereka berdua beruntung karena di taman kota sedang ada pertunjukkan musik di taman kota dengan suasana yang syahdu dan romantic, mereka berdua mencari tempat duduk yang bagus untuk menikmati pertunjukkan musik. Ayra mereka terkoneksi dengan lirik-lirik lagu yang indah dan bergoyang pelan mengikuti alunan musik.
“Tipe musiknya lo banget ya Ra?” tanya Gefano memperhatikan Ayra yang bergoyang menikmati alunan lagu yang dipersembahkan.
“Iya, gue banget, gue suka lagu yang kalem-kalem syahdu hehe, lo gimana? Suka gak?” Ayra bertanya balik.
“Suka, malah ini jenis musik kesukaan gue, musik ballad.”
“Oh iya cocok ya sama orangnya haha,” ledek Ayra.
“Ya gak salah sih.”
Diakhir pertunjukan, mereka berdua bergabung dengan pasangan lain untuk menari di jalanan taman kota. Dengan musik yang lembut mengalun, Ayra mengajak Gefano menari di bawah gemerlap bintang-bintang. Tak lupa mereka berdua mengabadikan momen bersama dan malam yang indah tersebut, bahkan Ayra merekam dalam bentuk video singkat untuk menciptakan kenangan yang bisa mereka berdua lihat di masa depan.
“Ayo Gef senyum ciss!” ucap Ayra memegang ponselnya untuk mengambil potret kebersamaan mereka berdua.
Gefano tersenyum manis sambil diam-diam menatap Ayra dan terpotret dalam kamera ponsel Ayra. Setelah pertunjukan musik usai, mereka berdua memutuskan untuk melukis di stand melukis yang ada tepi danau sekitar taman kota dengan peralatan melukis sudah disediakan di stand, sambil melukis Gefano membagikan tips melukis yang benar karena Gefano sangat mahir dalam bidang seni dan kemudian mengajarkan Ayra. Agar suasana semakin syahdu sembari melukis Gefano mengeluarkan ponsel miliknya dan sebuah earphone miliknya untuk menikmati musik di tengah syahdunya taman kota.
“Nih Ra kabel earphone sebelah, lo pake, gue pake sebelahnya,” ucap Gefano yang langsung disambut antusias Ayra.
“Oh wow, ternyata lo prepare juga ya,” ucap Ayra meraih kabel sebelah sehingga mereka berdua memakai satu earphone berdua, di sisi kiri Ayra dan sisi kanan Gefano.
Mereka berdua berusaha untuk melukis pemandangan kota di depannya dengan sesempurna mungkin.
“Ra.”
“Iya?”
“Gue denger-denger besok di kelas eksperimen kimia kelas kita di gabung.”
“Oh iya masa sih? Kelas gue gak ada info apa-apa sih.”
“Guru lo sama kan kayak gue?”
“Iya sama sih, berarti valid infonya kalo lo dikasih tau yang bersangkutan langsung.”
“Eh Gef, pulang yuk! Takut kemaleman, besok kan mesti sekolah lagi kita.”
Tak lupa mereka berdua memotret pemandangan kota di depannya yang mereka lukis, Gefano melepas jaket yang ia pakai dan memakaikannya di bahu Ayra karena khawatir Ayra akan kedingin terkena angin malam, dan besok mereka harus bersekolah lagi. Setelah itu mereka berjalan pulang menuju parkiran taman kota sambil berbicara betapa luar biasanya malam itu dan mereka berdua bahwa mereka menyukai menghabiskan waktu bersama berdua, menciptakan kenangan demi kenangan yang bisa mereka kenang suatu saat nanti.
\=\=\=\=\=\=