Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memulai perjalanan
"Ini adalah barang terakhir yang ibumu tinggalkan untukmu. Aku yakin jepit rambut ini pasti sangat istimewa. Jika tidak, mana mungkin dia akan meninggalkan nya di bajumu," kata Yuwen seraya menyerahkan jepit rambut biru dengan desain gambar ekor merak.
Qian mencium jepit rambut itu seperti sedang mencium pusaka sakti, bagi Qian, jepit rambut milik ibunya adalah benda yang lebih berharga daripada sebuah Pusaka. "Akan aku jaga baik-baik jepit rambut milikmu ini ibu," kata Qian lalu dia menyimpannya dengan cara mengikatnya lalu disimpan di dalam pakaiannya. "Terima Nek!" ucap Qian.
Feng Feng sendiri mengangkat tempat tidur, dan di bawah tempat tidurnya ternyata masih ada ruang penyimpanan yang ditutupi pakai papan kayu yang sudah berdebu. Feng Feng mengeluarkan sebilah pedang lengkap dengan sarung Pedangnya.
"Ini adalah Pedang Naga Api milik kakek guru yang selama ini aku simpan, sekarang aku sudah tidak membutuhkannya lagi dan sudah waktunya pedang ini memiliki tuannya yang baru. Qian, aku wariskan Pedang ini padamu, terimalah!"
"Tapi kek, jika Pedang Naga ini adalah milik eyang guru, itu artinya yang berhak memiliki pedang ini adalah murid asli Perguruan Naga Langit bukan?"
"Memang benar, akan tetapi sekarang Perguruan Naga Langit sudah tidak ada, sedangkan kamu adalah murid terakhir ku, tidak ada lagi pewaris kami selain dirimu, di tambah lagi kamu sudah memiliki Kitab Naga Langit," jawab Feng Feng.
Qian memperhatikan gagang pedang yang bergambar kepala Naga dengan mulut terbuka, mulut Naga itu di gambarkan seperti menyemburkan sesuatu, dan yang keluar dari mulutnya itu adalah Pedang itu sendiri.
Ukuran panjang Pedang tersebut satu setengah meter dengan lebar delapan sentimeter. Qian mengeluarkan pedang tersebut dengan pelan, dan ternyata pedang tersebut tidak seperti pedang seperti biasanya.
Biasanya Pedang akan terbuat dari logam baja putih dan hitam, serta warnanya pun juga akan mengikuti warna logamnya, sedangkan logam Pedang Naga Api sendiri berwarna putih kemerahan seperti habis dipanaskan.
"Berhati-hatilah lah saat menggunakan Pedang ini Qian, ketajaman Pedang itu mampu untuk memotong batu, jadi gunakanlah pedang itu dengan bijak," kata Feng Feng.
"Tapi kek, aku baru menguasai lima jurus Pedang milik Nenek, apakah itu tidak masalah?" tanya Qian.
"Tidak perlu khawatir, semua jurus pedang itu bebas untuk menggunakan Pedang apa saja, apalagi Pedang itu, setelah kamu menguasai Jurus Pedang Naga, maka kemampuan Pedang itu akan benar-benar bisa dikeluarkan," jawab Feng Feng.
Qian menyarungkan kembali pedangnya lalu dia berjalan keluar untuk mencoba ketajaman Pedang nya, Qian ingin membuktikan apakah Pedang nya benar-benar mampu membelah batu seperti yang dikatakan kakeknya atau tidak.
Qian melompat ke arah sebuah batu, dan saat dirinya hampir sampai, dia langsung mencabut pedangnya dan menebas batu itu hingga batu tersebut terbelah menjadi dua.
Jelas Qian terkejut melihatnya, ternyata seperti yang dijelaskan oleh Feng Feng, Pedang Naga Api memang sangat tajam dan juga kuat, tanpa menggunakan tenaga dalam sedikitpun, Pedang itu ternyata mampu membelah batu. Qian sampai tidak bisa membayangkan akan seperti apa ketajaman Pedang Naga Api nya jika dia menggunakannya tenaga dalamnya.
"Dengan Pusaka sehebat ini, kenapa kakek masih harus takut kepada kakak seperguruannya itu?" kata Qian yang merasa aneh sekali akan kenapa kekek nya masih menghindari Xan Tiandi.
Seharusnya dengan Pedang Naga Api serta tenaga dalam yang dimiliki oleh Feng Feng sudah lebih dari cukup untuk merajai dunia. Qian benar-benar sangat bingung memikirkan hal itu.
Melihat Qian yang termenung sendiri, Feng Feng dan Yuwen menghampirinya. "Ada apa Qian? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Feng Feng.
Qian pun akhirnya menanyakan akan apa yang dia pikirkan saat ini, sedangkan Feng Feng dan Yuwen hanya tersenyum mendengar pertanyaan Qian.
"Aku tahu kamu akan memiliki pemikiran seperti itu, mungkin kamu belum sadar karena baru menggunakan Pedang itu sebentar saja dan segera memasukkannya kembali ke sarung Pedangnya, jika kamu benar-benar ingin mengetahui jawabannya, coba saja kamu gunakan pedang itu sedikit lebih lama," kata Feng Feng.
Qian yang semakin penasaran menuruti apa yang kakeknya suruh, dia mencabut pedangnya kembali lalu segera berlatih memperagakan jurus pedang yang diajarkan oleh neneknya.
Awalnya Qian tidak merasakan ada yang aneh, dia merasa seperti biasa-biasa saja, namun setelah berlatih sekitar 5 menit, nafas Qian terasa berat, dan tenaga dalam nya yang tidak seberapa itu seperti habis terkuras.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Tenaga ku begitu cepat habisnya?" tanya Qian yang kebingungan, padahal dia hanya berlatih dan tidak begitu banyak menggunakan Tenaga Dalam nya, namun Qian merasa seperti telah menggunakan seluruh Tenaga Dalam nya hingga dengan cepat dirinya langsung kelelahan.
"Itulah jawabannya!" kata Feng Feng sekaligus menjelaskannya secara rinci.
Pedang Naga Api adalah Pedang yang memiliki keistimewaan tersendiri, hanya jurus-jurus yang ada di dalam Kitab Naga Langit lah yang sangat cocok untuk digunakan. Walau terdengar sepele, namun kenyataannya Pedang Naga Api itu sebenarnya menyerap energi, jadi butuh Tenaga Dalam dalam jumlah besar untuk bisa menggunakan kekuatan Pedang itu agar bisa digunakan secara maksimal.
Hingga saat ini, Feng Feng sendiri belum mengetahui rahasia cara menggunakan Pedang itu, bahkan dirinya yang memiliki Tenaga Dalam sangat banyak sekalipun masih ragu untuk menggunakannya.
Dulu saat dirinya masih berada di tahap Pendekar Jiwa Raja dan bertarung melawan Xan Tiandi, dia tidak bisa mengalahkannya seorang diri karena pengaruh Pedang itu yang sangat cepat menguras Tenaga Dalam nya, itu sebabnya dia hampir gagal mengalahkan Xan Tiandi, untung saja saat itu ada istrinya yang membantu sehingga mereka berdua mampu mengalahkan Xan Tiandi.
Dan sekarang walau Feng Feng sudah hampir mendekati ke tahap Pendekar Jiwa Kaisar, dia masih tidak bisa menggunakan Pedang Naga Api nya, padahal sekarang Tenaga Dalam nya sudah banyak, akan tetapi Feng Feng belum mampu melakukannya, seolah-olah Tenaga Dalam bukanlah energi yang cocok untuk Pedang tersebut.
Mendengar penjelasan kakeknya itu, Qian segera menyerahkan kembali Pedang Naga Api itu kepada kakeknya seraya berkata, "Sebaik kakek simpan kembali Pedang ini! Jika kakek saja yang memiliki Tenaga Dalam sangat banyak tidak bisa menggunakan Pedang ini, apalagi denganku?" kata Qian.
"Karena itu aku menyerahkan pedang ini padamu, aku percaya jika suatu saat nanti kamu pasti akan menemukan rahasia tersembunyi di dalam Pedang ini, jadi bawalah pedang ini bersamamu dan berlatihlah dengan Kitab Naga Langit mu," kata Feng Feng.
"Kenapa kakek begitu yakin jika aku pasti bisa menemukan rahasia Pedang ini?" tanya Qian.
"Karena kamu memiliki tanda lahir yang sama dengan Pemilik pertama Pedang ini, mungkin itu adalah takdir mu untuk memilikinya, dan Pedang Naga Api akan kembali kepada Tuan nya," jawab Yuwen.
"Sepertinya kalian terlalu melebih-lebihkan tentang diriku," gumam Qian.
"Kami tidak melebih-lebihkan, semua itu adalah kenyataan Qian," jawab Yuwen.
Qian yang masih ragu akhirnya hanya bisa pasrah, dia akhirnya menerima Pedang Naga Api itu dan akan berusaha berlatih untuk mengumpulkan Tenaga Dalam sebanyak mungkin agar dia benar-benar bisa menggunakan Pedang nya.
"Sepertinya kamu memang sudah waktunya untuk turun Gunung Qian, jika kamu masih berada disini, perkembangan mu mungkin hanya akan sampai disini saja, andai kami memiliki sumber daya yang banyak seperti dulu, kami pasti bisa membantumu, namun kami tidak memiliki sumber daya yang cukup, jadi kamu harus mengumpulkan sumber daya diluar sekaligus mencari pengalaman," kata Feng Feng.
Saat ini kemampuan Qian sudah cukup untuk bisa melindungi dirinya di luar, jika dia masih tinggal bersama dengan kakek dan neneknya, maka butuh waktu lebih lama lagi bagi Qian untuk bisa berkembang, dan bisa-bisa dia akan tetap berada di tahap Pendekar Jiwa Petarung nya.
Walau Qian merasa berat untuk pergi, namun dia masih memiliki kewajiban lain yang harus dia selesaikan, dan untuk bisa menyelesaikan tugasnya, maka dia membutuhkan sumber daya agar memiliki kekuatan yang cukup untuk bisa membalaskan kematian ibunya serta mengembalikan kembali statusnya sebagai seorang Pangeran.
"Besok aku akan turun Gunung, malam ini aku masih ingin bersama dengan kalian," kata Qian.
Feng Feng dan Yuwen tersenyum dan kemudian Yuwen segera pergi ke dapur untuk memasak makanan yang paling disukai oleh Qian, setelah itu mereka bertiga menghabiskan malam dengan bercerita masa lalu Feng Feng dan Yuwen saat masih muda hingga menikah dulu.
Cerita tawa bahagia mengisi keheningan malam, mereka berharap malam itu bisa lebih panjang dan tidak cepat berlalu, namun waktu tidak bisa di hentikan, dan malam pun mereka lewati dengan begitu cepat.
Saat matahari pagi memberikan cahaya hangatnya di Puncak Gunung, Yuwen yang sudah mengemas perlengkapan serta kebutuhan Qian selama beberapa hari di perjalanan menyerahkannya kepada Qian.
"Berhati-hatilah di luar sana Qian, kami berdua akan selalu mendoakan perjalananmu," kata Yuwen.
Qian memperhatikan wajah sedih keduanya, dengan kedua tangan merekalah dia dibesarkan, dan dengan kasih sayang mereka, Qian masih bisa merasakan kehangatan keluarga.
"Kakek, Nenek, aku menyayangi kalian," kata Qian.
"Kami juga nak!" ucap mereka berdua lalu merangkul Qian untuk yang terakhir kalinya.
"Sudah waktunya, berangkatlah," kata Feng Feng.
"Em! Kalian berdua juga jaga diri baik-baik, nanti setelah aku berhasil, aku akan menjemput kalian lagi, jadi jangan pindah kemana-mana," kata Qian.
Mereka berdua mengangguk dan kemudian Qian berjalan mundur beberapa meter lalu segera berlutut dan memberikan sujud tiga kali sebagai tanda terima kasih dan juga penghormatan kepada mereka berdua.
"Aku berangkat!" ucap Qian kemudian dia berbalik dan berjalan menuruni gunung, sesekali dia akan menoleh kebelakang untuk melihat wajah kedua orang tua itu yang masih menatap dirinya, dan setelah itu Qian segera melompat turun untuk memulai perjalanan nya.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣