NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Li Hua

Di balik kelegaan dan kebahagiaan yang membuncah, terselip sedikit rasa bersalah di hati Li Hua. Ia tahu, keputusannya untuk bergabung dalam hubungan ini akan membawa perubahan besar dalam hidup Larasati dan Rina. Mungkinkah ia akan menyakiti mereka di kemudian hari? Hanya waktu yang bisa menjawabnya.

"Li Hua merasa lega mendengar jawaban Larasati. Dia merasa bersyukur karena menerima restu dari kekasih Harry.Tanpa ragu-ragu, Li Hua langsung ke Hotel menemui Harry untuk memberitahukan kabar baik tersebut.

"Harry, Larasati memberi restunya. Dia setuju untuk kita berbagi menjadi kekasih bersama," ucap Li Hua dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.

Mendengar ucapan dari Li Hua, Harry menghentikan kegiatannya membereskan koper. Matanya melebar, dipenuhi keterkejutan dan secercah keraguan. “Benarkah? Apa kau yakin, Li Hua?” tanyanya, memastikan ia tidak salah dengar.

Li Hua mengangguk mantap, senyum mengembang di wajahnya. “Iya, Harry. Aku baru saja berbicara dengannya. Dia sangat baik dan pengertian. Dia mengizinkan kita untuk bersama.”

Seketika, beban berat yang selama ini menggantung di hati Harry seakan terangkat. Kebahagiaan yang tak terkira membuncah di dadanya. Ia memeluk Li Hua erat, mengungkapkan rasa syukur dan kelegaannya.

“Terima kasih, Li Hua,” bisiknya di telinga Li Hua. “Terima kasih telah memberitahuku kabar baik ini.”

Dia juga merasa tertarik pada Li Hua, Li Hua adalah seorang wanita muda yang ramah dan penuh semangat, dengan pengetahuan yang luas .Dia merasa seperti berada di atas awan sembilan.

 Disebarang  sana, Larasati meletakkan telepon genggamnya di meja, helaan napas panjang tak mampu meredakan gejolak di hatinya. Keputusan telah dibuat, restu telah diberikan, namun rasa sesak di dadanya tak kunjung sirna.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Rina, dengan wajah ceria khasnya, melangkah masuk. Namun, keceriaannya memudar saat melihat raut wajah Larasati yang tampak muram.

“Larasati, kau baik-baik saja?” tanya Rina, nada suaranya dipenuhi kekhawatiran. Ia meletakkan tas kerjanya dan menghampiri Larasati, duduk di sebelahnya. Larasati berusaha tersenyum, tak ingin membuat Rina khawatir. “Aku baik-baik saja, Rin. Hanya sedikit lelah,” jawabnya, berusaha terdengar meyakinkan.

Namun, Rina bukanlah orang yang mudah dibohongi. Ia bisa melihat ada sesuatu yang disembunyikan Larasati.

alih-alih mendesak, Rina memilih untuk mendekat, merangkul bahu Larasati dengan lembut. Kehangatan dan kekuatan terpancar dari genggaman tangannya yang mengusap punggung tangan Larasati dengan penuh kasih.

Keduanya terdiam beberapa saat. Keheningan di antara mereka bukanlah kekosongan, melainkan ruang penuh pengertian yang terjalin erat selama ini. Rina tahu, Larasati akan bercerita ketika ia siap.

Pelukan erat Rina dan kecupan lembut di keningnya seakan menjadi kunci yang membuka pintu hati Larasati. Air mata yang sejak tadi ditahannya tumpah juga. Ia tak lagi mampu memendam beban yang menghimpitnya sendirian.

“Rin…” panggil Larasati dengan suara bergetar, “Li Hua meneleponku.”

Rina mengeratkan pelukannya, memberikan isyarat agar Larasati melanjutkan ceritanya. Ia tahu, pasti ada hal besar yang ingin Larasati bagi dengannya.

“Li Hua mencintai Harry, Rin,” ucap Larasati, suaranya bergetar menahan tangis. “Dia meneleponku, meminta izin untuk… untuk menjadi kekasih Harry juga.”

Mata Rina melebar, terkejut mendengar pengakuan Larasati. Ia tak menyangka hal ini akan terjadi, meskipun jauh di lubuk hatinya, ia tahu hubungan mereka dengan Harry tak lazim.

Larasati menceritakan semuanya pada Rina; tentang perasaan Li Hua, tentang keputusannya mengizinkan Li Hua menjadi bagian dari hidup mereka, tentang segala keraguan dan ketakutan yang kini menghantuinya.

“Aku… aku tidak tahu apakah keputusanku tepat, Rin,” lirih Larasati, air matanya kembali mengalir. “Apakah aku salah mengizinkan Li Hua masuk ke dalam hidup kita? Apakah ini adil untuk kita, untuk Harry?”

Rina menggenggam erat tangan Larasati, menyalurkan kekuatan dan dukungannya. Ia tahu, Larasati sedang dilanda kebimbangan. Keputusan yang telah diambilnya bukanlah hal yang mudah.

Rina menghela napas panjang, memahami beratnya beban yang ditanggung sahabatnya. “Larasati,” ucapnya lembut, “tidak ada yang bisa menjamin apakah sebuah keputusan itu tepat atau salah. Hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan yang rumit, dan kita hanya bisa berusaha menjalaninya sebaik mungkin.”

Ia mengusap lembut air mata Larasati, melanjutkan, “Keputusanmu untuk mengizinkan Li Hua masuk ke dalam hidup kita adalah sebuah tindakan yang berani. Mungkin ini tidak mudah, mungkin akan ada rintangan dan air mata di depan, tapi percayalah, kejujuran dan keterbukaan adalah pondasi terkuat dalam setiap hubungan.”

“Yang terpenting sekarang adalah bagaimana kita, bertiga, membangun komunikasi yang baik, saling menghargai, dan saling mendukung. Ingatlah, Larasati, kebahagiaan kita bertiga sama pentingnya.”

Larasati  memeluk erat Rina, merasa terharu dengan dukungan yang selalu diberikan oleh wanita yang dicintainya itu. Pelukan mereka semakin erat, namun tiba-tiba Larasati mengendorkan pelukan itu. Ia mencium bau yang agak asam."Tubuhmu bau agak asam, terlalu banyak keringat, sayang," ungkap Larasati sambil tergelak.

Rina juga ikut tertawa. "maaf  Tadi aku sibuk sekali dengan pekerjaan di kantor.”

Larasati mengangguk pengertiannya. "Tidak apa-apa, semua orang pasti punya hari-hari seperti itu."

Tapi kenapa kita tidak mandi bersama saja ? Aku akan menggosok tubuhmu yang seksi dengan tanganku yang halus," ajak Larasati sambil tersenyum nakal.

Rina langsung tertawa ceria. "Hahaha, sepertinya proposal mandi bersama itu terdengar sangat menggoda.

Di Negeri Tirai Bambu dalam kamarnya Harry memeluk Li Hua dengan erat lalu mencium bibir Li Hua dengan lembut dan mengatakan bahwa dia sangat senang bisa melangkah ke tahap berikutnya dengan Li Hua. Li Hua

tidak mau kalah dia membalas ciuman itu .

Di dalam kamar hotel yang mewah itu, Li Hua, wanita serdas yang cantik berumur 25 tahun, sekarang duduk di tepi tempat tidur menatap Harry penuh gairah dengan hanya mengenakan kimono hotel.

Harry tersenyum, menarik Li Hua untuk duduk di sampingnya. “kamu sangat cantik Li Hua,” bisik Harry, menangkup wajah Li Hua dengan kedua tangannya.

Li Hua tersipu malu, namun matanya tak dapat menyembunyikan rasa cintanya. Harry mendekatkan wajahnya, bibirnya menyentuh bibir Li Hua dengan lembut.

Ciuman mereka semakin dalam, dipenuhi rasa cinta dan kelembutan. Tangan Harry membelai rambut Li Hua dengan lembut, sementara Li Hua mengalungkan tangannya di leher Harry, menariknya semakin dekat.

Di tengah kehangatan pelukan mereka, Harry merasakan hatinya dipenuhi rasa syukur dan kebahagiaan. Li Hua seolah adalah oase ketenangan di tengah badai yang menghadangnya. Ia bersyukur memiliki Li Hua di sisinya, yang akan menemaninya dalam perjalanan hidupnya.

Li Hua memeluk Harry erat, merasakan detak jantungnya yang stabil dan napasnya yang teratur. Kebahagiaan yang membuncah di dadanya terasa begitu nyata, begitu murni.

Walaupun mereka berdua memahami dan menerima konsep poliamori dalam hubungan mereka, ada bagian dalam dirinya yang selalu bersyukur atas setiap momen keintiman yang mereka bagi.

“Aku mencintaimu, Harry,” bisiknya, suaranya bergetar lembut. “Selalu, dan selamanya.”

Li Hua tahu bahwa Harry akan selalu jujur padanya, tentang perasaannya dan tentang wanita lain yang telah singgah di hatinya. Kejujuran dan keterbukaan itulah yang membuat hubungan mereka begitu kuat, begitu istimewa. Dan dalam pelukan Harry, Li Hua merasa utuh, dicintai, dan diterima sepenuhnya.

Perlahan dan dengan penuh kasih sayang, Harry membimbing Li Hua untuk berbaring di tempat tidur. Dia menatap matanya, mencari persetujuan di balik hasrat yang membara.

Li Hua, dengan senyuman lembut, menarik Harry mendekat, mengundang keintiman yang lebih dalam. Mereka berdua merasakan debaran jantung yang sama, sebuah koneksi yang tak terpisahkan, sebuah ikatan  yang semakin kuat.

"Kau luar biasa, Harry," puji Li Hua sambil mencium bibir Harry dengan penuh cinta. Harry tersenyum lembut, merasa bahagia bisa membuat pasangannya merasa begitu terpuaskan.

“Pantas Larasati mengijinkan aku bergabung dalam hidup kalian, dua orang aku rasa tidak cukup memenuhi kebutuhan batinmu..” kata  LI Hua lagi.

“Tidak dua orang tapi tiga denganmu hehe..” balas Harry terkekeh.

“Apa…??? Aku yang ketiga..? “ Li Hua membelalak-kan mata, tangan mungilnya menarik telinga Harry yang semakin terkekeh.

Malam itu, mereka menghabiskan waktu bersama dalam kehangatan dan kebahagiaan. Mereka bercerita, bercanda, dan saling berbagi mimpi dan harapan. Li Hua merasakan ketenangan dan kepuasan yang tak terlukiskan. Ia bersyukur memiliki Harry di sisinya, menemaninya dalam perjalanan hidupnya.

Saat fajar menyingsing, mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, dipenuhi rasa cinta dan kebahagiaan. Malam itu, Li Hua merasakan bahwa cinta mereka, meskipun dijalani dengan konsep poliamori, tetaplah sebuah ikatan yang kuat dan penuh makna.

Sinar mentari pagi yang lembut menembus tirai jendela, menerangi wajah damai Harry dan Li Hua yang masih terlelap dalam pelukan satu sama lain. Kehangatan mentari pagi membangunkan Li Hua perlahan. Ia mengerjapkan matanya, menatap wajah Harry yang tampan dengan penuh cinta.

Perlahan, Li Hua mengusap pipi Harry dengan lembut. “Selamat pagi, cintaku,” bisiknya, suaranya serak karena baru bangun tidur.

Harry terbangun perlahan, senyum tipis mengembang di bibirnya saat melihat Li Hua di sampingnya. Ia menarik Li Hua mendekat, mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang. “Selamat pagi juga, cahaya hidupku,” balas Harry, suaranya berat dan hangat.

Mereka berpandangan untuk beberapa saat, mata mereka bertukar pesan cinta dan kebahagiaan. Fajar baru telah tiba, menandai awal baru kehidupan mereka yang penuh makna, dijalani bersama dalam kejujuran, keterbukaan, dan cinta yang tak pernah pudar.

"Kamu akan menjadi bagian hidupku Li Hua," ucap Harry sambil mencium kening pasangannya dengan lembut. Li Hua tersenyum bahagia, merasa di dunia ini tak ada yang lebih penting dari cinta yang mereka miliki.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!